Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Investasi Hijau Akan Berkembang Pasca Pandemi Covid-19

Suryani Wandari Putri Pertiwi
11/6/2020 08:05
Investasi Hijau Akan Berkembang Pasca Pandemi Covid-19
Kendaraan melintasi ruas jalan trans Papua Barat yang melintasi hutan lebat di Teluk Bintuni-Manokwari, Papua Barat.(MI/Susanto)

Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Purwadi Suprianto menyatakan setelah pandemi covid-19  investasi hijau dapat dilakukan. Terdapat potensi yang besar hutan dikembangkan untuk produksi pangan.

"Berbagai produk bisa dikembangkan dalam satu izin usaha sehingga dalam kondisi covid-19, ada potensi kawasan hutan didorong untuk produksi padi, jagung, dan lainnya itu sangat terbuka sekali," kata Purwadi dalam preskon virtual, Selasa (10/6).

Hal ini menurutnya didorong dengan diterbitkannya kebijakan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tentang Peraturan Dirjen Pengelolaaan Hutan Produksi Lestari Nomor 1 Tahun 2020 tentang Pengembangan Model Multiusaha di Areal Izin Pemanfaatan Hutan. Hal ini memungkinkan pemegang izin mengembangkan multiusaha di area kerjanya.

"Kebijakan ini menjadi landasan penting untuk pengembangan investasi," katanya.

Ia mencatat, sumber daya hutan sebesar 95% merupakan hutan non kayu, sementara 5% lainnya merupakan produk kayu. Tidak hanya hasil hutan kayu tetapi jasa lingkungan seperti agroforestry, wanamina (silvofisheries), ekowisata, hingga pemanfaatan karbon.

Menurut Fitrian Ardiansyah, Ketua Yayasan Inisiatif Dagang Hijau (IDH), pasca pandemi covid-19, saatnya bagi pelaku bisnis selaku penggerak ekonomi untuk bertransformasi ke arah investasi hijau agar bisa menjaga rantai pasok secara berkelanjutan dan mampu memberdayakan semua pihak dalam rantai pasok tersebut.

“Sebagai pendukung kemitraan pemerintah, publik dan swasta untuk pertumbuhan ekonomi dan investasi hijau di Indonesia, kami melihat momentum pandemi ini semakin menguatkan keberadaan bisnis berbasis investasi hijau di tanah air," kata Fitrian.

Khusus sektor komoditas sumber daya alam, krisis ekonomi dan finansial akibat pandemi ini telah memengaruhi alur produksi dan distribusi rantai pasok mereka baik ke pasar nasional maupun global. Dengan pembatasan pergerakan, umumnya alokasi distribusi sebagian besar ditujukan untuk memenuhi kebutuhan domestik . Sementara di sisi lain, permintaan dari konsumen domestik perlu disesuaikan dengan kemampuan daya beli mereka.

Yang tidak kalah penting kata Fitrian, model bisnis ini memastikan perlindungan lingkungan seperti hutan dan gambut saat ini dan ke depannya. Tidak hanya  memberikan keuntungan bagi pengusaha sendiri, melainkan juga memberikan dampak bagi pemberdayaan petani/nelayan selaku pelaku di sektor hulu.

Bersama dengan sejumlah kelompok tani dan mitra swasta serta pemerintah daerah, Yayasan IDH memiliki beberapa contoh praktik terbaik investasi hijau yang membawa dampak positif selama pandemi ini. 

Pertama, meningkatnya permintaan terhadap madu kelulut di hutan desa Padang Tikar, Kubu Raya, Kalimantan Barat. 

Kedua, adanya diversifikasi pendapatan yang diperoleh petani swadaya kelapa sawit berkelanjutan di Jambi. 

Ketiga, manfaat aplikasi bernama ‘Jala’ yang berhasil memperluas dan membuka pasar domestik baru bagi petambak udang di Banyuwangi.

Bangkit Oetomo, Investment Associate Tropical Landscapes Finance Facility (TLFF) mengatakan investasi hijau sebagai model bisnis berkelanjutan bisa menjadi solusi bagi perbaikan ekonomi pasca covid-19 dan merupakan model bisnis yang akan terus berkembang dan bahkan bisa mendominasi di masa depan.

“Pada akhirnya, investasi hijau merupakan hal yang perlu terus digulirkan dan direplikasi di seluruh Indonesia, mengingat komoditas sumber daya alamnya yang kaya," ungkapnya.

Kami percaya bahwa produksi dan perdagangan yang berkelanjutan dapat mengubah pasar dan investasi sehingga bermanfaat lebih bagi masyarakat dan bumi,” tutup Fitrian. (E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Raja Suhud
Berita Lainnya