Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
ORGANISASI Buruh Internasional (ILO) menyatakan 1,6 miliar pekerja di sektor informal menghadapi ancaman kehilangan mata pencaharian. Itu dampak dari penurunan jam kerja global akibat pandemi covid-19.
Melalui keterangan resmi, Kamis (30/4), ILO menyebut prediksi itu hampir setengah dari jumlah angkatan kerja global. “Sejalan dengan perkembangan pandemi dan krisis ketenagakerjaan, kebutuhan melindungi mereka yang paling rentan semakin mendesak,” ujar Direktur Jenderal ILO, Guy Ryder.
Baca juga: Peringati May Day, Serikat Buruh Akan Sumbangkan APD
Laporan terbaru ILO terkait dampak covid-19, menyoroti penurunan jam kerja pada kuartal II 2020 diperkirakan akan lebih buruk, dibandingkan perkiraan awal. Saat ini, diperkirakan terjadi kemerosotan 10,5%, atau setara 305 juta pekerja penuh waktu. Itu dengan asumsi 48 jam kerja setiap pekan.
Sebelumnya, estimasi penurunan sekitar 6,7%, atau setara 195 juta pekerja penuh waktu. Perubahan itu diakibatkan perpanjangan dan perluasan kebijakan karantina oleh sejumlah negara. Pandemi covid-19 menyebabkan sekitar 1,6 miliar pekerja di sektor informal global dan 3,3 miliar angkatan kerja global, terancam kehilangan pendapatan.
Dalam bulan pertama pascakrisis terjadi, diperkirakan terjadi penurunan 60% dari penghasilan pekerja informal secara global. Menyoroti setiap kawasan, kemerosotan 81% terjadi di Afrika dan Amerika, 21,6% di kawasan Asia dan Pasifik, kemudian 70% di Eropa dan Asia Tengah.
Baca juga: Jokowi Minta Dukungan Semua Pihak Hadapi Tantangan Ekonomi
“Tanpa sumber penghasilan alternatif, para pekerja dan keluarganya tidak memiliki sarana apapun untuk bertahan,” bunyi laporan ILO.
Selain pekerja di sektor informal, jutaan pelaku usaha juga menghadapi risiko tinggi akibat pandemi. Usaha yang terdampak beroperasi di sektor ekonomi, termasuk 232 juta usaha di sektor ritel, 111 juta usaha di bidang manufaktur, 51 juta usaha di bidang akomodasi dan jasa makanan, serta 42 juta usaha di sektor properti dan kegiatan lainnya.(Ant/OL-11)
Kasus penyakit autoimun mengalami peningkatan setelah pandemi covid-19. Hal ini diungkapkan oleh seorang dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan alergi imunologi
JUMLAH total kasus covid-19 di Jawa Barat, saat ini mencapai 427 kasus. Daerah dengan penjangkitan tertinggi ialah Kota Depok dengan 66 kasus, dan Kota Bandung sebanyak 63 kasus.
PEMERINTAH Kota Tasikmalaya terus berusaha melakukan antisipasi terkait lonjakan kasus Covid-19 yang kembali muncul di Jawa Barat.
Namun, pascapandemi kondisi perkembangan angka kemiskinan secara bertahap terus membaik.
Melalui Dinas Kesehatan, Kota Bandung kini memperkuat seluruh lini kesiapsiagaan demi melindungi warganya.
Masyarakat harus selalu waspada serta selalu menjaga pola hidup sehat bersih (PHBS).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved