Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Industri Hilir Gas Bumi Semakin Tertekan

MI
28/4/2020 08:55
Industri Hilir Gas Bumi Semakin Tertekan
Pekerja sedang memang pipa jaringan gas.(Antara/Yulius Satria Wijaya)

Prospek industri hilir gas bumi akan semakin tertekan seiring dengan pemberlakuan Peraturan Menteri ESDM No 8 Tahun 2020 tentang Cara Penetapan Pengguna dan Harga Gas Bumi Tertentu di Bidang Industri.  Dengan aturan itu, harga  gas bagi beberapa pelaku industri turun menjadi US$6 MMBTU. 


Terkait dengan ini, Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan bahwa aturan tersebut akan membuat industri hilir gas bumi akan semakin tertekan. 

"Kalau pemain migas melihat investasi disektor ini sudah tidak menarik karena penuh intervensi kebijakan yang kurang menarik, tentunya akan mengganggu investasi dan pencarian cadangan gas baru, ” ujar Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan dalam keterangan tertulisnya,kemarin. 

Jika melihat KepMen ESDM No 89.K/10/MEM/2020 sebagai turunan dari Permen ESDM No 8 Tahun 2020, bisa dipastikan industri hilir migas akan terpuruk dan merugi karena pemangkasan biaya transportasi yang cukup signifikan. 

Sebagai contoh, untuk wilayah Jawa Timur yang melalui pipa milik PT Perusahaan Gas Negara (PT PGN) untuk industri tertentu biaya transportasi adalah sebesar US$ 1.19 per mmbtu untuk tahun 2020 – 2022, US$ 0.49 per mmbtu untuk tahun 2023 dan US$ 0.27 per mmbtu tahun 2024.

"Bisa dibayangkan betapa kecil penghasilan yang didapatkan PGN setelah dikurangi biaya yang harus dibayarkan ke transporter, sedangkan disisi lain biaya untuk maintenance pipa dan pembangunan infrastruktur harus tetap berjalan,” tegasnya. 

Ancaman baru juga muncul dari rontoknya harga minyak mentah dunia. Mantan Wamen ESDM Archandra Tahar mengatakan dengan banyaknya perusahaan minyak di Amerika Serikat yang menutup sumur, produksi gas sebagai fluida ikutan dari minyak akan terhenti juga.

Akibatnya, sekitar 14 miliar kaki kubik (billion cubic feet/bcf) gas bumi per hari di AS akan menghilang dari pasar. AS sendiri mengekspor sekitar 8 bcf per hari dalam bentuk Liquid Natural Gas (LNG) ke pasar global. 

“Kondisi tersebut bisa saja membuat harga gas bumi bisa mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Jelas ini akan meningkatkan beban dari badan usaha hilir jika kenaikan harga gas dan LNG pun mengalami kenaikan jika pandemik Covid-19 ini sudah mulai teratasi dan kondisi perekonomian global mulai tumbuh” tandas Mamit. (RO/E-1)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Raja Suhud
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik