Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

BI Disarankan Tahan Suku Bunga di 4,5%

Hilda Julaika
13/4/2020 16:10
BI Disarankan Tahan Suku Bunga di 4,5%
Bank Indonesia disarankan untuk menahan suku bunga kebijakan 4,5% di April ini.(Antara/Akbar Nugroho Gumay)

Bank Indonesia (BI) akan melakukan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada pertengahan pekan ini. 

Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB Universitas Indonesia (UI) menyarankan BI  untuk menahan suku bunga kebijakan di 4,5% pada bulan April ini.

 Keputusan ini perlu diambil lantaran tim riset LPEM FEB UI menilai pemerintah perlu menangani potensi krisis kredit untuk menanggulangi risiko inflasi akibat potensi adanya guncangan penawaran (supply shock).

“Menimbang segala tren positif yang terjadi belakangan, kami melihat BI sebaiknya menahan suku bunga kebijakan di 4,5% bulan ini,” tulis Ketua Peneliti untuk sektor kebijakan makroekonomi dan finansial LPEM FEB UI  Teuku Riefky  dalam laporan hasil penelitian yang diterima Media Indonesia, Senin (13/4).

Adapun potensi supply shock tersebut bisa terjadi karena ancaman pandemi Covid-19 ini dan masa Ramadan juga Idul Fitri yang akan akan terjadi. Pasalnya, menurut Riatu, pandemi ini memberikan gangguan perekonomian tidak hanya di level individu, namun juga pada skala nasional dan global.

Guncangan yang ditimbulkan telah merambat ke sektor finansial akibat meningkatnya volatilitas dan ketidakpastian, menyebabkan investor global mengalihkan portofolionya dari risky assets (aset yang beresiko) ke safe-have assets (aset yang dinilai aman).

Selanjutnya, perilaku flight-to-safety ini telah memicu arus modal keluar dari negara berkembang yang menyebabkan kelangkaan likuiditas di pasar mata uang asing dan mengancam stabilitas nilai tukar. Lebih lanjut, gangguan di rantai pasok dan krisis kredit di sektor perbankan menimbulkan risiko kelangkaan suplai barang selama periode Ramadan dan Idul Fitri yang berpotensi menyebabkan naiknya inflasi akibat supply shock.

“Pemerintah telah mengambil langkah tegas untuk menangani krisis melalui stimulus fiskal secara masif, serta melakukan relaksasi dan intervensi yang diperlukan di pasar finansial. Namun, pemerintah tetap perlu berhati-hati dalam mengambil keputusan,” tambahnya.

Seperti yang diketahui, memasuki bulan April, kondisi perekonomian sedikit lebih terjaga setelah BI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah melakukan upaya besar-besaran melalui intervensi dan relaksasi di pasar finansial.

Per 10 April, tingkat depresiasi rupiah relatif membaik, turun menjadi 14% (ytd) dan membuat nilai tukar terhadap USD menyentuh level dibawah Rp16.000 (sekitar Rp15.800) akibat konsistennya arus modal masuk sejak awal bulan. Lebih lanjut, imbal hasil surat utang pemerintah perlahan menurun ke 8,2% dari 8,37% di titik tertinggnya untuk tenor 10 tahun. (E-1)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Raja Suhud
Berita Lainnya