Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
BANK Dunia memprediksi angka pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini hanya akan mencapai 5,0% atau turun 0,1% dari prediksi awal.
Indonesia memperoleh pembalikan angka pertumbuhan tahun depan yakni 5,1% didukung penurunan tensi perang dagang.
Dalam laporannya, Bank Dunia mencatat pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh melambat seiring dengan lemahnya hagar komoditas dan kepastian politik. Hal ini terlihat dari melemahnya pertumbuhan investasi di 2019 yang berbeda dengan tiga tahun sebelumnya.
Bank Dunia juga menyebutkan melemahnya permintaan domestik menjadi sebab turunnya impor dalam jumlah besar dan memengaruhi pertumbuhan pada kuartal III.
Meski begitu, fondasi makro ekonomi Indonesia dianggap masih kuat. Hal itu pula yang mendukung pertumbuhan ekonomi dalam negeri tetap terjaga.
"Dengan adanya penciptaan lapang-an kerja yang kuat, inflasi yang rendah, serta perluasan program bantuan sosial, itu semua berkontribusi pada turunnya tingkat kemiskinan hingga 9,4%, yang merupakan rekor terendah, pada bulan maret tahun ini," kata Pejabat Direktur Negara Bank Dunia, Rolande Pryce.
Dalam laporan yang sama, Bank Dunia juga membahas soal perlindungan sosial yang dapat dijadikan faktor pendukung Indonesia untuk mencapai visinya sebagai negara berpenghasilan tinggi di 2045.
Untuk mencapai hal itu, Indonesia memerlukan sistem perlindungan sosial yang inklusif dan efisien.
Ekonom utama Bank Dunia, Frederico Gil Sander menyebutkan, perlindungan sosial menjadi hal penting untuk menciptakan angkatan kerja yang bermutu. "Untuk mencapai sasaran tersebut, program perlindungan sosial yang ada saat ini perlu berkembang dan beradaptasi dengan tren demografi, teknologi, dan lingkungan," ujarnya.
Di kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menuturkan, berbagai program perlin-dungan sosial akan digencarkan Presiden Joko Widodo.
"Ini erat kaitannya dengan salah satu program prioritas yang diusung Presiden. Perlindungan sosial masuk kategori peningkatan kualitas sumber daya manusia yang menjadi fokus utama pemerintah saat ini," tutur Sri Mulyani. (Mir/E-1)
Keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan di level 5,50% dipandang sebagai langkah konservatif yang tepat di tengah ketidakpastian global dan perlambatan ekonomi domestik.
Keputusan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan, atau BI Rate di level 5,50% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) 17-18 Juni 2025 dinilai sebagai langkah yang tepat.
Situasi global yang masih dan kian tak menentu patut diwaspadai. Perkembangan dari ekonomi dunia dan konflik Timur Tengah Iran vs Israel dinilai dapat memberi dampak ke perekonomian Indonesia.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kembali mencatatkan defisit sebesar Rp21 triliun, setara 0,09% dari Produk Domestik Bruto (PDB) hingga akhir Mei 2025.
Di tengah ketidakpastian ekonomi global, masyarakat dan pelaku usaha diprediksi akan menghadapi berbagai tantangan.
PENGAMAT ekonomi Universitas Mataram (Unram), Firmansyah mengatakan, relaksasi ekspor konsentrat di NTB tidak perlu dilakukan, jika hanya untuk memperbaiki data pertumbuhan ekonomi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved