Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III 2019 menunjukkan perbaikan dengan mencatat defisit US$46 juta.
Angka tersebut jauh lebih rendah jika dibandingkan defisit pada triwulan sebelumnya sebesar US$2,0 miliar .
"Hal tersebut menunjukkan ketahanan eksternal ekonomi Indonesia yang tetap terjaga di tengah kondisi ekonomi global yang melambat," kata Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Onny Widjanarko dalam keterangan resmi, pekan lalu.
Kondisi ini juga ditopang defisit neraca transaksi berjalan yang membaik serta surplus transaksi modal dan finansial yang meningkat.
Menurut laporan BI, defisit neraca transaksi berjalan yang membaik juga didukung menurunnya defisit neraca perdagangan migas. Di sisi lain, surplus neraca perdagangan nonmigas juga stabil.
Sebagai informasi, defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan III 2019 tercatat sebesar US$7,7 miliar (2,7% dari PDB). Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan defisit pada triwulan sebelumnya yang mencapai US$8,2 miliar (2,9% dari PDB).
"Perbaikan kinerja neraca transaksi berjalan terutama ditopang meningkatnya surplus neraca perdagangan barang. Hal ini juga sejalan dengan menurunnya defisit neraca perdagangan migas di tengah surplus neraca perdagangan nonmigas yang stabil," imbuhnya.
Ke depan, kinerja NPI diperkirakan tetap baik sehingga dapat terus menopang ketahanan sektor eksternal. Prospek NPI tersebut didukung defisit transaksi berjalan 2019 dan 2020 yang diprakirakan tetap terkendali dalam kisaran 2,5%-3,0% PDB. Ditambah, aliran masuk modal asing yang tetap besar.
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan keyakinan CAD akan membaik didorong berbagai perkembangan ekonomi terakhir.
Salah satunya, realisasi CAD hingga kuartal III 2019 yang sebesar 2,7% PDB atau US$7,7 miliar. Angka itu membaik jika dibandingkan dengan kuartal II 2019 yang sebesar 2,9% PDB atau US$8,2 miliar.
Jika dibandingkan secara tahunan di periode sama, CAD kuartal III juga lebih baik karena pada kuartal III 2018 CAD mencapai US$8,6 miliar atau 3,28% terhadap PDB.
"Kita lihat di triwulan IV dengan gambaran seperti ini kami cukup yakin harusnya akan lebih baik," kata Dody seperti dikutip dari Antara.
Dody memperkirakan total CAD pada 2019 akan berkisar pada 2,5% sampai 3% dari PDB. Secara spesifik, dia mengungkapkan keyakinannya bahwa CAD tahun ini tidak akan melampaui CAD 2018 sebesar 2,98% dari PDB.
Tumbuh berkualitas
Dalam kesempatan berbeda, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan kinerja perekonomian Indonesia masih tumbuh berkualitas meski melambat pada triwulan III 2019.
"Meski terjadi perlambatan, pencapaian ini masih lebih baik jika dibandingkan dengan beberapa negara lainnya di ASEAN, di antaranya Malaysia, Thailand, dan Singapura," kata Airlangga.
Ia mengatakan perlambatan pada triwulan III 2019 tidak terlalu memengaruhi kinerja perekonomian nasional yang sepanjang tahun ini mengalami tantangan dari kondisi global.
Fenomena tren perlambatan pertumbuhan ekonomi tidak hanya dialami Indonesia, tetapi sebagian besar negara di dunia.
"Kinerja ekonomi Indonesia sepanjang 2019 cukup baik secara fundamental karena banyak negara justru mengalami perlambatan ekonomi yang lebih dalam, misalnya Tiongkok, Amerika Serikat, dan Uni Eropa," ujarnya. (E-1)