Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Harga Karet tidak Lagi Ditentukan Supply Demand

Andhika Prasetyo
08/10/2019 10:49
Harga Karet tidak Lagi Ditentukan Supply Demand
Pekerja mengumpulkan getah karet di area hutan PTPN IX, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu.(ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra)

MENTERI Perdagangan Enggartiasto Lukita menyebut faktor supply and demand tidak lagi memengaruhi pergerakan harga pada komoditas karet alam.

Terbukti, saat ini, ketika produksi menurun, harga karet alam tidak kunjung melambung. Padahal, kebutuhan dunia akan bahan baku utama ban itu masih tetap tinggi.

Berdasarkan data ANRPC, produksi karet alam dunia berkurang 6,5% menjadi 4,39 juta ton selama lima bulan pertama 2019. Di sisi lain, konsumsi tercatat naik 0,9% menjadi 5,78 juta ton.

Dari segi harga, hingga saat ini masih tidak banyak bergerak di kisaran US$1,3 per kilogram. Padahal, delapan tahun lalu, harga karet alam menyentuh US$5 per kilogram.

"Dari aspek ekonomi, pergerakan harga karet tidak lagi banyak dipengaruhi faktor fundamental yang meliputi permintaan dan penawaran. Terbukti saat ini ketika pasokan karet menurun dan permintaan tinggi, harga masih tetap rendah," ujar Enggartiasto melalui keterangan resmi, Selasa (8/10).

Kondisi perekonomian di Tiongkok kini bisa dianggap sebagai salah satu faktor pembentuk harga. Pasalnya, Negeri Tirai Bambu merupakan net importir karet terbesar dunia dengan pangsa pasar lebih dari 40%.

Ketika ekonomi di Tiongkok melambat, mereka akan berupaya membeli dengan harga yang rendah dan itu menjadi patokan bagi negara-negara pengimpor lain.

Maka dari itu, Enggartiasto meminta seluruh pihak terkait dapat menentukan langkah adaptif dan inklusif agar industri karet alam dapat berkembang baik ke depannya.

“Penyerapan karet alam hendaknya tidak hanya melibatkan industri besar, tetapi juga para pemangku kepentingan dari berbagai level, termasuk industri kecil penopang," ucap pria yang akrab disapa Enggar itu.

Baca juga: Terkena Penyakit Jamur, Produksi Karet Berpotensi Turun 15%

Pemerintah pun telah melakukan berbagai upaya seperti membentuk Unit Pengolahan dan Pemasaran Bahan Olahan Karet (UPPB) untuk membantu petani menghasilkan karet alam berkualitas lebih baik, sehingga mendorong terciptanya harga yang lebih baik. Hingga 2018, sebanyak 323 UPPB Karet telah didirikan di beberapa daerah.

Karet alam merupakan komoditas ekspor nonmigas kedua terbesar Indonesia. Pada 2018, total ekspor karet alam tercatat sebanyak 2,95 juta ton atau 80% dari total produksi di Indonesia dengan nilai US$4,16 miliar.

Sebagai penghasil kedua terbesar karet alam di dunia, pada 2018, Indonesia menghasilkan 3,63 juta ton dari lahan perkebunan karet seluas 3,67 juta hektare. Sebanyak 85% lahan perkebunan tersebut dimiliki oleh 2,5 juta petani karet.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya