Bidik Eurasia lewat Kazakhstan

Achmad Maulana dari Kazakhstan
25/9/2019 08:15
Bidik Eurasia lewat Kazakhstan
Bendera Indonesia-Kazakhstan(ANTARA/Rivan Awal Lingga)

PENGUSAHA Indonesia dituntut kejeliannya menciptakan pasar baru untuk meningkatkan kinerja ekspor, apalagi di tengah kondisi perekonomian dunia yang belum stabil.

Duta Besar RI untuk Kazakhstan, Rahmat Pramono, mengatakan Kazakhstan bisa menjadi salah satu pasar potensial yang bisa digarap karena letak geografis negara pecahan Uni Soviet tersebut yang strategis.

"Kazakhstan bisa menjadi pintu masuk bagi Indonesia untuk penet-rasi pasar ke kawasan Asia Tengah dan negara-negara Eropa Timur. Ini peluang besar jika kita bisa menangkapnya," papar Rahmat di Astana, Senin (23/9).

Ia menuturkan, kebijakan pembangunan infrastruktur yang masif dan bersinergi dengan program One Belt One Road Tiongkok diprediksi akan mendorong Kazakhstan terhubung secara ekonomi dengan Pasifik.

Selain itu, dengan cadangan minyak dan produksi gandum yang berlimpah, Kazakhstan bisa menjadi sumber alternatif bagi keamanan dan pangan Indonesia.

Jumlah penduduk Kazakhstan yang mencapai 17,5 juta jiwa dan PDB (GDP) per kapita terbesar di Asia Tengah juga menjadi potensi untuk tujuan ekspor dan meningkatkan pariwisata.

"Harus diakui hubungan dagang kita dengan Kazakhstan belum terlalu besar. Meski begitu, dari Januari sampai Juli, perdagangan kita tercatat masih surplus. Ekspor kita ke Kazakhstan baru berupa ban, elektronik, dan bahan kimia. Sebaliknya kita mengimpor turunan minyak," cetus Rahmat.

Sebagai anggota EAEU (Eurasian Economic Union) bersama Rusia, Belarus, Kirgizstan, dan Armenia, Kazakhstan punya kesamaan dengan Indonesia, yakni berpenduduk muslim yang besar. Dengan kesamaan itu sejatinya Kazakhstan bisa menjadi pintu masuk bagi Indonesia ke negara-negara Eurasia.

"Dengan jumlah penduduk EAEU yang sebesar 183,8 juta dan GDP US$1,9 triliun, tidak menghe-rankan jika beberapa negara yakni Vietnam, Iran, dan Tiongkok sudah menjalin free trade area. Karena itu, kita harus bergerak cepat jika tidak mau tertinggal," ujarnya.

Kerja sama Rusia

Pada bagian lain, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Darmayanti Lubis yang tengah melakukan kunjungan kerja ke Kazakhstan menyampaikan keterbukaan pihaknya untuk memenuhi undangan parlemen Rusia.

Pertemuan itu untuk mematangkan MoU yang dilakukan pada 2017 silam, di antaranya terkait dengan keinginan Rusia membangun infrastruktur perkeretaapian dan listrik tenaga nuklir di Kalimantan.

"Timbal baliknya, kita berharap ada SDM yang ditingkatkan. Diharapkan kuota beasiswa ke Rusia bisa ditingkatkan," ujarnya.

Dari sisi keuangan, bank sentral Rusia dan Indonesia juga diharapkan bisa menyamakan persepsi ke depan. Dengan demikian, kerja sama ekonomi kedua negara bisa berlanjut.

"Kita akan sama-sama mengawal kerja sama ini agar bisa terealisasi pada 2021. Diharapkan, kehadiran Presiden Vladimir Putin ke Jakarta pada Februari 2020 mendatang bisa memuluskan upaya itu," pungkasnya. (E-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya