Headline

Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan

Fokus

Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah

Proyek Kereta Semicepat Jakarta-Surabaya Dimulai

Haufan Hasyim Salengke
24/9/2019 21:33
Proyek Kereta Semicepat Jakarta-Surabaya Dimulai
Penandatanganan Summary Record pelaksanana kereta semicepat Jakarta-Surabaya(Antara/Dhemas Reviyanto)

PERSIAPAN proyek kereta semicepat Jakarta-Surabaya resmi dimulai menyusul penandatanganan dokumen bertajuk Catatan Ringkasan (Summary Record) Proyek Revitalisasi Kereta Api Lintas Utara Jawa, di Jakarta, Selasa (24/9).

Penandatanganan itu disaksikan oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono/ Dari pihak Jepang oleh Tadayuki Miyashita selaku Wakil Duta Besar Jepang bidang Ekonomi dan Tomoyuki Kawabata sebagai Perwakilan Senior JICA Indonesia.

Dari penandatanaganan dokumen ini pemerintah Jepang dan Indonesia telah menyepakati sejumlah poin kesepakatan mengenai pelaksanakan Survei Persiapan (P/S) Proyek Revitalisasi Kereta Api Lintas Utara Jawa yang dilaksanakan oleh Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA).

"Kesepakatan ini merupakan sebuah langkah besar untuk melaksanakan proyek revitalisasi kereta api lintas utara Jawa," ujar Miyashita

"Seperti perminataan pemerintah Indonesia agar survei ini bisa dilaksanakan sesegera mungkin," imbuhnya.

Baca juga : Kereta Cepat Jakarta - Bandung Siap Beroperasi pada 2021

Ia melanjutjan, proses survei diestimasi akan berlangsung selama 1-1,5 tahun atau hingga Oktober 2020.

Adapun perkiraan biaya yang diungkapkan pemerintah Indonesia dari proyek ini sebesar Rp60 triliun. Sementara pihak JICA belum bisa membeberkan ikhtisar biaya sebelum P/S rampung.

Berdasarkan syarat-syarat yang telah disetujui sebelumnya dalam Catatan Ringkasan tersebut, Pemerintah Indonesia dan Jepang akan bekerjasama dalam melakukan P/S untuk merealisasikan proyek tersebut.

Miyashita mengungkapkan, ada 8 prakondisi sebagai spesifikasi teknis untuk P/S projek tersebut. Pertama, kedua pihak sepakat proyek ini akan mengimplementasikan jalur rel sempit atau narrow gauge (1.067mm). Kedua, yang dikembangkan adalah jalur tunggal (single track operation). Ketiga, proyek tidak akan menggunakan elektrifikasi.

Selanjutanya, yang dibangun adalah jalur tanpa ballast (ballast-less track). Menurut Miyashita, biaya konstruksi tanpa ballast ini memang mahal namun dari segi biaya perawatan yang menggunakan ballast jauh lebih mahal.

Kelima, disepakati penerapan lokomotif rolling stock yang digerakkan oleh tenaga listrik yang dipasok dari generator diesel yang dipasang di dalam kereta. Keenam, sistem persinyalan akan menggunakan automatic train stop type-p (ATS-P). Selanjutnya, kecepatan maksimum kereta adalah 160 km per jam.

Poin delapan yang disepakati adalah target waktu tempuh antara Jakarta dan Surabaya sekitar 5,5 jam.

Selanjutnya, JICA dan Indonesia sepakat untuk mengimplementasikan proyek ini dengan dua fase. Fase pertama yaitu pengerjaan konstruksi antara Jakarta dan Semarang, dan fase dua dari Semarang ke Surabaya.

Pihak Jepang, jelas Miyashita, sepakat untuk mempertimbangkan memakai skema Public Private Partnership (PPP) untuk proyek ini.

Jepang dan Indonesia sepakat untuk berupaya memaksimalkan tingkat komponen dalam negeri. Namun Kawabata mengimbuhkan pihak mereka belum bisa memastikan berapa persen komponen dalam negeri akan diaplikasikan sebelum P/S dilakukan. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya