Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

The Smith Mulai Serah Terima Mei 2020

(Ria/S-5)
17/9/2019 04:00
The Smith Mulai Serah Terima Mei 2020
Direktur Utama PT Trinity Dinamik, Samuel Stephanus Huang, berkunjung ke proyek The Smith, Alam Sutera, Tangerang, Banten, Rabu (11/9).(DOK THE SMITH)

PT Triniti Dinamik menargetkan serah terima proyek mixed use The Smith, Alam Sutera, sesuai dengan target, yakni mulai awal Mei 2020.

Menurut Direktur Utama PT Trinity Dinamik, Samuel Stephanus Huang, The Smith akan melakukan serah terima unit secara bertahap.

"Saat ini semua berjalan sesuai jadwal dan The Smith memasuki tahap topping. Serah terima akan dilakukan secara bertahap, mulai Mei tahun depan," ujar Samuel ketika menerima kunjungan Presiden FIABCI Dunia, Walid Moussa, yang didampingi Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) yang juga Presiden FIABCI Asia Pasifik, Soelaeman Soemawinata, di proyek The Smith, Alam Sutera, Tangerang, Banten, Rabu (11/9).

Ia mengemukakan proses konstruksi bangunan 33 lantai itu masih sesuai dengan target awal yang ditetapkan. "Saat ini penjualan sudah mencapai 70%-75% dan saya optimistis semua unit akan terjual habis segera."

The Smith merupakan proyek mixed use yang terdiri atas hunian, perkantoran, dan small office and home office (SOHO).

Ketua Umum REI, Soelaeman Soemawinata, menilai proyek mixed use The Smith merupakan salah satu proyek properti yang mampu terus bertahan dalam kondisi sektor properti yang melambat.

Eman, sapaan Soelaeman Soemawinata, menilai selain karena masalah ekonomi global, properti di Indonesia belum bertumbuh karena masalah psikologis. Misalnya, masalah global seperti perang dagang sudah berbulan-bulan belum menemui titik terang dan ini berdampak pada berbagai negara.

Sementara itu, di dalam negeri, pemerintah acap kali mengeluarkan peraturan yang gonjang-ganjing dan belum pasti, seperti pajak progresif dan PPH final menjadi nonfinal. Padahal, secara angka saat ini suku bunga sudah sangat lebih baik jika dibandingkan dengan 1994.

"Isu-isu yang muncul membuat pengembang mulai memikirkan apa strateginya ke depan. Kalau ada kebijakan apa pun kan pengembang tidak bisa serta-merta bergerak cepat," tegas Eman.

Karena itu, menurut Eman, bukan hanya sektor properti, melainkan sektor lain juga butuh kalimat-kalimat dan kebijakan yang menyejukkan dari pemerintah yang bisa mengubah psikologis pengusaha.

Kebijakan tersebut juga diharapkan bisa tegas, apalagi backlog di Indonesia masih sangat tinggi dan permintaan rumah juga masih cukup tinggi. (Ria/S-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya