Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

17 Perjanjian Dagang Tercipta pada Era Pertama Jokowi

Andhika Prasetyo
20/8/2019 16:00
17 Perjanjian Dagang Tercipta pada Era Pertama Jokowi
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita(MI/Ramdani)

PEMERINTAH menargetkan hingga akhir 2019 akan ada sepuluh perjanjian perdagangan yang akan kembali diselesaikan.

Kesepuluh perjanjian itu meliputi Indonesia-Iran PTA, Indonesia-Mozambik PTA, Indonesia-Turki CEPA, Indoneisa-Tunisia PTA, Indonesia-Japan EPA, Indonesia-Korea CEPA, Regional Comrehensive Economic Partnership, Indonesia-European Union CEPA, ASEAN-Australia-Selandia Baru FTA dan ASEAN-India FTA.

Adapun, selama 2015 hingga semester pertama 2019, pemerintah telah menyelesaikan tujuh kesepakatan dagang dengan Chile, Palestina, Pakistan, Australia dan EFTA. Dua lainnya merupakan perjanjian yang melibatkan ASEAN dengan Hong Kong dan Jepang.

Dengan demikian, dalam lima tahun terakhir, ada 17 perjanjian dagang yang akan dirampungkan.

Jumlah tersebut sangat jauh meningkat dibandingkan capaian yang diraih dalam sebelas tahun terakhir. Kementerian Perdagangan mencatat, selama periode itu, Indonesia hanya mampu melaksanakan tujuh perjanjian dagang baik dalam lingkup bilateral maupun regional.

Baca juga: Indonesia-Turki Tuntaskan Perjanjian IT-CEPA

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengungkapkan, ke depannya, tantangan yang harus dihadapi ialah bagaimana mengimplementasikan kesuksesan kerja sama perdagangan yang telah terjalin sehingga memberikan manfaat optimal bagi perekonomian negara.

“Semua yang selesai 2019 itu baru akan bisa diterapkan pada 2020 karena harus melalui proses ratifikasi terlebih dulu. Tapi itu memang harus dilakukan, jika tidak, semakin tertinggal dengan negara lain,” ujar Enggar saat ditemui di sela-sela Indonesia Africa Infrastructure Dialogue di Nusa Dua, Bali, Selasa (20/8).

Selagi menunggu proses ratifikasi, para pelaku usaha bisa mulai melakukan pembangunan untuk mendorong kinerja ekspor ke negara-negara mitra yang telah memiliki perjanjian dagang dengan Indonesia.

“Mau investasi berapa, bangun pabrik berapa, itu sudah bisa direncanakan. Proses dagangnya memang masih nanti, tapi mereka sudah bisa mulai siap-siap dari sekarang. Itu sentimen positif,” tuturnya.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik