Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
INSIDEN gelembung gas di anjungan YY sumur YYA-1 area Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) menimbulkan sejumlah dampak bagi proses produksi maupun terhadap lingkungan di sekitar anjungan.
Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H. Samsu mengatakan, selain diindikasikan menjadi penyebab bergesernya pondasi anjungan, insiden gelembung gas ini juga mengakibatkan dihentikannya proses pengeboran.
Padahal jika mampu terus beroperasi, sumur itu diperkirakan dapat menghasilkan 23 kaki kubik gas dan 3 ribu barrel minyak per hari.
"(Insiden gelembung) diindikasikan menyebabkan terjadinya penggeseran pondasi anjungan dan rencana produksi dari struktur YY itu adalah tadinya sebesar 23 juta kaki kubik gas per hari dan sekitar 3 ribu barrel minyak per hari," kata Dharmawan pada konferensi pers di kantor pusat Pertamina, Jakarta (25/7).
Sedangkan dampak yang terjadi pada lingkungan yaitu terjadinya tumpahan minyak (oil spill) di sekitar anjungan. Tumpahan minyak yang tidak berhasil ditangkap, terbawa arus hingga mencapai garis pantai.
Baca juga : Pertamina Investigasi Gelembung Gas di Anjungan Laut Karawang
"Pertamina di dalam menghadapi hal seperti ini maka yang pertama harus dilakukan adalah keselamatan pekerja, masyarakat, dan di lingkungan sekitar. Dan inilah yang telah dilakukan dengan mengevakuasi para karyawan dan juga melindungi masyarakat, khususnya masyarakat nelayan dari potensi bahaya yang ada di sekitar dan memastikan sekecil mungkin dampak lingkungan yang terjadi," tuturnya.
Dharmawan menjelaskan hingga saat ini pihak Pertamina telah melakukan sterilisasi area di sekitar anjungan dengan menggunakan security patrol boat dan operation boat. 29 kapal telah dikerahkan untuk oil spill combat, patroli, dan standby firefighting serta dukungan-dukungan logistik lainnya.
Perusahaan juga menyediakan sekitar 3.500 meter oil boom offshore, 3.000 meter oil boom shoreline, dan sekitar 700 meter fishnet di pesisir pantai yang terdampak sejak oil spill mulai dilihat.
"Satu demi satu peralatan ini didatangkan ke lokasi untuk memastikan bahwa penanggulangan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya," ujarnya.
Pertamina juga mengaktifkan incindent management team (IMT) agar penanggulangan tumpahan minyak diupayakan bisa dikelola, diisolir, ditampung, dan juga diangkut dalam kondisi masih di laut.
Kapal yang dioperaskan untuk kegiatan ini dapat menampung minimal 4.500 barrel minyak per day. Sedangkan penanggulangan tumpahan minyak yang mencapai pantai dilakukan dengan cara pembersihan pantai dan diangkut melalui jalan darat ke beberapa lokasi penampungan dan pengolahan limbah yang berizin dan bersertifikasi.
Penanggulangan gas yang muncul di anjungan dilakukan dengan melakukan spraying dengan kapal-kapal Anchor Handling Tug and Supply (AHTS).
Sedangkan untuk penanggulangan terhadap sumur YYA-1, Pertamina akan melakukan metode relief well atau pengeboran miring menggunakan rig Suhana dan memasukkan semen untuk menghentikan semburan.
Dharmawan mengatakan rig Suhana akan sampai di lokasi pada Sabtu (27/7) mendatang. Proses relief well ini melibatkan perusahaan asal Amerika Boots & Coots yang telah berpengalaman di bidangnya.
Diperkirakan butuh waktu sekitar 8 hingga 10 minggu untuk mematikan sumur YYA-1. Setelah ditutup permanen, maka sumur YYA-1 tidak akan digunakan kembali.
"Sumur ini setelah dipermanenkan ditutup tidak untuk digunakan kembali. Artinya untuk mengembangkan lapangan ini harus dilakukan sumur baru," tandasnya. (OL-7)
PEMERINTAH Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, menuntut hak atas Dana Bagi Hasil (DBH) Migas dari aktivitas eksplorasi dan produksi gas bumi berskala jumbo di Selat Makassar.
PHE ONWJ mengirim topside Anjungan OOA, berbobot 530 metrik ton, dari lokasi fabrikasi Proyek Pengembangan Lapangan OO-OX, Kepulauan Riau.
Pertamina EP Cepu (PEPC) mencatatkan kinerja positif sepanjang 2024. Itu tercermin dari total laba bersih yang mencapai US$817,6 juta atau setara Rp13,4 triliun di 2024.
PEMERINTAH menegaskan bahwa hingga saat ini belum ada data resmi yang menyatakan keberadaan potensi migas di 4 pulau yang baru-baru ini ditetapkan masuk wilayah administratif Aceh.
GUBERNUR Aceh, Muzakir Manaf, memastikan bahwa empat pulau yang sebelumnya menjadi sengketa dengan Provinsi Sumatra Utara ternyata mengandung potensi minyak dan gas (migas)
EMPAT pulau yang sebelumnya berada dalam wilayah Provinsi Aceh dan kini masuk Provinsi Sumatera Utara (Sumut), disebut mempunyai kandungan minyak dan gas (migas)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved