Headline

Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.

JK Akui Jenuh Bicara Revolusi Industri 4.0

Dero Iqbal Mahendra
11/7/2019 15:41
JK Akui Jenuh Bicara Revolusi Industri 4.0
Wakil Presiden Jusuf Kalla (kiri) pada acara Smart Business Talk yang diselenggarakan oleh Persatuan Wartawan Indonesia di Jakarta.(ANTARA/Dhemas Reviyanto )

WAKIL Presiden Jusuf Kalla berkelakar terkait banyaknya pembahasan terkait industri 4.0, namun tidak pernah terwujud dalam suatu hal yang kongkrit. JK mengaku sudah bosan berbicara mengenai industri 4.0.

“Ini gaya Indonesia, kita banyak bicara, kurang bekerja, begitu kan. Saya sebenernya sudah jenuh bicara (industri) 4.0 ini,”ujar Kalla pada acara smart talk with Jusuf Kalla yang diselenggarakan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Hotel Arya Duta Jakarta, Kamis (11/7).

Baca juga: DJPPR Rilis SBR007 dengan Bunga 7,5%

Ia mengungkapkan sudah terlalu banyak pembahasan mengenai industri 4.0, baik itu seminar, pertemuan, diskusi dan banyak tulisan terkait topik tersebut. Namun, sambung dia, pada akhirnya tetap mengimpor barang dari Tiongkok.

Oleh sebab itu, Kalla meminta kepada para jurnalis tidak lagi hanya mengadakan diskusi membahas industri 4.0, tetapi harus lebih progresif dari hanya sekedar pembahasan yakni pelaksanaan industri 4.0.

Dimasa depan, Kalla mengingatkan yang dibutuhkan adalah para pekerja yang efisien dalam bekerja. Ia menegaskan, efisien yang dimaksudnya tidak selalu berujung kepada robotik. Menurut Kalla, jika memang semua pekerja menjadi robotik maka sistem ekonomi akan hancur karena tidak ada pekerja yang mendapatkan penghasilan untuk membeli kebutuhannya.

Oleh sebab itu, yang terpenting menurut Kalla adalah efisiensi dan pemakaian teknologi yang sesuai dengan zamannya. Namun masyarakat Asia umumnya lebih menggabungkan kemajuan teknologi dan efisiensi dengan tujuan memakmurkan manusianya dan bukan memakmurkan robot.

Kalla juga mengingatkan agar tidak khawatir dengan perubahan teknologi, karena dari waktu ke waktu hal tersebut terjadi dan masyarakat menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada.

“Jadi semua teknologi itu ada masanya. Zaman dulu kita menggunakan telefon biasa, yang laku wartel. Semua orang kalau malam antre di wartel karena murah kalau malam. Begitu ada handphone, mati wartel, yang muncul penjualan pulsa. Setelah tidak perlu beli pulsa, tinggal online saja langsung tidak lagi ada penjual pulsa. Jadi timbul lagi bisnis yang lain,” tutur Kalla.

Oleh sebab itu, menurut Kalla, semua harus siap dengan berbagai perubahan dan setiap persoalan tentu ada jalannya. (OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya