Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Konsumsi Rumah Tangga Topang Ekonomi Indonesia di Kuartal II

Nur Aivanni
08/7/2019 19:41
Konsumsi Rumah Tangga Topang Ekonomi Indonesia di Kuartal II
proyek infrastruktur pemerintah diharapkan jadi bagian penopang pertumbuhan ekonomi di masa mendatang(Antara/Wahyu Putro A)

SEJUMLAH ekonom sepakat dengan Bank Indonesia yang menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2019 cenderung melandai dengan pertumbuhan di kisaran %,07%-5.1%.

Direktur Eksekutif Center of reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal menyebutkan, sumber utama penopang pertumbuhan ekonom di triwulan kedua ini adalah konsumsi rumah tangga yang pertumbuhannya diprediksi stabil pada 5,05%.

"Bahkan bisa jadi ada percepatan dibanding Kuartal I karena (ada) Ramadan, lebaran dan pemilu," katanya kepada Media Indonesia, Senin (8/7).

Hanya saja, sambung dia, sumber pertumbuhan lainnya cenderung mengalami tekanan lebih besar, khususnya ekspor-impor dan investasi. Ia pun memprediksi defisit perdagangan di Kuartal II 2019 akan lebih dalam dibanding kuartal sebelumnya.

Maka itu, ia menekankan pentingnya pemerintah untuk menggenjot ekspor dan investasi.

Baca juga : BI Proyeksikan Ekonomi Kuartal II 2019 Melandai

Untuk meningkatkan kinerja ekspor di tengah ketidakpastian global ini, kata dia, pemerintah bisa memperluas pasar ke negara-negara non tradisional dan memperkuat linkage antar industri di dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan impor.

Secara terpisah, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara memproyeksikan ekonomi di Kuartal II 2019 tumbuh di kisaran 5% hingga 5,1%.

Ia menilai adanya momen lebaran tahun ini masih belum bisa mendorong konsumsi rumah tangga dan pertumbuhan ekonomi di Kuartal II 2019.

"Kondisi stabilitas politik saat sidang MK, mahalnya tiket pesawat, dan penurunan harga komoditas ekspor membuat kelas menengah atas menahan untuk belanja. Ini juga tercermin dari indeks keyakinan konsumen bulan Juni yang turun ke 126,4 lebih rendah dari Juni 2018 di 128," tuturnya.

Tak hanya itu, sambung Bhima, motor investasi dan ekspor juga melandai karena tekanan perang dagang dan pelambatan investasi secara global.

Untuk mengatasi hal tersebut, terangnya, ada strategi jangka pendek yang bisa dilakukan oleh pemerintah yaitu mengandalkan permintaan domestik.

"Kebijakan rebalancing, misalnya lewat percepatan B20, hilirisasi sawit untuk campuran makanan-minuman dan kosmetik dalam negeri serta kelebihan pasokan karet untuuk campuran aspal dan sebagainya. China sendiri mulai lakukan rebalancing sejak 2016 lalu untuk antisipasi perlambatan ekspor," tandasnya. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya