Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
PASAR modal dinilai dapat berkontribusi guna meringankan beban utang luar negeri asalkan lebih sinergi dan dioptimalkan. "Solusi melunasi utang negara dan swasta dengan menggunakan struktur pasar modal bisa mempersingkat waktu penyelesaian utang. Bahkan, ke depan bisa menjadi sumber pendanaan bagi pemerintah atau swasta," ujar Vier Abdul Jamal, Senior Stock Trader & Block Investors, di Jakarta, Minggu (7/7).
Menurut Jamal, kekuatan pasar modal yang memiliki transaksi harian berkisar Rp8 triliun-Rp10 triliun tak bisa mengabaikan kontribusi BUMN yang sudah bercokol sejak lama di Bursa Efek Indonesia (BEI), seperti PT Telkom, Bank Mandiri, BRI, dan BNI. Kapitalisasi emiten BUMN ini terus merangkak dari tahun ke tahun hingga mencapai Rp1.839 triliun per 29 Desember 2017.
"Bila BUMN yang telah melantai di BEI menerbitkan saham baru right issue atau hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) dengan leverage 10 kali dan rasio 1:99, puluhan, bahkan ratusan triliun lembar saham dapat dicetak dari proses ini," ujarnya.
Dengan asumsi masing-masing BUMN yang listing di BEI menerbitkan 250 triliun saham baru, maka dengan hanya empat perusahaan BUMN yang tercatat sudah bisa menerbitkan 1.000 triliun saham.
"Jika harga per lembar sahamnya naik menjadi dua kali lipat, dapat dipastikan mencetak 2.000 triliun," papar Jamal.
Hasil aksi korporasi yang menghasilkan 2.000 triliun saham baru tersebut, tambahnya, dapat dicairkan dengan menjualnya ke pasar untuk diserap investor ritel ataupun institusi sehingga negara dapat mengantongi minimal uang tunai Rp2.000 triliun.
Struktur lainnya, jelas Jamal, saham baru hasil right issue tersebut dapat dijadikan asset back securities dalam menerbitkan National Bond yang dapat dijual murah, misalnya Rp50.000 per unit. Agar strategi ini mulus, kata dia, seluruh bank pemerintah dan swasta bisa menjadi agen penjualan ke investor ritel dan institusi. (Pun/E-1)
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat rekor tertinggi kapitalisasi pasar (market cap) sebesar Rp13.701 triliun pada 29 Juli 2025, melampaui capaian tahun-tahun sebelumnya.
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) memperkuat pasar derivatif domestik dengan meluncurkan lima saham baru sebagai underlying kontrak berjangka saham (KBS).
Pencatatan sukuk ini merupakan hasil dari konsistensi dan komitmen bank dalam menjawab tantangan industri perbankan syariah yang semakin kompetitif dan dinamis.
AKTIVITAS perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 23–26 Juni 2025 menunjukkan tren pelemahan di hampir seluruh indikator utama.
Hingga 28 Mei 2025, total nilai transaksi Repo di SPPA mencapai Rp100,85 triliun, dengan rata-rata transaksi harian mencapai Rp2,86 triliun.
BEI mencatat pergerakan pasar modal Indonesia selama pekan pertama Juni 2025 menunjukkan indeks harga saham gabungan (IHSG) mengalami penurunan sebesar 0,87%.
UTANG pemerintah makin mencemaskan. Pada awal 2025 ini, total utang pemerintah pusat membengkak menjadi Rp8.909,14 triliun. Angka itu setara dengan 40,2% produk domestik bruto (PDB).
Utang negara adalah alat yang dapat digunakan untuk membiayai pembangunan dan merangsang perekonomian, tetapi juga membawa risiko jika dikelola dengan buruk.
PADA 2024, utang publik global diperkirakan mencapai US$102 triliun. Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok berkontribusi besar terhadap meningkatnya jumlah utang. Indonesia?
Kemenkeu mencatat posisi utang pemerintah per Agustus 2024 mencapai Rp8.461,93 triliun. Rasio utang pemerintah pada periode tersebut sebesar 38,49%, masih di bawah batas aman 60%.
Masyarakat sipil menyampaikan keprihatinan terhadap inisiatif AZEC. Menurut mereka perjanjian itu solusi palsu memperpanjang penggunaan energi fosil dan menambah utang negara.
PEMERINTAHAN Presiden Joko Widodo disebut meninggalkan warisan utang dan biaya utang yang cukup besar bagi pemerintahan berikutnya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved