Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Serapan Bulog Minim karena Produksi belum Maksimal

Andhika Prasetyo
19/3/2019 11:06
Serapan Bulog Minim karena Produksi belum Maksimal
Pekerja mengangkat karung isi beras di Gudang Beras Bulog, Makassar, Sulawesi Selatan, (Kamis (3/1/2019).(ANTARA FOTO/Abriawan Abhe)

SERAPAN beras dalam negeri Perum Bulog hingga pertengahan Maret 2019 tercatat baru sebesar 20.844 ton. Jumlah itu sangat jauh atau baru mencapai 1,43% di bawah target yang ditetapkan pemerintah. Serapan perseroan yang kecil tidak terlepas dari kinerja produksi yang juga mengalami penurunan.

Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) Soetarto Alimoeso mengatakan setelah melihat secara langsung di lapangan, volume produksi padi pada tiga bulan pertama tahun ini memang lebih sedikit dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Hal itu terjadi lantaran musim tanam yang mengalami pergeseran sehingga jadwal panen mengalami kemunduran.

"Dibanding tahun lalu memang beda. Sekarang ini produksi lebih di bawah tahun lalu," ujar Soetarto kepada Media Indonesia, Selasa (19/3).

Baca juga: Serapan Beras Minim, Bukan Salah Bulog

Karena gabah yang beredar masih sedikit, harga pun terpengaruh. Ia menyebut rata-rata harga gabah di sentra-sentra produksi masih di angka Rp4.500-4.700 per kilogram (kg).

Dengan harga yang masih tinggi, Bulog tidak bisa bersaing kuat dengan perusahaan-perusahaan penggilingan padi lain.

Sebagaimana diketahui, sesuai Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2015, Bulog hanya bisa menyerap gabah dengan harga pembelian pemerintah (HPP) Rp3.700 per kilogram (kg) dengan maksimal fleksibilitas 10% yakni Rp4.070 per kg.

Ia memprediksi, panen raya baru akan terjadi pada April mendatang. Harga gabah pun diperkirakan akan turun hingga menyentuh HPP dengan fleksibilitas 10%.

"Mungkin bulan empat (April) harga akan turun karena terjadi puncak panen. Harga akan menyentuh HPP tapi saya rasa itu tidak akan bertahan lama," tandasnya.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya