Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Maskapai Harus Berbenah Hadapi Tol Jawa

Nur Aivanni
03/3/2019 09:15
Maskapai Harus Berbenah Hadapi Tol Jawa
(ANTARA FOTO/Aji Styawan)

SEJUMLAH pihak mengimbau maskapai penerbangan membenahi pelayanan mereka saat menghadapi fenomena beralihnya warga masyarakat untuk menggunakan Tol Trans-Jawa dan Trans-Sumatra.

Misalnya, maskapai harus mengatur ulang jumlah rute, jadwal penerbangan, merevisi harga tiket, dan mengenakan tarif bagasi secara bertahap.

Demikian pernyataan Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi dan pengamat transportasi Djoko Setijowarno kepada Media Indonesia dalam kesempatan terpisah di Jakarta, kemarin.

Menurut Tulus, masyarakat kini memiliki sejumlah pilihan moda transportasi untuk bepergian selain pesawat. Hal itu disampaikannya saat menanggapi turunnya jumlah penumpang pesawat domestik pada Januari 2019 yang dirilis BPS pada Jumat (1/3).

"Era tiket (pesawat) murah tampaknya akan berkurang signifikan. Dulu, orang pindah ke pesawat. Sekarang orang pindah lagi ke transportasi lain yang harga tiketnya terjangkau," kata Tulus.

BPS mencatat jumlah penumpang angkutan udara domestik selama Januari 2019 mencapai 6,7 juta orang atau turun 16,07% jika dibandingkan dengan periode Desember 2018.

Penurunan jumlah penumpang terjadi di Bandara Soekarno-Hatta Jakarta sebesar 23,31%, Bandara Juanda Surabaya 12,74%, Bandara Ngurah Rai Bali 9,90%, dan Bandara Hasanuddin Makassar 6,55%.

"Ada peralihan. Tol yang menghubungkan Jakarta-Surabaya membuka peluang orang beralih dari angkutan udara yang naik tarifnya ke transportasi darat," ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Yunita Rusanti, Jumat (1/3).

Selain faktor musiman, menurut BPS, penurunan jumlah penumpang pesawat domestik itu dipicu kebijakan tarif bagasi oleh maskapai berbiaya rendah (low cost carrier/LCC). Kondisi itu mendorong masyarakat beralih ke transportasi lain.

Apalagi, Tol Trans-Jawa menjadi alternatif bagi masyarakat untuk menggunakan transportasi darat.

Bertahap
Kini, rata-rata barang di bagasi pesawat seberat 10 kg dikenai biaya Rp360 ribu, 15 kg sebesar Rp540 ribu, 20 kg senilai Rp720 ribu, 25 kg Rp900 ribu, dan 30 kg harus membayarkan Rp1,080 juta.

"Kita akan menemukan keseimbangan baru antara maskapai penerbangan dan moda transportasi lain. Ini fenomena baru yang harus disikapi. Misalnya, ketika pemerintah sudah bangun Tol Trans-Jawa dan Trans-Sumatra, perilaku konsumen akan berubah," lanjut Tulus.

Pengamat transportasi Djoko Setijowarno pun mengungkapkan hal yang sama. Menurut dia, semua moda transportasi kini perlu meningkatkan pelayanan mereka.

"Sekarang masyarakat punya banyak pilihan transportasi, terutama di Jawa. Kereta sudah bagus dan bus juga. Adanya pilihan ini, setiap moda angkutan perlu meningkatkan pelayanan," ungkap Djoko.

Maskapai penerbangan sendiri, menurut Djoko, mereka perlu memikirkan kembali mengenai pengenaan tarif bagasi. Menurutnya, pengenaan tarif bagasi tidak masalah. Hanya, pelaksanaannya sebaiknya dilakukan secara bertahap.

"Masyarakat kita itu sangat sensitif sekali kalau bicara soal tarif. Pihak (maskapai) jangan langsung (memungut tarif bagasi), bisa diterapkan (dulu) maksimal 15 kg selama setahun. Tahun depan (tambah lagi) 10 kg. Jadi, bertahap gitu," tandas Djoko. (X-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik