Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Indonesia, Thailand, dan Malaysia Sepakat Kurangi Ekspor Karet

Antara
26/2/2019 10:45
Indonesia, Thailand, dan Malaysia Sepakat Kurangi Ekspor Karet
(ANTARA/Nova Wahyudi)

TIGA negara produsen utama karet alam (natural rubber) dunia, Thailand, Indonesia, dan Malaysia sepakat mengurangi ekspor karet sebanyak 200.000 sampai 300.000 metrik ton guna mengatasi harga karet alam dunia yang terus tertekan.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menjelaskan skema pengaturan ekspor atau disebut Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) merupakan salah satu keputusan yang diambil pada pertemuan International Tripartite Rubber Council (ITRC) yang diinisiasi tiga negara produsen karet tersebut.

"Ketiga negara sepakat mengurangi ekspor karet sebesar 200.000 sampai 300.000 ton setahun. Perhitungan rinci dan pelaksanaannya akan dibahas kembali oleh para pejabat pemerintahan masing-masing pada 4 Maret mendatang," kata Menko Darmin pada konferensi pers di Kantor Kemenko Perekonomian Jakarta, Senin (25/2).

Darmin menjelaskan penerapan AETS untuk mengurangi ekspor dari ketiga negara tersebut berlaku untuk jangka waktu tiga bulan ke depan.

Rincian dan pelaksanaan AETS ini akan didiskusikan kembali pada pertemuan Senior Official Meeting (SOM) ITRC pada 4 Maret mendatang di Thailand.

Baca juga: RI, Malaysia, Thailand Berjuang Kerek Harga Karet

Ada pun kontribusi produksi karet alam dari masing-masing negara, yakni tertinggi dari Thailand sebesar 52%, Indonesia 38%, dan sisanya Malaysia 10%.

Menurut Darmin, kebijakan pengurangan ekspor ini penting untuk mengembalikan harga karet alam ke harga fundamentalnya.

Saat ini, harga karet ekspor sekitar US$1,45 per kilogram dan di tingkat petani hanya Rp7.000 sampai Rp7.500 per kg.

Ia menilai turunnya harga karet ini salah satunya karena pasar berjangka di bursa komoditi dunia, seperti di Shanghai, menganggap pasokan karet membanjir.

Padahal, pada tahun lalu, pasar karet dunia hanya surplus 167.000 ton yang berasal dari produksi berkisar 13,5 juta ton dan konsumsi yang berkisar 13,4 juta ton.

"Kenapa kebijakan ini perlu dilakukan? Untuk menunjukkan pada pasar bahwa kita surplusnya tidak banyak-banyak sekali," katanya.

Ada pun pengaturan jumlah ekspor karet alam merupakan satu dari tiga kebijakan yang diputuskan dalam pertemuan khusus International Tripartite Rubber Council (ITRC) yang diinisiasi tiga negara produsen karet, yakni Indonesia, Malaysia, dan Thailand, pada 22 Februari 2019 di Bangkok, Thailand.

Untuk mengatasi harga karet alam yang berada di level rendah sepanjang 2018 hingga awal 2019, ada tiga kebijakan yang akan diterapkan, baik untuk jangka pendek, menengah, dan panjang dengan mengatur jumlah ekspor karet alam, peningkatan penggunaan karet alam di dalam negeri, dan peremajaan (replanting) karet alam. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya