Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Masuk ke Industri Kreatif Bisa Dimulai dengan Passion

Ghani Nurcahyadi
10/2/2019 19:17
Masuk ke Industri Kreatif Bisa Dimulai dengan Passion
(Dok. IPMI)

INDUSTRI kreatif bisa menjadi sektor utama yang menjadi sandaran sebagian besar penyerapan tenaga kerja di Indonesia.

Tak hanya karena sumbangannya terhadap pendapatan negara yang terus naik mengalahkan sektor lain, tapi karena industri kreatif yang relatif bisa dijangkau siapa saja.

“Mengawalinya bisa dengan passion. Karena dengan passion kita akan terus mampu terus mendalami usaha kreatif ini dengan energi yang tak ada habisnya,” kata CEO IPMI Jimmy Gani dalam orasi pekerja kreatif yang diadakan oleh asumsi.co di Gedung Sabuga, Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung,

Para pembicara dalam acara tersebut, antara lain, Ketua Viking Herru Joko, co-founder Upnormal Sarita Sutedja, Wali Kota Bogor Bima Arya, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Bupati Banyuwangi Azwar Anas, Mantan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, CEO IYKRA Fajar Jaman, co-founder GetCraft Anthony Reza Prasetya, Content Creator Eka Gustiwana, CEO IPMI Jimmy Gani, Roby Murphy Saung Angklung Mang Ujo, Pendiri Mad For Lipstick Samira Alatas, CEO Everidea Aji Santika, dam Gally Rangga pendiri Exodus57.

“Setiap tahun venture capital atau angel investor berkumpul di Amerika Serikat untuk menentukan bisnis apa yang akan mereka biayai. Peluang itu ada selama kita membangun bisnis yang secara kreatif memecahkan persoalan di masyarakat,” kata Jimmy yang juga mentor bisnis dan penasehat Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi tersebut.

CEO IYKRA Fajar Jaman menambahkan, sejatinya tabiat industri kreatif di era digital mulai banyak berubah. Salah satunya industri tersebut mulai sangat mengandalkan data kebiasaan konsumen yang dipasok oleh sistem algoritma. Dia mencontohkan aplikasi Spotify dan Netflix.

Baca juga : Kelas Menengah Bisa Dorong Industri Kreatif

“Hari ini kita nonton Kingdom, besok akan muncul film-film zombie atau horor yang disuguhkan untuk kita tonton lagi,” kata Fajar.

Namun, hanya mengandalkan passion dan data tak cukup. Co-founder Upnormal Sarita Sutedja menambahkan pengalamannya membesarkan Warunk Upnormal dan sekarang Bakso Boedjangan.

“Kami sejak 2013 sudah punya Nasi Goreng Rempah Mafia, tapi justru anak kedua kami, Warunk Upnormal, yang kemudian bisa membesar seperti sekarang,” kata Sarita.

Kata Sarita, proses di belakang kesuksesan Warunk Upnormal cukup panjang. Sebelum usaha kuliner tersebut, Sarita sudah berkali-kali gagal. “Rasanya ada 10 usaha saya sebelumnya dan gagal semua,” katanya.

Karena itu, kata Sarita, yang dibutuhkan untuk membesarkan usaha kreatif adalah kreativitas, kerja keras, dan kengototan.

“Tiga itu yang menjadi kunci kesuksean dan soliditas para founder. Juga kalkulasi untuk menghitung proyeksi kami ke depan. Kira-kira dalam usia berapa pencapaian-pencapaian ini bisa kami raih. Dari situ kemudian diturunkan jenis usaha apa yang harus kami tekuni. Dari situlah akhirnya kami menekuni kuliner,” katanya. (RO/OL-8)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya