Headline

Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.

Pelemahan Ekonomi Dunia Sulitkan Indonesia Capai Pertumbuhan 7%

Fetry Wuryasti
06/2/2019 15:25
Pelemahan Ekonomi Dunia Sulitkan Indonesia Capai Pertumbuhan 7%
(ANTARA)

JANJI kampanye Presiden Joko Widodo menumbuhkan ekonomi hingga 7% belum tercapai. Selama periode 2015-2018, pertumbuhan ekonomi tertinggi Indonesia hanya 5,17%. 

Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto (BPS) menilai, target pertumbuhan ekonomi 7% sulit tercapai. Sebab, kondisi ekonomi global juga sedang mengalami pelemahan.

"Kalau saya, target angka 7% akan berat sekali," ujarnya di Kantor BPS, Jakarta, Rabu (6/2).

Menurut Suhariyanto, target pertumbuhan ekonomi sebesar 7% harus dipandang sebagai proyeksi yang dibuat pemerintah dan tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

Dalam perjalanannya, kata dia, kondisi ekonomi tak selalu mulus. Pasalnya, banyak hal yang tidak bisa diduga, semisal bank sentral AS Federal Reserve yang sering menaikkan suku bunga.

Begitu juga terjadinya perang dagang atau trade warantara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Dua hal itu berdampak kepada ekonomi banyak negara, termasuk Indonesia.

Menurut Suhariyanto, ekonomi Indonesia yang tetap bisa tumbuh positif selama 2015-2018 harus disyukuri. Terlebih pada 2018, ekonomi Indonesia tumbuh 5,17%.

Sebab, pada saat yang sama kondisi ekonomi global sedang melambat, begitupun dengan harga komoditas yang turun. Pada periode 2015-2018 ekonomi tumbuh masing-masing 4,88%, 5,03%, 5,07%, dan 5,17%.

"Saya katakan 5,17% itu bagus dibandingkan negara lain," kata dia.

Masih Ditopang Konsumsi
Pertumbuhan ekonomi di 2018 banyak ditopang oleh pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga dengan andil sebesar 2,74%. Tercatat konsumsi rumah tangga sepanjang 2018 tumbuh sebesar 5,05%, yang mana meningkat dari 2017 yang hanya sebesar 4,95%.

Subkelompok dalam konsumsi rumah tangga yang tumbuh paling pesat sepanjang 2018 adalah subkelompok Restoran dan Hotel, dimana tumbuh 5,74%. Sementara subkelompok Makanan dan Minuman selain restoran hanya tumbuh 5,05% sepanjang 2018.

"Hal tersebut mengindikasikan adanya perubahan pola prilaku masyarakat seiring dengan semakin mudahnya mendapatkan makanan jadi berkat bantuan teknologi, seperti delivery," ungkapnya.

Adapun penyumbang terbesar kedua pertumbuhan ekonomi 2018 adalah Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTB) dengan andil sebesar 2,17%. 

Tingginya pertumbuhan PMTB sepanjang 2018 yang sebesar 6,67% didukung oleh pembangunan infrastruktur yang berlangsung di beberapa daerah.

Net ekspor (ekspor-impor) sepanjang tahun 2018 menjadi komponen yang menghambat pertumbuhan ekonomi dengan andil sebesar 0,99%. Padahal di tahun 2017, net ekspor masih menyumbang pertumbuhan ekonomi sebesar 0,31%.

Lambatnya pertumbuhan ekspor di tahun 2018 kuat dipengaruhi oleh turunnya nilai ekspor minyak kelapa sawit mentah (CPO) karena beberapa faktor seperti harga yang jatuh, naiknya bea impor CPO India, dan kampanye negatif CPO di Eropa.

"Mengingat CPO menyumbang lebih dari 10% total ekspor Indonesia, tentu akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan nilai ekspor," tukas Suhariyanto. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya