Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Tiktok Jadi Alat Promosi Potensial Perfilman Indonesia

Fathurrozak
06/12/2024 04:20
Tiktok Jadi Alat Promosi Potensial Perfilman Indonesia
Ilustrasi(Dok. TikTok)

PERKEMBANGAN medium promosi film saat ini telah bergeser. Tiktok, disebut sebagai platform paling panas yang turut mengonversi jumlah raihan penonton di jaringan bioskop. Tiktok pun menjadi arena bagi banyak rumah produksi untuk menjejali calon penonton mereka dengan ragam konten.

Menurut Publisher Partnership Lead Tiktok Indonesia Tika Primandari, penggunaan tagar #movie sendiri punya 19,3 juta video, tagar #award 7oo ribu video, yang menandakan sektor film punya audiens dan peminat yang besar. Beberapa konten video tentang film yang biasanya dibuat adalah ulasan, konten parodi, cosplay/fesyen tentang film, fakta tentang film, hingga menirukan adegan atau tokoh film (impersonate).

“Kami mau dukung dengan penuh para kreator. Asal mereka mau mengembangkan konten di Tiktok, kami dukung. Salah satunya, dengan mengeluarkan entertainment hub. Ini menjadi etalase bagi IP-IP yang bermitra dengan Tiktok. Kami bisa bagikan ada film apa saja, atau yang jadi top pilihan dari para pengguna kami,”  kata Tika di JAFF Market, Jogja Expo Center (JEC), Selasa, (3/12).

Di kanal entertainment hub, di antaranya terdiri dari beberapa bagian, mulai dari movie/series of the month yang menampilkan serial atau film paling populer yang diulas oleh para kreator, program tv favorit yang bekerja sama dengan para stasiun televisi Indonesia atau video-video buatan kreator, kanal kartun dan anime, serta kanal K-Corner untuk konten-konten tentang Korea.

Menurut Direktur ahensi digital Rhaya Vox Ginan Aulia Rahman, yang banyak mengurusi banyak promosi digital film-film Indonesia seperti Agak Laen, Pengabdi Setan 2, Sekawan Limo, dan Siksa Kubur, ia melihat secara histori, film-film sebelum 2022, tidak ada yang menyentuh angka 10 juta penonton. Paling mentok, 6 juta. Namun, setelah hadirnya platform Tiktok sebagai pilihan utama banyak orang mengonsumsi konten dan sebagai platform promosi, ada film yang menyentuh angka 10 juta, yakni KKN di Desa Penari.

“Agak Laen 9 juta, lalu Pengabdi Setan 2. Biasanya kan film sekuel itu penontonnya tidak lebih banyak dari film pertamanya. Pengabdi Setan (2017) pertama itu 4 juta. Tapi Pengabdi Setan 2 (2022) itu berhasil 6,4 juta. Dan banyak lagi sekarang film-film yang menyentuh di atas 1 juta itu harusnya lebih besar. Kalau yang saya pelajari, Tiktok memang benar-benar berpengaruh.  Tiktok itu sebenarnya sangat nge-boost konten-konten organik yang tidak perlu pakai paid traffic. Jadi untuk bisa FYP,  sebagai platform itu dia bisa mendukung. Bahkan konten-konten akun yang tidak punya follower, kalau misalkan kontennya diminati, dia bisa dapat jutaan views. Itu tidak bisa terjadi di Instagram, Facebook, atau Twitter,” kata Ginan saat ditemui Media Indonesia di JAFF Market, Jogja Expo Center (JEC), Yogyakarta, Selasa, (3/12).

Saat ini, para rumah produksi pun banyak memanfaatkan para ahensi digital untuk mempromosikan film mereka, dan bujet yang dikeluarkan, memang lebih banyak dialokasikan ke Tiktok. Dari semua elemen promosi digital, biasanya untuk Tiktok rumah produksi akan mengalokasikan 60-70%, kata Ginan, yang untuk promosi digital angkanya bisa mencapai Rp250 juta secara keseluruhan. 

Dengan bujet promosi yang lebih murah di platform Tiktok, mulai dari bujet pemengaruh (influencer/KOL) di Tiktok dengan platform lain, serta biaya iklan yang lebih rendah, Tiktok jadi pilihan utama saat ini, dengan tujuan bisa mendapat eksposur seluas-luasnya.

“Kalau misalkan kita cek hashtag KKN di Desa Penari, yang dapat 10 juta penonton, itu sudah lebih dari 2 miliar orang nonton videonya di Tiktok. Kalau misalkan, taruhlah conversion rate-nya orang yang 2 miliar nonton, itu misalkan berapa persennya? Ya itulah 10 juta orang yang ke bioskop. Namun, biasanya itu juga kembali lagi ke produknya. Kita bisa bikin hype sebesar mungkin, itu akan pengaruh ke opening day filmnya. Jadi orang yang nonton di hari pertama tuh bakal banyak. Tapi setelah itu, itu tergantung bagaimana resepsi dan penerimaan dari penontonnya. Kalau misalkan filmnya bagus juga, bakal muncul word of mouth. Orang akhirnya me-review dari media sosial yang mereka punya,” jelas Ginan. (M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya