Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa beberapa spesies ikan di lautan semakin menyusut dan mengecil. Akan terapi, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan apakah fenomena tersebut disebabkan oleh faktor-faktor seperti ppemanasan global, atau justru ketersediaan makanan yang semakin berkurang.
Penelitian yang dipimpin para ilmuwan dari Universitas St Andrews dan dipublikasikan di jurnal Science ini mengamati data berbagai jenis hewan dan tumbuhan dari seluruh dunia selama 60 tahun terakhir.
Hasilnyas menunjukan bahwa penyusutan paling umum terjadi pada ikan yang hidup di dasar laut, tetapi pada kelompok organisme lain, seperti tumbuhan dan invertebrata perubahannya lebih bervariasi.
Dengan mengamati kelompok spesies, para peneliti dapat mengidentifikasi beberapa perubahan kompleks yang terjadi, di mana beberapa organisme menjadi lebih besar, sementara organisme lain menyusut terutama ikan yang hidup di laut
Studi tersebut dilakukan tim peneliti internasional dari 17 universitas sebagai bagian dari kelompok kerja di Pusat Keanekaragaman Hayati dan Sekolah Biologi Universitas St Andrews dan Universitas Nottingham, serta Universitas York.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ukuran ikan yang dimenangkan dalam kompetisi penangkapan ikan telah mengecil dan spesies yang paling terancam punah kebanyakan berukuran besar.
Studi baru ini juga menghubungkan titik-titik tersebut dan menunjukkan bahwa perubahan ukuran tubuh ikan terjadi karena individu dalam spesies menjadi lebih kecil, tetapi juga spesies yang lebih besar digantikan oleh spesies yang lebih kecil.
Penulis utama studi itu, Inês Martins dari Pusat Keanekaragaman Hayati Antroposen Leverhulme(LCAB) di Universitas York, mengatakan bahwa di beberapa lokasi, individu-individu ikan pari berduri yang semakin kecil sedang diamati, sementara jumlah spesies bertubuh lebih kecil seperti makerel semakin meningkat.
“Entah karena ikan besar menjadi salah satu bahan makanan yang disukai manusia, atau memang habitat mereka yang semakin hangat sehingga ikan-ikan besar sepertinya tidak bisa beradaptasi dengan adanya perubahan iklim itu," ujarnya seperti dilansir dari laman resmi Universitas York pada Senin (11/9).
Sementara itu, Profesor Maria Dornelas dari Universitas St Andrews mengatakan penyusutan ikan besar itu menunjukkan adanya pergantian siklus dimana ketika organisme besar menghilang, organisme lain akan mencoba mengambil alih tempat mereka dan menggunakan sumber daya yang tersedia.
“Dengan mengamati kelompok spesies, penelitian ini mengungkapkan ada beberapa perubahan kompleks yang terjadi, di mana beberapa organisme menjadi lebih besar, sementara yang lain menyusut,” jelasnya.
Merefleksikan pentingnya hasil ini, Dr Martins menambahkan bahwa proses menggali dan mengeksplorasi kompleksitas tersebut menjadi sangat penting jika ingin memahami mekanisme yang terlibat dalam perubahan ukuran tubuh organisme seiring waktu.
“Studi ini juga mencatat penggantian beberapa organisme besar dengan banyak organisme kecil, sekaligus menjaga jumlah total kehidupan yang dikenal sebagai biomassa yang tetap konstan,” ungkapnya.
Hasil yang mengejutkan ini mendukung gagasan bahwa ekosistem cenderung mengompensasi perubahan dengan menjaga kestabilan biomassa keseluruhan spesies yang diteliti di habitat tertentu. Stabilitas ini disebabkan oleh trade-off antara pengurangan ukuran tubuh dan peningkatan kelimpahan organisme secara bersamaan.
“Temuan ini memiliki dampak luas terhadap pemahaman kita tentang bagaimana berbagai organisme beradaptasi terhadap tantangan yang ditimbulkan di era Antroposen,” tulis peneliti dalam makalah tersebut. (M-3)
Merujuk laporan Bappenas ang dipublikasi pada 2021, limbah tekstil diproyeksikan menyentuh angka 3.5 juta ton pada 2030 mendatang.
Perilaku kita dalam berbelanja turut berpengaruh pada kelestarian lingkungan dan kesejahteraan pekerja. Mari terapkan prinsip-prinsip belanja etis.
Kita bisa membuat sendiri masker untuk merawat kulit wajah. Caranya mudah, cukup sediakan tisu bambu dan manfaatkan produk skincare yang ada di rumah.
Hotel ibis Palembang Sanggar dengan bangga mengumumkan keberhasilan meraih sertifikasi Green Key, sebuah penghargaan prestisius bertaraf internasional
Perhutanan Sosial adalah sistem pengelolaan Hutan lestari yang dilaksanakan dalam Kawasan Hutan Negara atau Hutan Hak/Hutan Adat yang dilaksanakan oleh Masyarakat setempat.
Hasil Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup 2023
Menjaga lingkungan sejak dini salah satunya melalui edukasi tentang habitat dunia dengan cara yang seru.
Terdapat 35 danau di Kabupaten Rote Ndao yang menjadi habitat kura-kura rote. Namun, pada tahun 2005 tercatat hanya sembilan danau yang masih menjadi habitat spesies ini.
Menteri LHK Siti Nurbaya mengatakan kelahiran orangutan di habitat aslinya menunjukan kelestarian orangutan Kalimantan.
KLHK akan melakukan survei mengenai populasi dan sebaran macan tutul jawa di wilayah Jawa. Program tersebut bertajuk Java Wide leopard Survey (JWLS)
Yayasan KEHATI melalui gerakan Biodiversity Warriors juga aktif melakukan kampanye program pelestarian keanekaragaman hayati di kawasan perkotaan.
Berdasarkan kajian habitat yang dilakukan pada tahun 2016, maka Hutan Lindung Gunung Batu Mesangat cukup layak untuk dijadikan lokasi pelepasliaran orangutan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved