Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
Sebuah studi gabungan yang dilakukan oleh Universitas Lanzhou memberikan bukti ilmiah baru tentang hubungan antara hilangnya es laut Arktika dan peristiwa cuaca dingin ekstrem di garis lintang tengah.
Profesor College of Atmospheric Sciences di Universitas Lanzhou Tian Wenshou membenarkan bahwa mencairnya es laut Arktika akan mendukung prediksi terjadinya cuaca dingin yang ekstrem untuk jangka pendek.
“Dalam beberapa dasawarsa terakhir, garis lintang tengah Belahan Bumi Utara yang berpenduduk padat sering dilanda cuaca dingin ekstrem, yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa dan kerugian ekonomi yang serius,” jelasnya.
Baca juga : Ancaman Badai Susulan Dikhawatirkan Terjadi setelah Tornado Mississippi
Sejumlah studi sebelumnya menunjukkan bahwa hilangnya es laut Arktika secara drastis merupakan salah satu penyebabnya, namun kaitannya masih belum jelas. Tim peneliti Tian bergabung dengan tim peneliti dari luar negeri untuk melakukan penelitian tersebut.
Baca juga : Luas Lapisan Es di Antartika terus Menyusut
Dengan menggunakan analisis ulang dan simulasi model, mereka menunjukkan mekanisme dinamis baru yang menjadi penyebab pemanasan yang mendalam di kutub terkait hilangnya es di laut Kutub Utara.
Keadaan itu telah terbukti menjadi premis utama dari hubungan Kutub Utara dan garis lintang tengah. Studi tersebut mengkonfirmasi peran penting gabungan stratosfer-troposfer dalam pemanasan Arktika yang disebabkan oleh hilangnya es di laut, yang terkonfirmasi oleh simulasi model dengan variabilitas stratosfer yang diredam.
Hasil studi itu menunjukkan bahwa sebagian besar pemanasan yang diamati di Arktika bagian tengah ke atas disebabkan oleh respons dinamis terhadap hilangnya es laut Arktika, tempat gabungan stratosfer-troposfer memainkan peran utama. Hasil studi itu telah dipublikasikan dalam jurnal npj Climate and Atmospheric Science. (Z-8)
Studi terbaru mengungkap sejak 2015, Antartika telah kehilangan es laut seluas Greenland dan mengalami peningkatan kadar garam di laut permukaan.
Penelitian satelit NASA menunjukkan penambahan massa es di Antarktika antara 2021-2023 akibat peningkatan presipitasi.
Dalam ekspedisi selama 60 hari menggunakan kapal RSV Nuyina, para ilmuwan Australia menemukan makhluk laut unik di lepas pantai Antarktika.
Stasiun penelitian Sanae IV di Antartika, yang dikelola Afrika Selatan, diguncang dugaan penyerangan terhadap salah satu anggota tim.
Gunung es raksasa A-23A, dengan luas 3.460 km², telah kandas di lepas pantai Pulau South Georgia setelah menempuh perjalanan panjang dari Antartika.
Penelitian terbaru memanfaatkan DNA purba untuk merekonstruksi sejarah ekologis penguin Adélie di Antartika selama 6.000 tahun.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved