Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
Cahaya buatan, termasuk cahaya lampu di pekarangan rumah, dapat mengancam populasi ulat. Hal itu pada gilirannya berpotensi memusnahkan populasi kupu-kupu dan ngengat.
Sebuah penelitian yang dilakukan para ilmuwan dari Universitas Cornell, Amerika Serikat yang dirilis Rabu (8/3) mengungkapkan cahaya buatan seperti bola lampu memicu meningkatnya jumlah predator karena jarak pandang mereka menjadi lebih jelas sehingga memudahkan mereka mencari mangsa di malam hari.
Ketika peneliti menempelkan ulat tanah liat palsu ke daun hutan dan melubangi daun untuk meniru kebiasaan makan mereka, larva hijau tiruan itu mengalami tingkat serangan yang jauh lebih tinggi saat terkena cahaya yang tidak wajar.
"Lampu beranda di rumah Anda dapat memengaruhi kehidupan serangga bahkan jika mereka tidak beterbangan di sekitar bola lampu," kata penulis utama penelitian itu, John Deitsch, kepada AFP.
“Polusi cahaya berdampak pada ulat bahkan jika mereka tidak berkumpul di bola lampu terang seperti yang dilakukan ngengat atau kupu-kupu, “ jelasnya.
Meluasnya area yang dipengaruhi oleh cahaya buatan di malam hari dan peningkatan kecerahan, kata dia, bakal mengancam keanekaragaman hayati serangga, dan mendorong perubahan dalam siklus alami yang mengatur segalanya, mulai dari reproduksi hingga penyerbukan, dan navigasi.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa polusi cahaya telah meningkatkan kerentanan terhadap pemangsa spesies serangga lain, seperti ngengat dewasa, namun studi baru ini adalah yang pertama mengamati dampak pada tahap awal kehidupan ulat.
“Polusi cahaya malam mungkin mempengaruhi populasi ulat, “kata para penulis.
Hampir setengah dari lebih sekitar 500 ulat tanah liat menunjukkan tanda-tanda berpotensi terancam predator dari berbagai penghuni hutan, termasuk burung, kumbang, dan laba-laba. Mereka kian rentan ketika predator memiliki penuntun cahaya.
Ulat adalah anggota penting dari rantai makanan, Mereka sering mencari makan di malam hari karena untuk mengurangi risiko menjadi santapan burung atau kelelawar.
Pada tahun 2019, para ilmuwan memperingatkan tentang "kiamat serangga" setelah menyimpulkan bahwa hampir setengah dari semua spesies serangga di seluruh dunia, mengalami penurunan dan sepertiganya dapat hilang sama sekali pada akhir abad ini.
Dalam banyak kasus, semakin meluasnya area yang terpapar polusi cahaya sebagai penyebab utama hilangnya serangga. “Namun tidak seperti polutan lingkungan lain yang bertahan lama, polusi cahaya dapat dimatikan dengan menekan tombol,” kata Deitsch. (AFP/M-3)
Kawasan Asia Tenggara, yang menyimpan 15% hutan tropis dunia dan hampir 20% spesies tumbuhan dan hewan global, menghadapi potensi kehilangan hingga 50% spesies terestrial pada 2100.
Lestarikan keanekaragaman hayati! Jaga alam, sumber kehidupan. Pelajari pentingnya konservasi untuk masa depan bumi yang berkelanjutan.
Pelajari ekosistem: Keseimbangan alam esensial untuk kehidupan. Temukan peran pentingnya bagi bumi dan keberlangsungan makhluk hidup.
Balai Gakkum Kehutanan Wilayah Sumatra secara resmi menyerahkan tersangka AS (45) beserta barang bukti kasus perdagangan ilegal sisik trenggiling kepada Kejaksaan Tinggi Sumut
Lebih dari 15 jenis tanaman herbal Indonesia telah ditanam di greenhouse tersebut, antara lain jahe merah, jahe gajah, kunyit, pohon bidara, pohon katuk, serai wangi, saga, dan tapak dara.
Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) juga telah mengumumkan para peraih KEHATI Award 2024, penghargaan tertinggi dalam bidang lingkungan di Indonesia.
TIM peneliti asal Korea Selatan berhasil menciptakan inovasi baru pengalihan molekuler yang bisa membalikkan transisi sel kanker menjadi tidak ganas.
Vitamin D kerap diasosiasikan sebagai suplemen yang mampu memperlambat penuaan. Vitamin D memang penting untuk membangun otot dan tulang.
Penelitian ini berawal dari kearifan lokal masyarakat Jawa yang telah lama memanfaatkan sarang tawon angkut-angkut untuk menyembuhkan luka, terutama pada bekas khitan.
Perpanjangan kerja sama ini merupakan tonggak penting hubungan dan kolaborasi kedua perguruan tinggi yang telah berjalan selama 10 tahun.
Para peneliti dari Vesuvius Challenge berhasil menguraikan gulungan naskah PHerc. 172 yang terkubur akibat letusan Gunung Vesuvius, mengungkap judul dan penulisnya.
Jika kita menyeduh kopi, butiran kopi bubuk akan terekspos air panas. Air panas ini akan mengekstraksi komponen yang dikandung kopi seperti aroma, minyak, dan bagian lainnya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved