Headline
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.
Nate Thayer, jurnalis lepas Amerika yang sangat terkenal dan pernah menghebohkan dunia dengan mewawancarai Pol Pot, pemimpin genosida Khmer Merah Kamboja, pada 1997, meninggal dunia pada usia 62 tahun. Thayer ditemukan meninggal oleh saudaranya Rob Thayer di rumahnya di Falmouth, Massachusetts. "Dia menderita banyak penyakit, dia sakit parah selama berbulan-bulan," kata saudara laki-lakinya itu kepada AFP, Rabu (4/1).
Sebagai wartawan, Thayer menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk meliput politik dan kehidupan sosial masyarakat Kamboja, termasuk Khmer Merah, rezim komunis brutal yang membantai lebih dari satu juta orang antara tahun 1975 dan 1979.
Mulai 1989, dia bekerja untuk Associated Press, dan kemudian publikasi seperti Phnom Penh Post dan Far Eastern Economic Review. Selama bekerja sebagai jurnalis, Thayer banyak membangun kontak di wilayah perbatasan hutan Thailand dan Kamboja yang berbahaya.
Dengan kepala gundul dan kebiasaannya mengunyah tembakau, serta kecekatan dengan senjata, dia mendapatkan reputasi sebagai jurnalis gonzo, sebuah aliran dalam jurnalisme yang cenderung bersifat subyektif, termasuk dalam bentuk reportase sebagai bagian dari cerita lewat narasi orang pertama.
Sebagai wartawan, Thayer tergolong nekat. Ia, misalnya, pernah bepergian dengan tim reporter bersenjata lengkap dari majalah Soldier of Fortune ke Kamboja timur untuk mencari kambing hutan (kouprey), yang terancam punah.
Dia juga pernah terlibat baku tembak dan terluka parah oleh ranjau darat pada tahun 1989 saat berkendara dengan gerilyawan Kamboja di perbatasan barat Thailand dan Kamboja. Usaha kerasnya terbayar pada 1997 ketika dia mengirim pesan rahasia kepada editor Far Eastern Economic Review Nayan Chanda bahwa dia akan mewawancarai "paman", atau Pol Pot, yang belum pernah ditemui oleh jurnalis manapun selama dua dekade.
Dari Thailand, Thayer menyelinap ke hutan Anlong Veng, yang menjadi tempat persembunyian Pol Pot. Ia mengalahkan tim dari New York Times yang telah tiba lebih dulu di dekat perbatasan. Beberapa hari kemudian, dia menerbitkan ceritanya di Far Eastern Economic Review.
Dalam wawancara itu, Pol Pot, yang selama ini disalahkan atas pembunuhan lebih dari satu juta orang, mengatakan kepadanya: "Apakah saya orang biadab? Hati nurani saya bersih."
Nayan Chanda, editor di Far Eastern Economic Review memuji kegigihan Thaher dalam kerja jurnalistiknya. "Dia sangat intens, sangat fokus pada cerita yang dia kerjakan, hampir seperti bakat alam," kata Chanda.
"Dia benar-benar mengenal beberapa orang Khmer Merah. Tidak ada orang lain yang menghabiskan banyak waktu untuk mengejar orang-orang itu, pergi ke tempat berbahaya bersama mereka dan terlibat baku tembak," tambahnya.
Anak Dubes
Thayer merupakan putra seorang mantan duta besar AS untuk Singapura. Dia banyak menghabiskan sebagian besar karier kewartawanannya dengan fokus di Asia. Ia telah melaporkan berbagai situasi pertempuran seperti di perbatasan Myanmar dan menyelinap ke perbatasan Korea Utara. Dia juga pergi ke Irak untuk melaporkan invasi AS tahun 2003.
Thayer memenangkan sejumlah penghargaan jurnalisme, termasuk Penghargaan ICIJ untuk Pelaporan Investigasi Internasional yang luar biasa. Dia bangga menjadi wartawan lepas dan gigih memperjuangkan agar ada penghargaan dan gaji yang lebih baik untuk reporter yang tidak bekerja penuh waktu seperti dirinya.
Meski fisiknya melemah, dalam satu dekade terakhir Thayer masih melaporkan secara online tentang tumbuhnya ekstremisme sayap kanan dari Washington dan Massachusetts. Di tengah kesehatannya yang semakin menurun, dia kemudian lebih banyak menghabiskan bulan-bulan terakhirnya dengan memposting puisi yang ditujukan kepada "sahabat terbaiknya", yakni anjing peliharaannya yang bernama Lamont. (AFP/M-3)
Mewujudkan kebebasan pers perlu penguatan bersama publik di tengah tantangan, tekanan dan ancaman.
Kebebasan pers adalah pengejawantahan kekuatan rakyat. Apabila jurnalis dan media terus dirisak, kehidupan bernegara yang demokratis akan menjadi angan belaka.
PEDOMAN Pelaksanaan Pemenuhan Kewajiban Perusahaan Platform Digital untuk Mendukung Jurnalisme Berkualitas resmi diluncurkan pada Senin (10/3) di kantor Komdigi.
Penulisan berita dengan judul menarik perhatian pembaca atau jurnalisme clickbait tidak dapat dijadikan sandaran jangka panjang bagi perusahaan media untuk mendapatkan keuntungan.
Sebagai seorang jurnalis warga maka perlu juga diperhatikan bahwa informasi yang diperoleh tersebut benar atau tidak sehingga harus dilakukan konfirmasi terlebih dahulu
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo meminta jajarannya dapat beradaptasi dengan fenomena citizen journalism atau jurnalisme warga
Ketua (Komjak) Pujiyono Suwadi angkat bicara soal penetapan Direktur Pemberitaan JAK TV Tian Bahtiar sebagai tersangka kasus dugaan korupsi dengan sangkaan menghalang-halangi proses hukum
PAKAR Hukum Pidana Universitas Trisakti, Azmi Syahputra mengatakan teror terhadap Tempo upaya menghalangi kerja jurnalistik yang dilindungi Undang-Undang No.40/1999 tentang Pers.
Alwi Hamu, tokoh pers terkemuka asal Sulawesi Selatan dan pendiri Harian Fajar, telah meninggal dunia pada 18 Januari 2025. Pria kelahiran 28 Juli 1944 ini dikenal sebagai sosok berpengaruh
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI), sebanyak 82% jurnalis perempuan pernah mengalami kekerasan seksual sepanjang karier jurnalistik mereka.
Pada tahun 2024, CISDI mengambil tema Anugerah Karya Jurnalistik Sehat •Adil • Setara 2024.
Dengan tema Kontribusi Terbaik Sejahterakan Pekerja, kompetisi ini bertujuan menggali dan menyoroti kontribusi nyata dalam meningkatkan kesejahteraan pekerja melalui jaminan sosial.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved