Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
MESKI tidak sedikit anak yang menunjukkan perilaku berbagi sejak usia sangat dini, para ahli menyatakan jika pada umumnya anak-anak tidak mengembangkan kemampuan untuk berbagi hingga usia 3 atau 4 tahun. Kemampuan mereka untuk memahami perasaan orang lain pun sedang dibangun hingga usia 7 tahun.
Dengan kata lain, berbagi tidak datang secara alami kepada anak kecil. Tetapi sementara anak kecil membutuhkan bantuan untuk memahami dan mempraktikkan konsep berbagi, mereka mampu mengenali emosi orang lain dan merasakan empati.
Melansir dari Huffpost, Selasa (20/12) beberapa hal berikut harus diperhatikan orangtua saat mengajari anak untuk bisa berbagi.
1. Sesuaikan dengan Tahap Perkembangan
Anda mungkin pernah mendengar seseorang mengatakan bahwa anak kecil itu egosentris. Ini tidak berarti bahwa mereka membesar-besarkan diri sendiri dan berfokus pada keuntungan mereka sendiri, seperti yang tersirat ketika seseorang mengatakan hal yang sama tentang orang dewasa.
Emily Kim, PhD, seorang peneliti di University of Toronto, Kanada, mengatakan bahwa egosentrisme seorang anak berarti mereka kesulitan mengambil sudut pandang orang lain. Perilaku mereka seringkali egois karena perspektif mereka sendiri adalah satu-satunya yang mereka miliki. Pengetahuan bahwa orang lain memiliki pikiran dan perasaan yang berbeda dari mereka sendiri, yang oleh para psikolog disebut "teori pikiran", tidak sepenuhnya berkembang sampai usia 5-6 tahun.
Namun, faktanya, mereka mampu memahami perasaan orang lain bahkan sebelum waktu tersebut, dan terkadang mereka mungkin membutuhkan pengingat untuk mempertimbangkan perasaan orang lain bahkan setelah mereka berusia 7 tahun.
Satu studi tahun 2015 menunjukkan bahwa anak-anak berusia 3 dan 4 tahun dapat memahami bagaimana perasaan seseorang apabila mereka berbagi atau tidak, dan bahwa mereka berperilaku lebih murah hati ketika mereka memahami konsekuensi negatif dari tidak berbagi.
2. Ajari Peduli Perasaan Orang Lain
Corey mengatakan menarik perhatian anak-anak ke perasaan dan perspektif orang lain benar-benar merupakan awal dari proses berbagi pemahaman. Meskipun mereka mungkin belum sepenuhnya mengembangkan teori pikiran hingga usia 7 tahun.
Misalnya, orangtua atau guru bisa mengatakan, “Sepertinya teman kamu sedih. Dia benar-benar ingin bermain dengan boneka kamu. Lihatlah wajahnya. Dia sedang menangis."
Seorang anak dapat memahami bahwa Jenny merasa sedih karena dia ingin bermain dengan boneka itu. Namun anak tidak memiliki pandangan jauh ke depan untuk memahami bahwa anak lain ingin mengambil mainan yang sama dengan yang mereka tuju.
3. Kesempatan Berlatih
Anak-anak sering merasa lebih mudah untuk berbagi dengan teman sebayanya di lingkungan kelas yang terstruktur, tetapi ada banyak cara untuk membantu anak-anak berlatih berbagi di rumah juga.
Anda dapat bermain gim dengan anak Anda untuk berlatih berbagi. Kristen Miller, Direktur Pendidikan Celebree School, AS mengatakan Anda dapat membantu anak Anda melalui langkah-langkah dengan mengatakan hal-hal seperti, “Sekarang giliran ibu untuk bermain dengan balok, dan jika kamu berbagi dengan ibu, ibu juga akan berbagi dengan kamu.”
Dalam kasus teman bermain di lingkungan rumah, Anda dapat membantu anak menyesuaikan pola pikirnya terlebih dahulu dengan mengatakan sesuatu seperti, “Nanti kalau teman kamu datang, kamu harus mau meminjamkan mainan ya. Kamu tanyakan kepada mereka apa yang ingin mereka mainkan, ” saran Miller.
4. Jangan memaksa anak untuk berbagi.
Mempelajari keterampilan berbagi adalah sebuah proses. Emily Kim menyatakan jika orangtua perlu meluangkan waktu untuk menjelaskan apa yang harus atau tidak boleh anak lakukan.
Dengan cara ini, bahkan jika mereka menolak untuk membagikan suatu barang pada saat itu, Anda akan membantu mereka mengembangkan kebiasaan mempertimbangkan perasaan orang lain.
5. Puji Tindakannya
Ketika anak Anda berbagi, baik dengan Anda, saudara kandung, atau teman sebaya maka anda perlu meluangkan waktu sejenak untuk memuji pencapaiannya. Jangan lupa memberi tahu anak apa yang dirasakan oleh orang yang menerima pemberian darinya. Misalnya, “Teman kamu tersenyum. Dia sangat senang mendapat separuh kue dari kamu."
6. Jadilah Contoh Bagi Anak
Di antara beragam cara, para peneliti juga menyatakan jika cara penting untuk belajar berbagi adalah dengan contoh hidup dari orangtua. Para ibu dan ayah juga harus dapat menunjukkan kebiasaan berbagi. (M-1)
Tidak hanya menyenangkan, bermain juga diakui sebagai sarana penting untuk menumbuhkan berbagai keterampilan hidup yang esensial.
Langkah yang dapat dilakukan orangtua dalam mendorong anak supaya terbiasa mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi antara lain melalui pembelajaran dari kebiasaan sehari-hari.
Kebiasaan makan bergizi seimbang beragam dan aman pada anak bukan semata tentang apa yang disajikan, namun juga penanaman nilai gizi secara konsisten dalam keluarga.
Orangtua dianjurkan untuk menyajikan camilan sehat seperti buah potong segar, jagung rebus, ubi kukus, bola-bola tempe, puding susu tanpa gula tambahan, atau dadar sayur mini.
Pertanian tetap menjadi sektor terbesar untuk pekerja anak, menyumbang 61% dari semua kasus, diikuti oleh jasa (27%), seperti pekerjaan rumah tangga.
Wakil Duta Besar Australia untuk Indonesia Gita Kamath mengatakan bidan merupakan inti dari sistem perawatan kesehatan primer, terutama bagi perempuan dan anak perempuan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved