Headline
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
MALAM itu, sekitar pukul 18.00 WIB, langit sudah pekat menyelimuti Dusun Bambangan
SELAMA ini, jika membahas dua organisasi masyarakat (ormas) Islam terbesar di Tanah Air, NU dan Muhammadiyah, ada anggapan umum bahwa kalangan nahdiyin (NU) lebih lucu bila dibandingkan dengan muhammadiyin. Itu karena banyak mubalig NU yang gemar melontarkan leluconnya saat berceramah. Tidak terkecuali, para kiai kampung di Jawa, biasanya yang sering diundang berceramah ialah mereka yang juga bisa menyampaikan lawakan dan kebanyakan memang merupakan kiai nahdiyin.
Walakin, bukan berarti para mubalig muhammadiyin tidak bisa melucu. Sekretaris Umum PP Muhammadiyah saat ini, Abdul Mu’ti, ialah contoh konkretnya. Atau kader muhammadiyin yang berkarier sebagai komika, Yusril Fahriza.
Siang bakda salat Jumat (9/9) pekan lalu, Abdul Mu’ti naik ke panggung paling akhir, setelah para tamunya terlebih dulu memberikan sepotong ucapan pada sang profesor.
Di aula PP Muhammadiyah di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, itu Abdul Mu’ti berhasil melahirkan tawa dari para audiensi yang sebenarnya sejak mula sudah mencicil tawa mereka dari pidato para tamu.
Dalam sambutan peluncuran bukunya siang itu, Abdul Mu’ti antara lain melontarkan lelucon tentang seorang anggota DPR dan uang sialnya.
Sang anggota DPR tengah meninggalkan kantornya, sementara sang istri menyambangi kantor suami. Di kantor itu, sang istri malah menemukan uang yang diselipkan di laci meja. Istri pun bertanya ke anggota DPR itu, “Uang apa ini?” Sang anggota DPR menjawab, “Itu uang sial karena sudah disembunyikan, tapi masih bisa kamu temukan.”
Lelucon itu memang terdengar seperti daur ulang (joke kodian). Namun, Abdul dapat menyampaikannya dengan tempo yang baik sehingga lawakannya tak terdengar hambar dan terbukti penonton tertawa.
Joke kodian lain yang juga disampaikan Abdul ialah soal kepala daerah yang didemo warga akibat ketahuan ijazah palsunya. Setelah diselidiki, sang kepala daerah mengatakan ijazah itu asli karena saat membelinya, penjual menjamin keasliannya. Lelucon itu merupakan daur ulang dari selorohan almarhum KH Hasyim Muzadi saat ia mengisi ceramah di PP Muhammadiyah.
Meski begitu, ada juga beberapa yang tampaknya orisinal dari peristiwa yang dialami Abdul, seperti lelucon berdoa kepada banyak tuhan. Ketika Abdul dan seorang diplomat berada dalam suatu penerbangan yang mengalami kendala dan membuat si diplomat merapalkan doa ke semua tuhan. Setidaknya, menurut diplomat tersebut, ada satu tuhan yang mendengar doanya.
Dua lelucon terakhir itu, terhimpun dalam buku baru Abdul. Judulnya, Guyon Maton, Lucu Bermutu ala Muhammadiyah. Buku terbitan IBTimesID/PT. Litera Cahaya bekerja sama dengan Sekretariat Kantor PP Muhammadiyah Jakarta itu memuat 54 sketsa lelucon Abdul yang pernah disampaikan, baik di media sosial, saat ceramah ilmiah, maupun pengajian. Jumlah tersebut juga istimewa karena disesuaikan dengan usia Abdul yang pada September tahun ini memasuki 54 tahun.
“Ia adalah sosok akademisi, seorang guru besar yang mengajar di kampus, dan biasa di forum-forum ilmiah seperti seminar atau kuliah umum. Ia juga seorang mubalig, penceramah ulung di masyarakat perkotaan maupun perdesaan,” tutur Azaki Khoirudin, Founder IBTime, seperti dilansir situs Muhammadiyah.or.id.
Menurut Azaki, materi-materi ceramah yang berat dan cenderung serius sebagaimana yang terjadi di pengajian-pengajian Muhammadiyah, oleh Abdul dibawakan dengan renyah dan humor yang spontan.
“Menariknya, ia juga seorang penulis buku, artikel populer di media massa. Semua peran tersebut dimainkan ‘Bapak Muhammadiyah Garis Lucu’ dengan gaya yang renyah dan humor yang spontan. Hal itulah yang membuat Bapak MGL ini selalu dinanti jemaah di berbagai daerah di Tanah Air,” pungkasnya.
Judul: Guyon Maton, Lucu Bermutu ala Muhammadiyin
Penulis: Prof Abdul Mu’ti
Penerbit: IBTimesID
Tahun terbit: September, 2022
Jumlah halaman: 116 halaman
Harga: Rp54 ribu
MUHAMMADIYAH memberlakukan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT). Kalender ini menerapkan prinsip satu hari satu tanggal untuk seluruh dunia, ini aplikasinya
SETELAH 12 hari perang Iran-Israel, Pemerintah Iran mengumumkan gencatan senjata. Langkah ini diambil diharapkan akan mampu membangun perdamaian di muka bumi.
Dalam konteks global, keseragaman waktu mempermudah perencanaan kegiatan, baik dalam ranah keagamaan, pendidikan, maupun ekonomi.
Muhammadiyah secara resmi memberlakukan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT). Kalender tersebut menerapkan prinsip satu hari satu tanggal untuk seluruh dunia.
BADAN Usaha Milik Muhammadiyah (BUMM) menggandeng PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX) untuk mendukung transformasi digital berbasis nilai.
MUHAMMADIYAH merupakan salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, bahkan di dunia, memiliki sejarah dan dinamika yang panjang serta kompleks dalam penentuan awal bulan Hijriah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved