(Karya ini adalah 20 besar hasil pelatihan Reporter Cilik Media Indonesia bekerjasama dengan Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah yang berlangsung 10 - 11 Agustus 2022 dan diikuti 79 peserta dari berbagai daerah di Indonesia.)
HALO Sobat, mungkin kalian sudah tahu bahwa sejak tahun 2020 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menghapus UN dan menggantinya dengan Asesmen Nasional. Namun apa sih sebenarnya Asesmen Nasional itu dan mengapa harus diadakan?
Nah untuk mengetahui soal itu dan berbagai hal terkait Asesmen Nasional, saya mewawancarai pengajar di SMP Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta. Ustadz Heru Hadiyono menjelaskan bahwa Asesmen Nasional terdiri dari tiga macam ujian, yakni Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), survei karakter, dan survei lingkungan belajar. Namun AKM sendiri terdiri dari dua aspek, yakni numerasi dan literasi
“AKM dilaksanakan tidak hanya dalam rangka untuk mengganti Ujian Nasional, melainkan untuk mengetahui daya serap peserta didik dalam literasi dan daya nalar dalam numerasi secara nasional yang nantinya di breakdown secara provinsi, kemudian kota, dan bahkan terakhir ke sekolah itu sendiri” papar Ustadz Heru saat diwawancarai, Kamis (18/8).
Pada hari yang sama, saya juga mewawancarai Ustadzah Sukma Wardani soal tujuan AKM. Ia menjelaskan jika penilaian AKM sesungguhnya terhadap sekolah. “Kalau zaman dahulu UN itu yang dinilai adalah siswanya, akan tetapi untuk AKM yang dinilai adalah Sekolahnya. Jadi dengan diadakannya AKM diharapkan bisa sebagai cara untuk mengevaluai sekolah yang kemungkinan perlu adanya perbaikan kualitas pendidikan disetiap sekolah di Indonesia” tutur Ustadzah Sukma saat ditemui di Lab IPA.
Lebih lanjut ia menjelaskan jika literasi dan numerasi masuk dalam penilaian AKM karena merupakan dua kompetensi minimum bagi siswa untuk belajar sepanjang hayat dan dapat berkontribusi kepada masyarakat. Sementara, soal penilaian survei karakter karena pendidikan bertujuan mengembangkan potensi siswa secara utuh. Asesmen Nasional akan mendorong serta mengembangkan sikap, nilai, dan perilaku yang mencerminkan pancasila.
AKM bukan menjadi tolak ukur kelulusan siswa. Melainkan, acuan nilai untuk kelulusan adalah nilai sikap dan nilai akademik.
Pada masing-masing sekolah, AKM diikuti oleh siswa kelas VIII sebanyak 45 siswa inti dan 5 siswa cadangan. “Mengapa AKM hanya diikuti beberapa siswa saja? karena AKM tidak menilai anak namun menilai sekolah, jadi dianggap dari survey acak itu bisa mencerminkan kondisi sekolah pada saat itu” lanjut Ustadzah Sukma.
Ia juga menjelaskan jika siswa dan siswi yang mengikuti AKM dipilih secara acak melalui sistem. Dengan begitu, sekolah tidak bisa menentukannya sendiri. Pelaksanaan AKM berlangsung selama dua hari. Pelaksanaannya sebenarnya mirip UN dengan tes hari pertama untuk literasi dengan sisipan survei karakter. Pada hari ke-2 berlangsung tes numerasi dan survei lingkungan belajar.
Lalu bagaimana ya pandangan siswa mengenai AKM? Almadina Syafira Imron, salah satu siswa kelas VIII yang berprestasi di SMP Muhammadiyah PK Surakarta menilai bahwa AKM itu penting. “Setahu saya AKM merupakan pengganti UN tapi memiliki tujuan yang agak berbeda yaitu kalau UN biasanya digunakan untuk masuk SMA yang dituju dan diperuntukkan ke semua siswa siswi, tetapi kalau AKM tidak. Namun bukan berarti, ah,.. ini enggak akan memengaruhi nilaiku, aku enggak usah sungguh-sungguh deh! begitu,” ujar Almadina saat diwawancara, Jumat (19/8).
Bagi para siswa dan siswi di sekolahku yang terpilih untuk mengikuti AKM maka harus mengikuti pelajaran tambahan. Meski hal ini membuat siswa baru dapat pulang sore hari mereka tetap semangat untuk berjuang bersama-sama agar bisa mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan.
Untuk mempersiapkan diri menghadapi tes AKM, kita sebagai siswa tidak harus menunggu perintah dari sekolah namun kita juga bisa belajar dengan mencari soal-soal referensi yang bisa didapat dari buku ataupun dari internet. Semoga dengan adanya Asesmen Nasional dapat membuat pemerintah memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia. (M-1)
Suara Anak
1. Celestyn Fayola Kurnianto: “Menurutku aku, aku setuju dengan diadakannya AKM. Dengan diadakannya AKM aku tambah rajin belajar tapi sayangnya tambahan AKM buat pulangnya lebih sore dan capek kalau sampai rumah.”
2. Adnarangga Ikhtiari Wisesa Nugroho: “Sebenarnya pertama diumumin ada AKM aku agak panik, tapi enggak apa-apa menurutku dengan adanya AKM jadi pengetahuanku bisa lebih luas.”
3. Aji Muhammad Raihan: “Menurutku dengan adanya AKM bisa lebih efektif membuka logika siswa dalam berfikir suatu soal yang sekiranya hots atau lumayan susah.”