Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Melihat Sisa Kejayaan Era Soviet di Kutub Utara

Adiyanto
07/2/2022 10:39
Melihat Sisa Kejayaan Era Soviet di Kutub Utara
Patung Lenin masih tegak berdiri di sebuah desa di Pyramiden, kawasan kutub utara.(AFP/Olivier Morin )

SEBUAH patung berbentuk potongan kepala Lenin dan kantor KGB, dinas rahasia era Soviet di Pyramiden, seolah menjadi penanda kekuasaan dan pengaruh negara beruang merah itu di kawasan kutub utara.

Negara yang kini bernama Rusia itu telah menjadikan pengembangan kawasan ini sebagai prioritas strategis. Mereka mengukuhkan supremasi di kawasan itu dengan armada kapal pemecah es raksasa bertenaga nuklir.

Sementara itu, pemukiman kecil bekas pertambangan di Pyramiden, membantu Moskow mempertahankan jejak pengaruhnya di kepulauan Svalbard, Norwegia, jauh di atas lingkar kutub utara. Norwegia, negara anggota NATO, juga diberikan kedaulatan atas kepulauan itu di bawah Perjanjian Paris 1920, tetapi semua penandatangan traktat tersebut, termasuk Soviet, diberi hak yang sama untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi sumber daya mineralnya di kawasan itu.

Rusia memulai penambangan batu bara di Barentsburg, pemukiman lain di kepulauan itu, pada 1931. Kemudian mereka juga membangun komunitas di Piramida, kawasan di Pyramiden, tempat sebagian warga Rusia bermukim hingga mencapai 1.200 orang antara 1960 dan 1980.

Di sisi barat kepulauan itu, Soviet juga membangun peternakan babi hingga bioskop berkapasitas 300 kursi, kolam renang, gimnasium, dan rumah sakit. Tetapi ketika Soviet runtuh, sementara penambangan berlanjut di Barentsburg, aktivitas itu berhenti di Piramida pada 1998 karena kinerjanya menurun dan para penambang pergi.

Masih utuh

Pyramiden sekarang tampak seperti kota hantu. Tidak ada yang tinggal di sana selain segelintir orang Rusia yang mengelola hotel -- dan beruang kutub yang berisiko bertemu dengan pengunjung. Tetapi meskipun komunitas pertambangan telah lama pergi, tidak ada bangunan di situ yang hancur. Seorang fotografer AFP melihat sisa-sisa masa kejayaan era Soviet. Bangunan-bangunan yang dibangun itu baru saja dihantam cuaca akibat musim dingin yang ekstrem selama beberapa dekade.

Rel kereta gantung tempat trailer batubara ditarik ke bawah masih terlihat di gunung berbentuk piramida, yang menjadi inspirasi nama desa itu. Di dalam bangunan itu, waktu seolah terhenti, dengan para penghuninya yang tiba-tiba pergi tetapi diharapkan kembali kapan saja.

Sebuah ruang kelas dihiasi dengan gambar anak-anak dan cangkir guru masih ada. Namun Yury Ugryumov, dari Institut Penelitian kutub utara dan antartika yang berbasis di Saint Petersburg, mengatakan Piramida bukan hanya tempat kenangan bersejarah.

"Desa ini tidak ditinggalkan, hanya sementara ditunda," katanya kepada AFP.

Rusia saat ini sedang mengembangkan pariwisata dan penelitian di Pyramiden, menarik ahli glasiologi, hidrologi, dan ahli kelautan di sana untuk meneliti.

“Ada harapan untuk masa depan yang menarik di sini,” kata Ugryumov, yang mengepalai ekspedisi  Rusia ke kepulauan itu.

Sekadar informasi tambahan, konflik antara Rusia dan Ukraina yang terjadi saat ini, telah memicu ketegangan antara negara itu dengan NATO dan sekututunya. Akankah pengembangan di kawasan Pyramiden ini bakal memantik api perseteruan lainnya? Semoga saja tidak. (M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya