Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
Dalam laporan ilmiah yang diterbitkan di jurnal JAMA Pediatrics, para ahli mengatakan bahwa autisme lebih mungkin ditemukan pada bayi laki-laki yang setidaknya menghabiskan waktu di depan layar televisi selama dua jam sehari. Klaim itu mereka ungkapkan setelah megamati 84.000 anak yang menonton televisi, khususnya yang berusia satu hingga tiga tahun.
"Tingkat autisme 3,5 kali lebih tinggi di antara anak laki-laki yang terpapar layar selama dua hingga empat jam, dibandingkan dengan anak laki-laki yang tidak terpapar layar," terang para peneliti, seperti dilansir dari Dailymail, Selasa, (1/2).
Para peneliti mengatakan kondisi demikian juga lebih sering ditemukan pada anak yang terlahir dari ibu yang mengandung dalam usia yang tak lagi muda. Kondisi serupa ditemukan pula pada ibu yang kelebihan berat badan atau menderita komplikasi selama masa kehamilan.
"Anak-anak yang terkena merasa sulit untuk melakukan kontak mata, memahami perasaan orang lain, atau memiliki minat yang besar pada topik tertentu. Anak-anak autis mungkin juga membutuhkan waktu lebih lama untuk memahami informasi, atau mengulangi sesuatu," imbuh mereka.
Dalam laporan kali ini, para peneliti menjelaskan bahwa autisme pada bayi laki-laki kini juga dipicu oleh perubahan gaya hidup sehubungan dengan adanya pandemi Covid-19. Menurut mereka sembilan dari 10 anak-anak yang terlibat penelitian ini telah didiagnosis menderita autisme.
Munculnya autisme pada bayi, lanjut peneliti, lantaran dipengaruhi oleh gelombang elektromagnetik yang muncul dari televisi. Hal demikian telah terbukti dalam uji coba sebelumnya, dimana mereka mencoba melakukan paparan gelombang elektromagnetik pada tikus yang kemudian terlihat mempengaruhi perubahan perilaku tikus tersebut.
"Pada masa ketika bayi mengalami perkembangan saraf aktif, faktor lingkungan seperti stimulasi listrik dari layar dan stimulasi cahaya dari penglihatan dapat mempengaruhi perkembangan saraf dan perubahan genetik de novo,' terang peneliti.(M-4)
Membangun rutinitas yang konsisten mulai dari bangun tidur hingga kemandirian anak untuk mengurus dirinya sendiri sudah harus menjadi perhatian orangtua sebelum anak masuk sekolah.
Aspek perkembangan kognitif serta perkembangan motorik kasar dan halus menjadi penilaian yang bisa diperhatikan untuk anak siap sekolah.
PENATAAN ruang digital harus mampu mewujudkan perlindungan setiap warga negara sekaligus mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia.
Setiap anak memiliki potensi luar biasa dan peran orangtua sangat menentukan bagaimana potensi itu tumbuh.
Tidak hanya menyenangkan, bermain juga diakui sebagai sarana penting untuk menumbuhkan berbagai keterampilan hidup yang esensial.
Langkah yang dapat dilakukan orangtua dalam mendorong anak supaya terbiasa mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi antara lain melalui pembelajaran dari kebiasaan sehari-hari.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved