Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Cinta yang Tergusur Derap Pembangunan

Fathurozak
07/12/2021 11:21
Cinta yang Tergusur Derap Pembangunan
Poster film West Love(Dok. Crazyone Films.)

Sopian (Ahmat Sofyan) dan Tiara (Ninda Fillasputri) adalah sepasang kekasih yang menghabiskan hari-hari mereka secara biasa. Jajan cilok, pacaran seperti halnya pasangan muda-mudi lainnya dengan perbincangan-perbincangan tentang hal sepele atau juga tentang mimpi mereka.

Cerita itu hadir dalam Kisah Cinta dari Barat (West Love), film pendek garapan M. Reza Fahriyansyah yang tayang perdana dalam program Light of Asia di Jogja Netpac Asian Film Festival (JAFF) ke-16 awal Desember.

Sopian dan Tiara mungkin cuma pasangan muda biasa. Tapi di balik rutinitas yang biasa itu, Reza mengajak penonton ke dunia yang ditinggali keduanya; di sekitar lokasi bandara baru Yogyakarta International Airport (YIA) Kulonprogo. Film dibuka dengan suara Sopian yang menirukan bunyi pesawat dengan layar yang masih hitam ,dilanjutkan dengan adegan Tiara yang menyuapi Sopian sebuah cilok yang ditusuk lidi.. Seperti halnya ibu dan anak yang biasa bermain pesawat-pesawatan dalam ritual makan.

Dari situ Reza telah menunjukkan benih di film tentang isu apa yang tengah dibahas. Mula-mula Sopian dan Tiara memang membahas persoalan remeh-temeh. Hingga kemudian Tiara membawa percakapan tentang dirinya yang sudah bilang ke pamannya, nama si kekasih bakal diikutkan ke daftar calon pekerja bandara baru.

Sopian yang tampak tidak terlalu menggubris, Ia Sopian beralasan cuma lulusan SMA sehingga pesimis bisa bekerja di bandara baru itu.

Reza tidak cuma menyorot kedua karakter dalam film. Ia dengan jeli membungkus film romantis  itu dengan muatan isu tentang penyingkiran dari suatu pembangunan. Tentang manusia-manusia yang barangkali kisahnya minor di ragam kampanye pemerintah tentang potensi ekonomi dan agenda investasi dari dibukanya bandara tersebut.

Misalnya saja Reza memasukkan gambar spanduk yang terbengkalai bernada ketidakpercayaan pada pemberian janji bandara pada warga. Sebabnya, salah satu yang dijanjikan pihak pengelola bandara memberi janji untuk membuka pekerjaan bagi warga yang terdampak penggusuran.

Alih-alih membuka pekerjaan, banyak dari warga di Kulonprogo yang malah hilang mata pencaharian mereka.

Dalam laporan publikasi ilmiah pada 2019 oleh mahasiswi geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta Yasmin Fida Az-Zahra disebutkan pengaruh yang cukup besar dari pembangunan bandara itu antaranya adalah perubahan penggunaan lahan, dampak sosial dan ekonomi di masyarakat sekitar lokasi YIA, Kulonprogo. Yasmin melakukan studinya di beberapa desa di kecamatan Temon; Desa Palihan, Sindutan, Jangkaran, Kebonrejo, dan Glagah. Wilayah yang kini jadi lokasi bandara YIA.

Dalam studi tersebut, Yasmin mencatat pembangunan YIA mengkonversi lahan seluas kurang lebih 581,7 hektar. Mengakibatkan adanya perubahan luas lahan dari tiap jenis penggunaan lahan dengan persentase luas terdampak: Desa Palihan sebesar 52,73%, Desa Sindutan (18,50%), Desa Jangkaran (12,41%), Desa Kebonrejo (18,77%), dan Desa Glagah (46,96%). Hal itu berdampak pada pindahnya warga untuk menemukan tempat dan membangun kehidupan baru.

Yasmin menuliskan, sebagian besar masyarakat yang terdampak pembangunan bandara dan mengalami penggusuran sebelumnya bekerja sebagai petani dan menggantungkan hidupnya pada lahan garapan yang mereka miliki. Ada  juga yang bekerja sebagai pegawai negeri, wiraswasta, buruh dan lain-lain. Pekerjaan yang mereka miliki sudah mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya walaupun ada juga yang hidup pas-pasan saja. Tapi, dalam studinya itu disebutkan setelah penggusuran dan relokasi, membuat sebagian kehilangan pekerjaan dan lahan garapan mereka. Bahkan ada sebagian yang belum bekerja dan memiliki pekerjaan baru lagi.

Apa yang diungkapkan Reza lewat kisah cinta Sopian dan Tiara bukan semata film romantis yang membuat kita hangat akan romansa mereka. Tapi tentang apa yang dihadapi manusia-manusia yang tersingkir dan harus membangun kehidupan baru mereka atas nama pembangunan.

Lanskap sempit yang dihadirkan Reza dalam film berdurasi sembilan menit itu mengurai kompleksitas yang dihadapi karakternya tentang impak pembangunan oleh pemerintah terhadap hilangnya mata pencaharian warganya.

Otentitas Sofyan dalam memerankan Sopian juga memberi spektrum mendalam tentang konflik yang dihadapinya. Bila kebanyakan film romantis populer (romcom) kita banyak berlatar urban dengan konflik kelas menengah, Reza hadir dengan Kisah Cinta dari Barat dengan tawaran romansa pasangan muda rural yang kehilangan akses kehidupannya. Dirampas oleh pemerintah atas nama kepentingan proyek strategis nasional.

Film yang dibuat oleh sineas Yogyakarta, diperankan oleh aktor yang tinggal di sekitar bandara YIA (Sofyan), dan ditayangkan perdana di festival film di Yogyakarta itu menjadi jendela untuk melongok persoalan daerah yang bisa jadi jarang muncul dalam produk sinema populer kita. (M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya