Headline
Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.
Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.
PEKAN ini, John Kerry menyambangi Tiongkok. Pensiunan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat yang rambutnya kian memutih itu tidak sekadar melancong, tetapi membawa misi mengajak para pemimpin negeri itu sama-sama berkomitmen mengatasi perubahan iklim.
Kerry ialah pejabat AS pertama di era kepemimpinan Joe Biden yang berkunjung ke negeri ‘Tirai Bambu’. Ia kini menjabat utusan AS untuk perubahan iklim. Kunjungan itu sekaligus sebagai undangan buat Presiden Xin Jinping untuk mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Iklim secara virtual yang digagas Biden, pekan depan.
AS perlu mengajak Tiongkok dalam pertemuan tersebut karena negeri yang makmur secara ekonomi itu merupakan salah satu penyumbang karbon terbesar yang berpengaruh pada pemanasan global, sebagai salah satu dampak perubahan iklim. Menurut AFP, hampir 30% dari total karbon yang dihasilkan secara global, merupakan hasil industrialisasi Tiongkok. AS pun tidak jauh beda. Oleh karena itu, tanpa komitmen dua negara industrialis besar ini, upaya untuk membatasi kenaikan suhu bumi tak lebih dari 1,5 derajat Celsius seperti komitmen yang dihasilkan pada KTT Perubahan Iklim (COP21) di Paris, Prancis, pada 2015, bakal sulit tercapai.
AS yang di era Donald Trump minggat dari kesepakatan Paris, kini harus ‘membungkuk-bungkuk’ membujuk Tiongkok untuk sama-sama mengatasi perubahan iklim. Perseteruan dagang antarkedua negara yang selama ini terjadi, sepertinya mesti dikesampingkan dulu.
Jika AS menolak bekerja sama dengan Tiongkok dalam masalah iklim karena ketidaksepahaman di bidang lain, kata Kerry, itu sama saja bunuh diri. Tiongkok menyambut baik ajakan mitranya tersebut dan memuji langkah AS yang kembali pada kesepakatan Paris. Wakil Perdana Menteri Han Zheng mengharapkan komitmen dan tanggung jawab serta kontribusi semestinya dari AS untuk mengatasi persoalan ini.
Kedua negara adidaya itu telah menyadari dan merasakan bahayanya dampak perubahan iklim. Mulai banjir dan badai yang semakin dahsyat dan sering, hingga polusi dan kebakaran hutan yang kian meningkat. Sebelum KTT Paris digelar, Zheng Gougang, kepala Badan Meteorologi Tiongkok mengatakan perubahan iklim global akan mengurangi hasil panen, menyebabkan degradasi ekologi, dan menyebabkan arus sungai/laut tidak stabil.
Zheng pun memperingatkan agar pembangunan di negerinya tidak menimbulkan polusi karbon tinggi. Biden sendiri diperkirakan minggu depan akan mengumumkan target baru AS untuk mengurangi emisi karbon sebagai bagian dari KTT, di tengah meningkatnya kekhawatiran global atas suhu yang memecahkan rekor dan bencana alam yang semakin sering terjadi.
Seperti halnya perang melawan pandemi covid-19, memang dibutuhkan kolaborasi internasional untuk mengatasi perubahan iklim. Jauh sebelum era globalisasi, tepatnya pada 10 April 1815, sejarah memberi kita pelajaran bagaimana semburan vulkanik Gunung Tambora, di Nusa Tenggara Barat, telah memengaruhi iklim di Eropa dan Amerika utara, dan secara langsung maupun tidak, telah membunuh jutaan manusia saat itu. Begitu pun dengan wabah Black Death (maut hitam) pada abad-14 yang menyebar dari Asia timur hingga ke Eropa dan membunuh jutaan orang, meski di era itu manusia belum bepergian dengan pesawat maupun kapal pesiar.
Kini, di dunia yang kian terhubung dan perkembangan teknologi yang semakin canggih, para pemimpin negara mesti mempererat kerja sama, baik dalam bidang informasi, kesehatan, maupun mitigasi. Perubahan iklim memang belum membuat panik banyak orang seperti halnya wabah korona. Tapi, percayalah, jika tidak diantisipasi dari sekarang dampaknya tak kalah dahsyat dan mengerikan. Pada awal April lalu, kita di Indonesia telah menyaksikan contoh kecilnya di Adonara. Waspadalah !
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menandatangani perintah eksekutif pada Senin (11/8) yang memperpanjang penghentian tarif lebih tinggi terhadap Tiongkok hingga 10 November 2025.
AMERIKA Serikat (AS) dan Tiongkok sepakat menunda kenaikan tarif impor selama 90 hari, hanya beberapa jam sebelum masa gencatan senjata perdagangan kedua negara berakhir pada Selasa (12/8).
Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia, Wang Lutong, memberikan apresiasi tinggi kepada PT Lami Packaging Indonesia (LamiPak Indonesia) yang berhasil meningkatkan kapasitas produksinya.
Nvidia dan AMD dikabarkan sepakat membayar pemerintah Amerika Serikat sebesar 15% dari penjualan semikonduktor mereka di Tiongkok.
PERAHU naga berhasil meraih tiga medali emas untuk Indonesia dalam ajang The World Games Chengdu 2025. Adapun yang terbaik yakni nomor 10-seater 500 meter, Minggu (10/8) waktu setempat
Chikungunya jarang berakibat fatal dan virus yang dibawa oleh nyamuk ini tidak menyebar melalui udara.
Studi Nature ungkap pemanasan global tingkatkan fotosintesis darat, tapi lemahkan produktivitas laut. Hal itu berdampak pada iklim dan rantai makanan global.
Komitmen terhadap pengelolaan lingkungan berkelanjutan harus ditegakkan secara konsisten demi menjawab ancaman serius akibat pemanasan global.
Riset terbaru mengungkap pemanasan global membuat ribuan meteorit tenggelam di bawah es Antartika setiap tahun.
Mencairnya gletser memuci letusan gunung api yang lebih sering dan eksplosof, yang memperparah krisis iklim.
Penelitian terbaru mengungkap hilangnya hutan tropis menyebabkan pemanasan global berkepanjangan setelah peristiwa Great Dying 252 juta tahun lalu.
Pemanasan global akibat emisi gas rumah kaca meningkat, anggaran karbon Bumi diperkirakan akan habis dalam waktu 3 tahun ke depan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved