Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
Cerita-cerita populer yang tayang di platform novel daring Tiongkok mulai merambah ranah drama Korea (drakor). Vincenzo (Netflix), Mr. Queen (Viu) adalah beberapa di antara sekian drakor yang tengah tayang saat ini dan diangkat dari novel Tiongkok.
Namun, ketika muncul pengumuman akan ada drakor The Golden Hairpin dan Until the Morning Comes, alih-alih mendapat sambutan justru para penonton di Korea malah seperti ingin memboikotnya.
Dua drama Korea yang akan datang itu diangkat dari novel populer Tiongkok, yang diharapkan memiliki pemeran bertabur bintang. Meskipun remake bukanlah hal baru bagi perusahaan produksi drama, semakin banyak pemirsa di Korea akhir-akhir ini melampiaskan ketidakpuasan mereka atas alih wahana ikarya-karya asli dari Tiongkok. Sebagian besar karena bentrokan budaya yang sedang berlangsung antara Seoul dan Beijing mengenai ‘asal-usul’ aset tradisional Korea, termasuk kimchi dan hanbok.
Atmosfer anti-Tiongkok meluas ke panggung hiburan lokal Korsel a. Baru-baru ini, drama fantasi sejarah yang punya bujet besar, Joseon Exorcist, dihentikan setelah hanya menayangkan dua episode karena pemirsa memboikotnya dan dianggap memutarbalikkan sejarah dan dianggap tidak perlu menampilkan properti Tiongkok. Beberapa minggu lalu, Vincenzo dan True Beauty juga didera kontroversi atas penempatan produk Tiongkok yang berlebihan di dalamnya.
Namun, menurut para ahli, ada alasan di balik kecenderungan produser Korea condong pada konten asal Tiongkok.
“Tiongkok memiliki pasar novel daring yang sangat besar; lebih dari dua juta novel dibuat dalam satu tahun, dan jumlah pembaca melebihi 300 juta pada 2016. Dengan pasar yang sangat besar ini, karya Tiongkok yang sukses sering dianggap memiliki kualitas yang terjamin dalam storytelling,” kata profesor Budaya Sino-Korea di Universitas Hanshin Choi Min-sung, dikutip dari The Korea Times, Rabu, (7/4).
“Dengan demikian, perusahaan produksi drama Korea berpikir membuat ulang karya-karya ini dapat mengurangi risiko produksi pada tingkat tertentu dan membantu mereka mendapatkan lebih banyak sambutan hangat dari publik,” lanjutnya.
Faktor cuan
Tetapi, kritikus drama Yoon Suk-jin, yang juga profesor Bahasa dan Sastra Korea di Universitas Nasional Chungnam, percaya duit Tiongkok yang lebih memikat para produser, alih-alih kualitas.
“Secara keseluruhan, kualitas konten Tiongkok belum setinggi konten Korea. Jadi sepertinya tren saat ini lebih disebabkan oleh investasi Tiongkok, yang telah menyusup ke pasar drama Korea untuk waktu yang lama. Dibandingkan dengan masa lalu, investor Tiongkok saat ini tampaknya meminta lebih banyak dari produser Korea, menempatkan mereka di bawah pengawasan. Ini uang Tiongkok,” kata Yoon.
Dengan pasar Tiongkok adalah yang terbesar di Asia, profesor Yoon juga menjelaskan mengapa produser drama Korea tidak bisa menutup mata kepada pemirsa Tiongkok. Sebab itulah alih wahana karya novel populer Tiongkok banyak dilakukan.
Mengenai perselisihan terkait Tiongkok baru-baru ini di kancah drama, para ahli berpendapat, pembuat drama harus lebih sensitif dan menahan diri untuk tidak mengambil tindakan picik.
"Jika produser serial TV didorong hanya oleh keuntungan, mereka hanya akan menghadapi lebih banyak konflik dan kontroversi. Mereka harus ingat drama Korea memiliki identitas sebagai produk Korea,” kata prof Yoon.
Sementara itu, prof. Choi juga menyinggung soal kontroversi Terminal High Altitude Area Defense (THAAD). Sejak 2016, Tiongkok memberlakukan batasan "tidak resmi" pada hallyu, gelombang global budaya Korea. Peraturan ini dianggap sebagai bagian dari pembalasan Beijing terhadap Seoul, yang dipicu oleh perselisihan tentang penyebaran THAAD, sistem pertahanan rudal AS, di tanah Korea. Tiongkok menentang penyebarannya "untuk keamanan nasional," tetapi Korea masih mengatur sistem di Seongju, Provinsi Gyeongsang Utara, pada tahun 2017. Akibatnya, serial TV, film, dan konser Korea secara praktis dilarang di negara tetangga.
“Meskipun masalah THAAD telah merenggangkan hubungan antara Seoul dan Beijing selama beberapa tahun, Tiongkok akan kembali menjadi mitra dagang penting di bidang budaya setelah situasi membaik di masa depan,” kata Choi. (Korean Times/M-2)
Selain pelatihan intensif, peserta juga mendapat kursus Bahasa Mandarin gratis sebagai persiapan keberangkatan.
Pengamat Nilai Indonesia akan Mengutamakan Market BRICS Dibanding AS
IRAN menerima sistem rudal permukaan-ke-udara dari Tiongkok sebagai bagian dari upaya cepat membangun kembali pertahanan udaranya yang rusak akibat serangan Israel selama konflik 12 hari.
Presiden Emmanuel Macron menyerukan agar negara-negara Eropa mengurangi ketergantungan ganda terhadap Amerika Serikat dan Tiongkok.
Sistem rudal HQ-9B Tiongkok mampu menempuh jarak hingga mencapai 260 kilometer dan ketinggian maksimum 27 kilometer.
ByteDance, perusahaan induk Tiktok asal Tiongkok yang memiliki aplikasi video pendek populer tersebut, dilaporkan tengah mengembangkan aplikasi alternatif khusus untuk pasar AS.
Film ini mencerminkan budaya, nilai, dan cerita khas Indonesia, baik dalam bentuk fiksi, dokumenter, animasi, maupun eksperimental.
Alice in Borderline season 3 mengikuti Arisu dan Usagi yang kini telah menikah dan hidup dengan damai.
Netflix mencatat ada lebih dari 50% pengguna globalnya yang menonton anime. Netflix memperkirakan jumlah 50% pengguna global itu setara dengan 150 juta rumah tangga.
Film action menjadi tontonan yang fokus pada aksi fisik dan konflik yang eksplosif, biasanya menghadirkan tokoh jagoan dalam situasi ekstrem. Genre ini sangat populer karena seru, menegangkan
Netflix merupakan salah satu layanan streaming terbesar di dunia, tersedia di lebih dari 190 negara, termasuk Indonesia.
Temukan deretan film terbaik Cate Blanchett sebelum tampil mengejutkan sebagai cameo di Squid Game Season 3. Dari Elizabeth hingga Tár, inilah daftar film yang wajib ditonton.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved