Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
CEO Walt Disney Bob Chapek mengemukakan, pola menonton di bioskop tidak akan sepenuhnya kembali seperti sebelum pandemi. Cara kita menonton telah berubah secara fundamental.
Dikutip dari Forbes, Rabu (3/3), Chapek mengatakan, dirinya tidak yakin akan ada jalan kembali ke masa tayang film secara tradisional, yang menjadi sumber pemasukan yang sangat menguntungkan selama beberapa dekade bagi studio Hollywood. Terutama bagi perusahaannya, Walt Disney.
Pada pola masa tayang film di bioskop secara tradisional, bioskop punya hak eksklusivitas pada film. Mereka berhak menayangkan film selama 90 hari atau tiga bulan sebelum akhirnya nanti diganti dengan rilisan baru, dan film yang telah turun layar pindah ke streaming.
Meskipun sebagian besar studio Hollywood ingin memperpendek masa tayang itu, mereka cuma memiliki sedikit pengaruh terhadap bioskop. Selain itu studio-studio juga sudah mendapat banyak untung.
Menurut Chapek, saat ini selera konsumen telah berubah selama setahun dalam pandemi dan lockdown yang membuat sebagian besar bioskop tutup. Perubahan sikap itu akan berdampak untuk jangka panjang.
“Saya pikir konsumen mungkin lebih tidak sabar (akan film baru) dari sebelumnya. Terutama karena sekarang mereka memiliki kemewahan selama setahun penuh untuk mendapatkan hiburan di rumah saat mereka menginginkannya. Jadi saya tidak yakin akan ada (rilis film) yang mundur, tapi kami tentu tidak ingin melakukan apa pun seperti menghambat penayangan di bioskop,” katanya saat konferensi bersama media Bank Morgan Stanley.
Walau kebiasan menonton bioskop diyakininya bakal selamanya berubah, hal tersebut bukan berarti buruk bagi industri film. Sebab para produsen film tetap bisa meraup untung.
Sejak pandemi dan lockdown yang menjungkirbalikkan industri, sebagian besar film besar rilisan baru, ditunda, atau akhirnya berpindah ke layanan streaming. Satu-satunya blockbuster yang mencoba rilis di bioskop adalah film thriller Christopher Nolan Tenet, yang mengumpulkan pendapatan kotor domestik $57,9 juta (Rp 828 miliar lebih), dan $305 juta (Rp4 triliun lebih) secara internasional. Angka-angka itu adalah bencana box-office bagi Warner Bros., WarnerMedia dan AT&T.
“Sangat masuk akal saat ini, pada masa pandemi covid-19, untuk memiliki pilihan. Jelas, bioskop tidak akan kembali 100%. Namun saya senang, kami memiliki kemampuan untuk orang yang benar-benar ingin menikmati film di rumah - karena mereka tidak terlalu percaya diri untuk pergi ke bioskop - mereka punya pilihan itu. Seperti apa model ini berjalan di masa depan? Nah, kita akan mendapatkan banyak pengalaman dan banyak poin data,” kata Chapek.
Beberapa studio Hollywood saat ini sudah mencoba cara-cara alternatif untuk merilis film mereka. Misalnya Viacom CBS dengan Paramount+ nya, Warner Media dengan HBO Max, dan Disney+ milik Disney yang sama-sama mencoba tawaran PVOD (Premium Video on Demand). Dengan metode ini, pelanggan yang rela membayar di luar biaya langganan reguler, bisa mengakses film lebih awal, sebelum penayangan secara reguler di platform streaming. (M-1)
Pemprov menyediakan ratusan kegiatan mulai dari festival seni, konser, pameran, hingga upacara kenegaraan yang melibatkan warga dari segala usia dan latar belakang
SYAHRINI, penyanyi Tanah Air, datang di Cannes Film Festival 2025. Kehadirannya di Cannes setelah vakum beberapa tahun di dunia hiburan menarik perhatian publik.
MENDUKUNG gaya hidup 'Live Right, Live Smart', Xiaomi resmi meluncurkan produk Xiaomi TV A Pro Series 2026 di Tanah Air.
Perlu dicermati terjadinya trading down atau fenomena pindahnya konsumen ke barang-barang yang lebih murah.
Event Syarima Go Ramadan in Velo menghadirkan kombinasi unik antara bazar, kuliner khas Ramadan, serta hiburan musik yang spektakuler untuk menemani masyarakat.
Diperkenalkannya hiburan paruh waktu di Piala Dunia memperlihatkan niat FIFA untuk beradaptasi dengan model hiburan ala olahraga Amerika Serikat (AS), khususnya Superbowl milik NFL.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved