Konsep Unisex di Masa Pandemi

Putri Rosmalia
17/1/2021 01:05

PANDEMI covid-19 telah cukup memukul industri fesyen. Karena itu, adanya label busana lokal yang masih terus berproduksi dan bahkan menggelar peragaan layak diacungi jempol.

Pada awal Januari ini, label asal Bandung, Jawa Barat, SVH, meluncurkan koleksi musim semi/panas 2021 dengan tema A different direction. Dalam peragaan daring yang digelar 8 Januari 2021 itu, busana-busana yang ditampilkan memeragakan street style dengan perpaduan gaya edgy, provokatif, sporty, dan juga glamor. Tampak pula perpaduan gaya dari musik EDM, gaya country, biker, hingga Kpop.

Untuk pria, SVH banyak menge luarkan potongan celana lebar, baik dalam warna neon, motif tartan, maupun warna monokrom. Padanannya ialah blazer oversize ataupun jaket kulit gaya biker.

Celana lebar itu juga dikeluarkan untuk perempuan. Kesan seksi kemudian ditampilkan dengan padanan bralette ataupun cropped-top. Ada pula kesan seksi yang provokatif dengan penggunaan boot stileto yang dipadankan dengan trackpants atau joggerpants.

Adaptasi gaya ikon musik masa kini juga terlihat dari berbagai artikel fesyen yang sangat kebaratan meski mungkin kurang cocok dengan iklim Tanah Air. Contohnya ialah jaket parka berwarna hijau neon yang mengingatkan pada Billie Eilish.

Direktur Kreatif SVH, Bambang Wahyudi Praja, mengungkapkan banyaknya potongan yang sama pada koleksi pria dan wanita karena tema unisex yang diusung. “Kami memang mengusung tema unisex sehingga pakaian kami bisa digunakan oleh berbagai gender, jadi bisa digunakan dengan vibe yang berbeda tergantung penggunanya,” ujarnya dalam jumpa pers virtual, (8/1).

Konsep unisex pula yang mendasari pemilihan potongan longgar atau oversize. “Koleksi kita size-nya tidak ada yang slim fit, semuanya reguler fit atau oversize karena kita berusaha mengakomodasi berbagai bentuk dan jenis tubuh manusia,” tambah Bambang.

Ia juga mengatakan, jika sebagian inspirasi berasal dari alam, contohnya ialah motif kulit ular dan leopard tampak menonjol di antara koleksi busana lainnya. Motif-motif tersebut diaplikasikan dalam beberapa model busana, seperti blazer, celana, hingga atasan crop top. Tidak ketinggalan, perubahan alam di masa pandemi pun dijadikan inspirasi, contohnya ialah warna langit yang semakin cerah, khususnya di Jakarta.

Untuk bahan, SVH mengklaim sepenuhnya menggunakan serat organik tanpa tambahan polyester. “SVH mengambil momen pandemi untuk becermin dan merenung apa kontribusi kami dari industri fasyen untuk bisa mengatasi masalah-masalah di bumi seperti pandemi. Akhirnya kami memilih bahan yang ramah lingkungan,” ujar Bambang.

Jenis bahan yang digunakan ialah cotton spandex dan baby canvas non peach. Keduanya total dibuat dari bahan tumbuhan organik melalui metode khusus yang dilakukan dengan metode ramah lingkungan oleh Zalmon Fabric.

Cotton spandex katun dikatakan yang lebih elastis sehingga bisa dipakai oleh berbagai bentuk tubuh dan tidak membuat gerah. Sementara bahan baby canvas non peach dipilih karena tebal, tetapi tetap tidak panas. Bahan itu banyak digunakan untuk busana luaran.

Pendiri Zalmon Fabric, Tommy Surya Teja menjelaskan seluruh material diproses dengan menggunakan teknologi Breathe Easy sehingga kain memiliki pori-pori yang lebih besar dan dapat melepaskan kelembaban secara efektif. Keunggulan lainnya ialah pertumbuhan bakteri pada permukaan kain minimum serta 200 kali lebih bersih jika dibandingkan dengan bahan polyester.

“Jadi memang sangat kami pikirkan mulai bahan sampai teknologinya agar bisa menghasilkan bahan ramah lingkungan yang berkualitas,” ujar Tommy. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya