Headline
RI-AS membuat protokol keamanan data lintas negara.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
Tahun 2021 disambut gembira oleh banyak orang di berbagai belahan bumi. Mulai diproduksi dan digunakannya vaksin covid-19 pada akhir 2020 membuat antusiasme banyak orang untuk bisa kembali bepergian seperti sebelumnya kembali meningkat.
Berbarengan dengan proses penciptaan vaksin, berbagai perusahaan teknologi terkemuka kian intens mengembangkan aplikasi untuk merekam data medis pengecekan covid-19 pada setiap orang, termasuk data penggunaan vaksin. Dengan begitu, mobilitas masyarakat bisa berjalan dengan tetap aman dan tak memperparah pandemi.
Salah satu yang tengah mengembangkan aplikasi tersebut ialah The Commons Trust Network, sebuah gerakan yang diinisiasi oleh lembaga nonprofit asal Swiss, The Common Project, dan World Economic Forum. Mereka kemudian juga bermitra dengan beberapa perusahaan penerbangan seperti Cathay Pacific, Swiss Airlines, United Airlines, Virgin Atlantic, dan ratusan fasilitas kesehatan di Amerika Serikat.
Aplikasi untuk telepon pintar yang juga disebut sebagai vaksin paspor tersebut nantinya akan memuat setiap detail dari data vaksinasi covid-19 ketika seseorang memasuki area atau negara tertentu. Data yang muncul ialah data hasil vaksinasi dan pemeriksaan covid-19 dari layanan kesehatan yang sudah tesertifikasi.
"Anda bisa saja tes apakah terjangkit covid-19 atau tidak pada setiap perbatasan, tapi tidak mungkin bisa terus-menerus vaksin setiap akan memasuki suatu wilayah. Karena itu mengapa paspor vaksin ini menjadi penting," ujar Kepala Marketing dan Komunikasi The Commons Project, Thomas Crampton, seperti dilansir CNN, Selasa (30/12).
Dengan adanya aplikasi, pengecekan bukti vaksin dan bukti bebas covid-19 menjadi lebih mudah dilakukan tanpa perlu membawa surat. Bukti akan bisa ditunjukkan melalui barcode yang tersedia di aplikasi.
Perusahaan teknologi lain yang mengembangkan aplikasi serupa ialah IBM. Perusahaan teknologi asal AS tersebut telah mengembangkan aplikasi bernama Digital Health Pass. Aplikasi itu nantinya juga akan bisa digunakan oleh institusi atau lembaga di berbagai negara untuk melihat rekam medis seseorang yang akan datang berkunjung ke wilayah atau acara mereka.
Aplikasi juga dapat merekam data penerimaan vaksin yang telah diunggah oleh pengguna. Adapun pengguna dapat menyimpan berbagai surat atau sertifikat vaksin dan bebas covid-19 di sistem penyimpanan yang disediakan.
Jenny Wanger, anggota Linux Foundation Public Health, sebuah organisasi pemerhati teknologi yang berfokus pada bidang kesehatan, mengatakan bahwa aplikasi-aplikasi seperti paspor covid-19 yang tengah dikembangkan oleh The Commons Trust Network dan IBM memang bisa menjadi solusi pemantauan dan pencegahan penyebaran covid-19 dari pergerakan warga di berbagai negara di dunia.
Namun, pengembangan aplikasi itu juga bukan tidak memiliki masalahnya sendiri. Dalam hal terkait dengan kebijakan privasi dan kebijakan lain yang berbeda pada setiap negara. Ia menilai akan sulit membuat aplikasi yang diproyeksikan berperan selayaknya paspor tersebut diterima dan digunakan oleh banyak negara. Pasalnya, tiap-tiap negara pasti memiliki aturan sendiri.
Untuk itu, Jenny mengatakan Linux Foundation saat ini tengah berupaya membuat gerakan bersama dengan lebih dari 300 orang yang berasal dari beragam organisasi dari lima benua, termasuk IBM dan The Commons Trust Network. Kolaborasi itu diharapkan akan dapat menghasilkan solusi sistem aplikasi tunggal yang bisa digunakan di berbagai negara.
"Kalau kami berhasil mengembangkannya, setiap orang hanya perlu menggunakan ponselnya untuk mengonfirmasi dirinya bebas covid-19 dan telah menerima vaksin dengan jaminan data pribadi yang terlindungi dan lebih praktis," ujarnya.
Pantau dan lacak
Sebelumnya sejak pandemi mulai merebak di semester pertama 2020, beberapa perusahaan juga telah mengembangkan berbagai aplikasi untuk memantau covid-19.
Apple dan Google telah menyediakan aplikasi berbasis Bluetooth untuk mendeteksi lokasi rawan dan orang penderita covid-19. Berbagai negara di dunia juga telah mengembangkan aplikasi masing-masing yang dapat digunakan oleh warga dan para pendatang di wilayahnya.
Di Singapura, sebuah perusahaan teknologi bernama Affinidi juga tengah mengembangkan aplikasi paspor covid-19 yang nantinya dapat digunakan oleh pemerintah negaranya. Aplikasi itu nantinya berfungsi memverifikasi hasil tes covid-19 setiap pendatang.
Untuk mendukung keakuratan data dan sistem verifikasi, aplikasi akan terkoneksi dan bekerja sama dengan lembaga-lembaga pemerintah dan pusat-pusat layanan kesehatan di Singapura.
Sementara itu, di Indonesia, pemerintah terus mengembangkan aplikasi pemantau pergerakan pasien covid-19 atau diduga menderita covid-19 bernama PeduliLindungi. Aplikasi yang juga memanfaatkan koneksi Bluetooth tersebut merupakan inisiasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dan PT Telkom Indonesia.
PeduliLindungi memiliki fitur pelacakan, dan memungkinkan pengguna melihat pergerakan orang yang positif terinfeksi virus korona selama 14 hari ke belakang. Pendeteksian dilakukan dengan memasang aplikasi tersebut pada orang yang terkonfirmasi positif covid-19.
Pemerintah juga menggandeng Gojek untuk memperluas akses ke aplikasi PeduliLindungi. Belum lama ini, PeduliLindungi menambahkan layanan telemedis untuk membantu masyarakat memantau kesehatan. "Demi memperkuat layanan di aplikasi PeduliLindungi, Kementerian Kominfo merasa perlu untuk bekerja sama dengan layanan telemedis agar kami bisa menyediakan fitur layanan yang lebih komprehensif," ujar Plt Direktur Telekomunikasi, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Kominfo, Ikhsan Baidirus, dalam siaran persnya, Senin (21/12). (M-2)
Indonesia International Electronics and Smart Appliances Expo (IEAE) 2025, akan digelar pada 6-8 Agustus 2025 di Jakarta.
Skoliosis dapat disebabkan oleh faktor kongenital atau bawaan lahir, faktor neuromuskular atau gangguan otot dan saraf, atau bahkan tidak ketahui sama sekali penyebabnya (idiopatik).
Penemuan objek antarbintang 3I/ATLAS memunculkan kembali spekulasi kontroversial: mungkinkah ini bukan sekadar komet, melainkan teknologi luar angkas yang disamarkan
Easycash memperkenalkan Fintopia Corporate University (FCU)—sebuah inisiatif internal untuk pengembangan sumber daya manusia (SDM)
AI Lab tersebut melengkapi ekosistem riset teknologi Veda Praxis, yang sebelumnya membangun Cybersecurity Lab di Indonesia dan Ho Chi Minh City, Vietnam.
Permentan 15/2025 Permudah Petani Peroleh Pupuk Bersubsidi
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved