Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
BUKU Sosiologi Sastra karya Sapardo Djoko Damono (SSD) diterbitkan ulang. Buku yang pertama terbit 1978 ini telah menjadi babon atau buku rujukan utama dalam pengajaran sastra di Indonesia.
Gramedia selaku penerbit mengungkapkan jika perilisan kembali itu dalam rangka mengenang sang maestro sastra Indonesia yang berpulang Juli 2020. Buku Sosiologi Sastra berisi opini Sapardi mengenai sisi sosiologis dalam perkembangan sastra di Indonesia serta rangkuman penulis terhadap beberapa pendapat ahli mengenai pergulatan wacana tentang Sosiologi Sastra itu sendiri.
Profesor Melani Budianta, Guru Besar FIB Universitas Indonesia yang juga merupakan rekan sejawat penyair SDD dalam diskusi dan peluncuran buku daring, Selasa (8/11) menyambut baik penerbitan buku tersebut. Menurutnya buku ini merupakan salah satu buku pengantar yang wajib dibaca oleh siapa saja yang ingin mendalami Sastra Indonesia.
"Buku ini Pak Sapardi banget, artinya semua kiprah beliau dapat kita lihat pada Sosiologi Sastra ini," kata Melani.
"Beliau wawasannya memang sangat luas, pertama Pak Sapardi itu tak hanya melihat sastra sebagai sastra, tetapi sastra sebagai bagian dari masyarakatnya, kemudian dia juga bisa memaparkan sastra dalam perkembangan sejarah sastra itu sendiri. Jadi ini betul-betul dunia Pak Sapardi yang disumbangkan kepada kita semua. Nanti di bagian akhir buku ini beliau mulai bicara mengenai sastra yang mulai masuk ke dunia digital," tambahnya.
Selain Prof. Melani Budianta, testimoni terkait penerbitan ulang buku Sosiologi Sastra juga diberikan oleh Dr. Sunu Wasono, staf pengajar di Program Studi Indonesa FIB UI yang juga merupakan mantan asisten dari SSD. Sunu menceritakan tentang kebiasaan-kebiasaan SDD kala mengampu mata kuliah Sosiologi Sastra bersama dirinya.
"Dalam mengajarkan Sosiologi Sastra itu yang paling penting adalah memberikan contoh-contoh, Pak Sapardi itu tidak pernah menjelaskan konsep itu tanpa memberikan contoh. Beliau mudah sekali kalau memberikan contoh, biasanya beliau memberikan contoh itu dari pengalaman-pengalaman pribadi beliau," tutur Sunu.
Sunu pun memuji keunggulan Sapardi dalam menyederhanakan persoalan. "Konsep-konsep yang rumit itu ditangan Pak Sapardi dapat disampaikan dalam bahasa yang mudah dipahami, termasuk yang belakangan ditulis Pak Sapardi tentang konsep alih wahana itu. Konsep itu tidak sederhana tapi di tangan Pak Sapardi menjadi sederhana sehingga enak dibaca," pungkasnya. (M-1)
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), menggelar rangkaian kegiatan strategis dalam rangka penguatan literasi dan sastra, serta revitalisasi bahasa daerah di Jawa Tengah.
Aprinus mencontohkan, beberapa karya yang kandungan SARA, yakni pada novel Salah Asuhan yang pada draf awalnya disebut menyinggung ras Barat (Belanda).
Sastra sebagai suatu ekspresi seni berpeluang mempersoalkan berbagai peristiwa di dunia nyata, salah satunya adalah persoalan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Dedikasi Pramoedya Ananta Toer tidak lepas dari berbagai konsekuensi berat, ia harus merasakan pahitnya penjara di tiga rezim berbeda.
Dengan lebih dari 50 karya yang diterjemahkan ke 42 bahasa, Pramoedya Ananta Toer adalah lambang harapan, perlawanan, dan keberanian melawan ketidakadilan.
Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta menggagas Jakarta International Literary Festival (JILF) 2024.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved