Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Kenormalan Baru di Dandaka

Ono Sarwono Penyuka wayang
14/6/2020 00:55
Kenormalan Baru di Dandaka
Ono Sarwono Penyuka wayang(MI/Ebet)

RAMA Ragawa bersama istri, Dewi Sinta, dan adiknya, Leksmana Widagda, menjalani kehidupan new normal (kenormalan baru) akibat situasi dan kondisi lingkungan yang memaksa. Mereka, yang sejak lahir hingga dewasa bergelimang kenyamanan, kemudian berbalik melakoni hidup serbaterbatas.

Namun, tiga insan berdarah biru itu tidak nelangsa, pun tidak meratapi kehidupan baru yang pilu. Malah, kelabu yang membelenggu itu justru dinikmati sebagai sarana laku menggeladi diri menggayuh kualitas hidup sebagai insan-insan yang berhati mulia dan berbudi luhur.


Putra mahkota

Berdasarkan trah (keturunan), Rama adalah orang terhormat. Ia lahir sebagai putra sulung Raja Ayodya Prabu Dasarata dengan permaisuri Dewi Kusalya. Rama juga menyandang predikat putra mahkota sehingga berhak menggantikan ayahanda menjadi raja.

Rama memiliki empat adik kandung lain ibu. Pertama, Leksmana Widagda lahir dari Dewi Sumitra. Adapun yang kedua hingga keempat lahir dari rahim Dewi Kekayi, yakni Barata, Satrugna, dan Dewi Kawakwa. Mereka hidup bahagia dalam keluarga besar Prabu Dasarata di Istana Ayodya.

Pada suatu hari, Dasaratamengumpulkan seluruh anggota keluarga dalam acara kembul bujana andrawina (jamuan makan bersama). Dalam kesempatan itu,sang raja menyampaikan hal yang sangat penting. Mengingat usianya sudah sepuh dan kian ringkih, Dasarata ingin lengser keprabon (turun takhta). Bagi keluarga, tentutidak ada pilihan lain selain nderek hajad dalem (mengikuti kehendak raja).

Proses alih kepemimpinan tampaknya akan berjalan mulus. Rama yang sejak dini digadanggadang sebagai pemimpin penerus sudah siap lahir-batin. Ia jugatelah memiliki istri istimewa untuk menjadi permaisuri, yakni Dewi Sinta, sekar kedhaton (putri raja) Negara Mantili. Rakyat di seluruh pelosok negeri pun golong-gilig (bulat) mendukungnya.

Akan tetapi, langkah Rama menjadi raja terganjal. Ironisnya, kendala itu dari kalangan keluarga sendiri. Kekayi, istri ketiga Dasarata, menagih janji suami.Ia mengingatkan sang raja kala meminangnya. Ketika itu, Kekayibersedia dipersunting menjadiselir bila punagi (permintaan)-nya dipenuhi.

Dasarata tercekat mendengarnya. Ia lalu mengingat-ingat apa yang telah terucap. Walau getir, diakuinya bahwa dirinya memang pernah menjanjikan.Namun, ia merasa perlu bertanya lagi kepada Kekayi. Tanpa ragu, istri termudanya itu mengatakan, sesuai dengan permintaannya, anak laki pertamanya dijanjikan menjadi raja Ayodya bila Dasarata turun takhta.

Semula, Dasarata berharap Kekayi mengurungkannya, ternyata tidak. Maka, gemetarlah sekujur tubuh. Mulutnya pun terkunci. Rencana penobatan Rama menjadi ahli waris takhta jadi berantakan. Ia merasa bersalah karena dikuasai nafsu sehingga lupa diri, tidak arif memikirkan masa depan bangsa dan negara.

Pada saat sang ayah galau, Rama menghadapnya dan matur (bicara) bahwa dirinya legawa tidak menjadi raja. Dengan terbata-bata Dasarata berulang kali bertanya untuk menegaskan tentang pernyataan itu, Rama tetap tidak berubah pendiriannya. Ia meyakinkan ayahnya bahwa dirinya benar-benar ikhlas lahir dan batin. Dasarata tertunduk, tersedu, air matanya deras menetes. Lalu, sambil menepuk bahu putra tertuanya itu, ia meminta maaf. 


Hutan Dandaka 

Drama keluarga Dasarata tidak berhenti di situ. Demi mengamankan kekuasaan anaknya (Barata), Kekayi mendesak kepada sang raja agar Rama tidak tinggal di istana. Bila tidak, ia khawatir Rama akan dengan mudah menjungkalkan Barata dari singgasana raja jika Dasarata mangkat.

Tanpa menunggu reaksi ayahnya, Rama mengatakan, pada hari itu juga dirinya akan pergi keluar dari istana. Berbekal seadanya, Rama didampingi Sinta, kemudian mohon pamit. Leksmana, yang semula tampak gamang akan suasana kelam istana, serta-merta mengikuti langkah kakaknya.

Setelah berhari-hari berjalan jauh meninggalkan tempat kelahiran, sampailah mereka di Hutan Dandaka. Di sanalah ketiganya merasa nyaman memulai hidup baru. Untuk tempat tinggal, secara swadaya mereka membuat pondok dari kayu beratap jerami.

Menu makannya, apa saja dari hasil hutan. Pergaulannya dengan para petapa dan aneka binatang seperti telah menjadi anggota keluarga. Pada awalnya, ini periode hidup yang tidak gampang. Betapa tidak, Rama dan Sinta, serta Leksmana adalah sama-sama anak raja yang kaya raya. Tapi, kini mereka harus ngulandara (berkelana) bak wong pidak pedaraan (sudra) di belantara yang kejam dan angker.

Tapi, ternyata Rama, Sinta, dan Leksmana melewati hariharinya kelamnya dengan biasabiasa saja. Kesengsaraan dan kenikmatan di dunia fana dianggap hanyalah urusan sikap dan cara merasakannya saja. Bagi mereka, kebahagiaan serta nilai hidup sejati adalah darma. Oleh karena itu, selama belasan tahun tinggal di Dandaka, hanya perilaku utama yang mereka titi dan daki.

Dalam kisahnya, Rama selain suka teteki (laku prihatin), juga gemar memberi pertolongan kepada mereka yang kesusahan atau menderita. Misalnya, ia pernah membela Sugriwa ketika disiksa oleh kakaknya sendiri, Subali. Di hutan itu pula Rama kerap mendapat ujian. Di antara yang paling menyita energi jiwa-raganya ialah ketika Sinta diculik Dasamuka alias Rahwana. Raja Alengka ini menginginkan Sinta sebagai istrinya. Namun, Dasamuka gagal mendapatkan cinta Sinta meski tinggal sekitar 13 tahun di Taman Argasoka.

Setelah berhasil merebut kembali Sinta, Rama menjadi raja di Pancawati, negara yang ia dirikan sendiri. Sebagai raja, Rama dikenal berkepemimpinan hastabrata (delapan watak alam). Dan, karena derajat kualitas dirinya yang unggul, Rama menjadi ‘rumah’ Bathara Wisnu, Dewa Ketenteraman dan Kesejahteraan jagat.


Hidup mesti berlanjut

Benang merah kisah ini ialah Rama, Sinta, dan Leksmana tidak melawan situasi dan kondisi yang menekannya. Mereka memilih bersikap ‘bersahabat’ demi keutuhan keluarga besarnya meski harus berkorban menghadapi kepahitan.

Dalam perjalanannya, mereka ternyata nyaman melakoni hidup dengan kenormalan baru, mulus menyesuaikan diri dengan kehidupan baru. Dari proses hidup demikian itu, mereka kemudian menjadi insan-insan berkualitas.

Dalam konteks covid-19, kita mesti bijak menjalani kehidupan di tengah masih belum hilangnya pandemi. Hidup dengan kenormalan baru menjadi pilihan agar kehidupan bisa terus berlanjut. (M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya
  • Pemimpin itu juga Guru

    04/5/2025 05:00

    ADA kata-kata bijak, ‘pemimpin itu juga guru’. Maknanya, pemimpin semestinya juga berjiwa pendidik karena ucapan, sikap, dan perilakunya harus bisa menjadi contoh.

  • Berani Berkorban

    02/3/2025 06:00

    ​DALAM hal watak, setiap pejabat negara idealnya seorang kesatria.

  • Runtuhnya Integritas

    02/2/2025 05:00

    DALAM kearifan lokal kita ada ungkapan lengser keprabon madeg pandhita ratu. Arti harfiahnya turun takhta menjadi petapa.

  • Pagar Laut Alengka

    26/1/2025 05:00

    ANOMAN terbengong-bengong ketika mendapati pagar di laut sepanjang lepas pantai daratan luas. Tidak diketahui siapa yang membuat dan apa maksudnya.

  • Green Amarta

    19/1/2025 05:00

    PERNYATAAN Presiden Prabowo Subianto agar jangan takut deforestasi serta menyamakan sawit dengan tumbuhan hutan karena daunnya sama-sama hijau dan menyerap karbon menuai kritik.

  • Wasiat Kalabendana

    12/1/2025 05:00

    MUNGKIN karena tubuhnya kurang sempurna dan posisi dalam keluarga sebagai anak buncit, Kalabendana seperti tidak pernah mendapat tempat