Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Ketika Efek Rumah Kaca Tetiba Ceria

Jek/M-2
16/2/2020 02:35
Ketika Efek Rumah Kaca Tetiba Ceria
Ketika Efek Rumah Kaca Tetiba Ceria(DOK. MEDCOM.ID)

SEPTEMBER tahun lalu, trio indie pop Jakarta, Efek Rumah Kaca (ERK) tetiba merilis single Tiba-Tiba Batu. Di trek itu, ada warna musik yang berbeda dari garapan mereka sebelumnya pada album Sinestesia (2015) atau lagu tunggal Seperti Rahim Ibu (2018).

Jauh dari kesan muram dan gelap, progresi gitar yang muncul dalam Tiba-Tiba Batu justru terdengar cukup ceria, jenaka. Lagu tunggal yang tiba-tiba muncul itu kini termaktub ­dalam mini album terbaru ERK, yang dirilis akhir ­Januari lalu. Di samping Tiba-Tiba Batu, mini album itu berisi trek Normal yang Baru, Jalan Enam Tiga --yang juga menjadi judul album-- dan Palung Mariana.

Semuanya direkam di sebuah studio di Brooklyn, New York, Amerika Serikat, pada masa Cholil menemani studi istrinya. Nama album ­diambil dari nama jalan di New York, West 63rd Street, yang kini berubah nama menjadi Sesame Street.

Tiga materi dalam minialbum ini, sebenarnya merupakan materi yang telah dikumpulkan untuk album baru ERK. Namun, sengaja dipreteli, untuk menemani satu lagu yang sudah diciptakan Cholil kala itu.

Pada lagu Normal yang Baru, irama drum mengentak, hanya nuansa lirik juga gitar berada pada warna lain. Barulah padu satu warna pada bagian akhir, dalam lirik ‘Kita semua sibuk, teramat sibuk. Biar saja jadi normal yang baru. Kita semua sibuk, teramat sibuk. Biar saja jadi nilai yang baru.’

Sementara itu, trek Jalan Enam Tiga sudah nge-beat sejak awal. Ini sekaligus satu nomor yang secara spesifik menceritakan New York. Dari yang lainnya pula, backing vocal dalam komposisi ini tampak sengaja ditonjolkan untuk merepresentasikan keriuhan New York. Termasuk diha­dirkannnya siulan. Sepintas, trek ini juga memiliki nuansa mars. Selain Cholil, pada trek ini lirik juga diciptakan sang anak, Angan Senja.

Adapun Palung Mariana, yang komposisinya diciptakan Poppie Airil, menjadi kontras dengan trek lain di minialbum tersebut. Lagu itu justru lekat dengan dengan warna ERK sebelumnya, memiliki aura yang cukup gelap, juga tidak mengintensikan pada warna upbeat seperti ketiga nomor lain.

Secara umum, ERK seolah mencoba terdengar ceria pada album anyar ini. Hal itu tampaknya terkait dengan periode rekaman saat musim panas, memunculkan irama yang lebih mengajak untuk berjoget riang.

“Karena kita ngerekamnya pas summer. Kami belum pernah bermain di wilayah ini. Dengan nuansa summer, musiknya lebih terang, beat happy, lebih up beat, liriknya lebih light,” jelas Cholil.

Aransemen yang seolah minimalis, lanjutnya, juga disebabkan keterbatasan waktu saat di New York. ERK memperlakukan Jalan Enam Tiga sebagai karya residensi. Layaknya seniman yang tengah mukim di sebuah wilayah, lalu mencerap semangat berkarya.

Bisa jadi, Jalan Enam Tiga ialah juga upaya untuk ‘­mengikat’ para personel, saat itu. Ketika Cholil tinggal di New York dan bolak-balik Indonesia. Tentu dengan rekaman Jalan Enam Tiga jadi salah satu cara agar band tetap ‘jalan.’

Terlepas dari karakter warna musik yang dikenal, Efek Rumah Kaca bereksperimentasi, untuk menjelajahi wilayah lain yang mungkin jarang mereka mainkan. Satu karakter yang tidak bisa lepas, tentu isu dan tema yang muncul dalam lagu-lagu mereka, yang dicerminkan melalui lirik yang terangkai. Semua trek tetap memiliki diksi dan tema yang punya relevansi pada situasi sosial saat ini.

“Apa yang kita eksperimentasi ialah berusaha membuat musik ERK ke wilayah baru,” pungkas Cholil. (Jek/M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya