Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
TIDAK semua orang dilahirkan dalam lingkungan keluarga yang utuh. Kondisi inilah yang dialami Daniel Tan, seorang penginjil yang juga berprofesi sebagai pengusaha dan motivator.
Menurut penuturannya, ia terlahir dari orangtua di luar ikatan dari Kota Medan, Sumatra Utara. Sejak masih di dalam kandungan, ia ditinggalkan ayahnya, kemudian setelah lahir ditinggalkan ibunya yang tak tahu pergi ke mana. Sejak kecil Daniel diasuh sang nenek dengan kehidupan yang miskin. "Saya tinggal dengan nenek, ibu dari mama saya. Nenek adalah seorang janda tua dan miskin. Dia hanya mengandalkan kerja upahan di ladang orang zaman dulu," ungkap Daniel sambil matanya berkaca-kaca.
Kebaikan sang nenek yang kini berumur 88 tahun itu selalu dirasakannya, terlebih saat ia putus asa dan menganggap kedua orangtuanya tidak pernah menginginkan dirinya hadir di dunia. "Dalam kondisi seperti itu nenek tak pernah meninggalkan saya, ia mempertahankan dan sayangi saya. Saya ingat hanya air tajin yang ia berikan untuk membuat saya tumbuh," kata Daniel.
Sedari kecil pria berusia 40 tahun ini selalu dicemooh sebagai anak sampah dan anak haram oleh orang di sekitarnya, termasuk keluarganya sendiri. Lingkungan yang tidak mendukung mendorong Daniel pergi dari rumah dan hidup di jalanan seusai menamatkan sekolah dasarnya.
Tertampar
Sempat terjerumus ke dalam dunia kejahatan, mendapatkan pelecehan, hingga menjadi preman dan pencopet pun pernah dilakukan Daniel. "Berupaya bunuh diri tapi enggak juga mati, hidup tapi menderita. Akhirnya saya balas. Orang kerap menganiaya, saya aniaya balik. Tanpa disadari saya suka berantem. Nama saya jadi naik dan orang-orang segan. Kadang saya makan enggak perlu bayar, ada pula yang beri saya uang," katanya.
Tahun berganti, Daniel merasa jalan hidupnya semakin mulus dengan menjadi pengusaha yang juga kerap mendirikan beberapa gereja. Namun, hidupnya masih terasa hampa dengan sikap sombong yang ia miliki saat itu. "Suatu hari saya hadir dalam seminar. Pengkhotbah itu mengatakan target Tuhan itu adalah pribadi kita bukan perbuatan baik, bukan sumbangan dan pelayanan kita. Saya tertampar karena tiga hal ini sudah dilakukan. Saya rasa mampu, gereja yang kami rintis cukup banyak membantu orang ternyata tidak ada apa-apanya," kata Daniel.
Daniel pun membuka diri dan akhirnya bertobat seusai mendengar bisikan untuk kembali ke jalan Tuhan, jika ingin kehidupan yang lebih baik. Daniel semakin rajin ke gereja dan bertemu seorang pendeta bernama Leonardo yang turut menjadikan dirinya seorang penginjil. Ia berpikir jika punya niat bagus, pasti akan ditunjukan ada jalan.
Kini Daniel sering berkhotbah di gereja-gereja untuk memberikan kesaksian tentang kehidupan yang dialaminya. Bahkan, ketekunannya dalam bekerja pun juga membuahkan hasil. Daniel mendirikan pabrik konveksi sendiri, bernama Mellys Garment, di Majalaya, Bandung, dengan 500 pekerja. (Wan/M-4)
Bakti sosial kesehatan dilaksanakan di RSAU dr Hoediyono, Lanud Suryadarma Kalijati, Subang, diikuti 128 warga yang mayoritas sudah berusia lanjut.
PT Angkasa Pura II gandeng Yayasan Kick Andy Foundation memberikan santunan pada 1.000 anak yatim dari 22 kelurahan dan desa di sekitar Bandara Soekarno Hatta.
Adapun pendidikan kepada guru-guru PAUD se-Indonesia tersebut nantinya akan dilaksanakan di Jakarta.
Siswa-siswi yang mendapat bantuan tersebut berasal dari SDN Tanjung Jaya I, Tanjung Jaya II dan SDN Citeurep II, yang beberapa hari lalu dilanda bencana banjir.
"Saat ini PT AP II melalui Kick Andy Foundation memberikan bantuan sebesar Rp1 miliar lebih. Bantuan tersebut difokuskan ke tiga bidang, yaitu pendidikan, lingkungan dan pengembangan UMKM."
konsep kaki palsu di Kick Andy adalah kaki palsu untuk hidup mandiri.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved