Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
Orang-orang yang optimistis ternyata cenderung hidup lebih lama daripada mereka yang memiliki pendekatan hidup dengan perspektif negatif.
Orang yang bersikap positif cenderung hidup sampai usia 85 atau lebih.
Teorinya adalah bahwa sikap optimistis mungkin relatif lebih mudah mengendalikan emosi dan karenanya terhindar dari efek stres.
Dan para peneliti mengatakan para pesimis bisa mendapat manfaat dari melakukan hal-hal seperti membayangkan masa depan di mana semuanya berjalan dengan baik.
Dilansir BBC, penelitian dilakukan dengan menggunakan dua kelompok orang yang direkrut studi yang berbeda --70.000 wanita dalam Studi Kesehatan Perawat dan 1.500 pria dalam Studi Kesehatan Veteran.
Tingkat optimisme mereka dinilai, serta kesehatan mereka secara keseluruhan. Mereka juga ditanya tentang olahraga dan diet, serta seberapa banyak mereka merokok dan minum alkohol
Rata-rata, pria dan wanita yang paling optimistis memiliki umur 11%-15% lebih lama, dan secara signifikan lebih mungkin untuk hidup sampai usia 85 dibandingkan dengan kelompok yang paling tidak optimistis.
Sementara banyak yang diketahui tentang faktor-faktor risiko penyakit dan kematian dini, jauh lebih sedikit yang dipahami tentang apa yang para peneliti sebut sebagai "faktor-faktor psikososial positif" yang dapat memungkinkan proses penuaan secara sehat.
Prof Lewina Lee, profesor psikiatri di Fakultas Kedokteran Universitas Boston, yang bekerja pada penelitian ini, mengatakan: "Temuan kami berbicara pada kemungkinan bahwa meningkatkan tingkat optimisme dapat meningkatkan peluang umur panjang dan penuaan yang sehat.
"Bukti dari uji coba kontrol acak menunjukkan bahwa intervensi, seperti membayangkan masa depan di mana semuanya telah berjalan dengan baik, atau terapi perilaku kognitif yang lebih intensif, dapat meningkatkan tingkat optimisme."
Namun, tepatnya mengapa orang yang optimistis tampak hidup lebih lama masih bisa diperdebatkan, katanya. "Perilaku sehat dan tingkat depresi yang lebih rendah hanya menjelaskan sebagian temuan kami."
Ia menambahkan, "Bukti awal dari penelitian lain menunjukkan bahwa orang yang lebih optimistis cenderung memiliki tujuan dan kepercayaan diri untuk mencapainya, lebih efektif dalam penyelesaian masalah, dan mereka mungkin lebih baik dalam mengatur emosi mereka selama situasi yang penuh tekanan."
Prof Bruce Hood adalah ketua psikologi perkembangan dalam masyarakat di Universitas Bristol, dan menjalankan kursus yang disebut "ilmu kebahagiaan".
Dia mengatakan penelitian ini mendukung bukti yang ada tentang manfaat berpikir positif. "Saya pikir salah satu mekanisme kausal bisa jadi optimis mengatasi stres dengan lebih baik, dan ini bisa dengan menghindari ruminasi tentang peristiwa kehidupan negatif.
"Stres berdampak pada sistem kekebalan tubuh dan karenanya ada kemungkinan hal ini berarti bahwa orang yang optimis dapat mengatasi infeksi dengan lebih baik.
"Sejumlah penelitian juga mengaitkan stres dengan telomer yang lebih pendek, komponen kromosom yang dikaitkan dengan penuaan sel dan risiko penyakit jantung, diabetes, dan kanker." (M-2)
TAK mudah melangkah keluar dari kenyamanan, namun Almi membuktikan bahwa keberanian mencoba membuka pintu peluang besar.
Era Soekamto mengatakan akan terus melestarikan dan mempromosikan batik melalui karya-karya rancangannya sebagai seorang desainer serta menghadirkan platform Nusantara Wisdom.
Riset Akademik dalam Olahraga Prestasi Studi yang dilakukan Reilly, Bangsbo, dan Franks (2000) mencatat bahwa olahraga prestasi tidak lagi sekadar ajang unjuk kekuatan fisik dan bakat alami.
Profesor di Indonesia memiliki waktu yang sedikit untuk melakukan riset atau penelitian karena waktunya dihabiskan untuk mengajar di kampus.
Pentingnya regulasi yang proporsional, khususnya di sektor kesehatan. Salah satu contohnya adalah perlunya pendekatan berbasis bukti dalam mengatur produk tembakau alternatif.
WAKIL Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek), Stella Christie optimis terhadap masa depan riset Indonesia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved