Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Buang Ego Demi Bumikan Sastra

Fathurrozak
23/8/2019 19:10
Buang Ego Demi Bumikan Sastra
Demographics Mapping of Literary Community in the Digital Era, rangkaian Jakarta International Literary Festival 2019, di Taman Ismail Marzu(MI/Fathurrozak)

Di berbagai daerah memiliki komunitas sastra yang berperan penting membumikan sastra kepada masyarakat awam. Apalagi dengan perkembangan digital yang bisa menjadi akselerator dalam gelorakan dialektika.

Peran digital itu ditunjukan Fadli Mubarok dari Penakota. Penakota digunakan salah satu pendiri Jakarta Nyastra itu sebagai platform digital yang mewadahi para penulis untuk mempublikasikan karya mereka.

"Dari dulu selalu ada pro kontra tentang sastra dan digital. Digital dianggap sebagai medium eksistensi belaka yang karyanya 'sampah.' Saya melihat ketika kita menutup diri dari dunia digital, sastra justru tidak bisa membumi lagi. Ada cameo era digital itu seperti tsunami. Platform sastra bisa seperti bahtera di era banjir informasi untuk mereka yang menyukai sastra," ungkap Fadli Mubarok dalam sesi diskusi Demographics Mapping of Literary Community in the Digital Era, rangkaian Jakarta International Literary Festival 2019, di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Jumat (23/8).

Kehadiran komunitas sastra sebenarnya menjadi wadah bagi penulis merintis jalan kesustraan mereka. Seperti komunitas sastra Stomata di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dan komunitas sastra Rusa Besi di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang menjadi wadah diskusi para mahasiswa sastra.

Stomata sudah bergeliat sejak 2012 ini mengaku platform digital membantu mereka sebagai ruang apresiasi kontributor. Selain itu mereka juga membuat buletin sastra.

"Kami membuat bagaimana caranya melihat sastra secara asyik, karena mungkin di kelas terasa sangat membosankan. Lewat buletin yang kami terbitkan, dengan keterbatasan cetak maka perlu sistem kurasi selain karena kualitas juga. Tetapi sebagai bentuk apresiasi kami kepada para penulis yang mengirim karya ke kami, tidak masuk di buletin diunggah di laman kami," ungkap Dini mewakili Stomata Rawamangun.

Sedangkan Rusa Besi yang hadir sejak 2014 telah menggelar 300 diskusi sastra yang menjangkau berbagai lini publik kampus dan pelajar.

Rusa Besi yang sudah ada sejak 2014 dan telah menggelar hingga 300 kali diskusi sastra juga menjangkau berbagai lini publik kampus. Bukan hanya mahasiswa melainkan juga para pengajar.

"Rusa Besi tidak ambil peran banyak untuk berbicara mengenai produk yang dikeluarkan anggota, melainkan lebih ke bagaimana komunitas ini lahir dari ruang akademis memainkan peran sebagai wadah untuk melakukan analisis dialegtika. Berusaha sedalamnya untuk mengkaji karya, isu, dan fenomena. Bahkan kami menyiapkan empat kelas dalam satu kajian, ada teori, apresiasi, tokoh, dan fenomena untuk mwnxpai kedalaman dalam membahas isu tertentu," ungkap Adam Alhadi.

Ego Sektoral

Dalam aktivitasnya, Fadli 'Acoy' Mubarok menilai masih banyak komunitas sastra yang memiliki ego sektoral. Kebanyakan komunitas masih sibuk dengan produktivitas, padahal saatnya kolaborasi.

"Ada penyakit yang harus dihilangkan, yaitu meminimalisasi atau membunuh ego sektoral. Antar komunitas masih terlihat saling mendiskreditkan. Merasa superior dan paling produktif, jadinya hanya lomba produktifitas. Saya berharap ya ego sektoral ini dikecilkan, sudah ada di era digital dan bisa menjadi jembatan, tinggal membuka diri," terang Acoy.

Namun, Adam menganggap konteks ego sektoral juga masih harus dipahami lebih lanjut. Menurutnya, pada era sosial media saat ini kerap kali terjadi dialog yang terputus dan faktor kegagalan dalam membangun komunikasi. Meski demikian, ia bersama komunitasnya, Rusa Besi tetap membuka diri peluang untuk berkolaborasi dengan sesama komunitas baik yang ada di ranah sastra maupun di luar sastra. (M-3)

Baca juga : Slank Klaim Lebih Spiritual dalam Slanking Forever

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik