Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Masyarakat Adat Peluang Jawaban Krisis Iklim Global

Abdillah Marzuqi
01/8/2019 21:28
Masyarakat Adat Peluang Jawaban Krisis Iklim Global
Beberapa petani di kawasan persawahan masyarakat adat Keluru, Jambi.(ANT/Wahdi Septiawan)

Nasib masyarakat adat di wilayah Nusantara masih terpinggirkan secara politik dan ekonomi. Padahal masyarakat adat sudah ada sejak Indonesia belum lahir, dan kini keberadaannya sangat penting untuk solusi berbagai persoalan bangsa dan dunia, seperti ancaman perubahan iklim.

Kondisi masyarakat adat tersebut menjadi salah satu soroton saat Perayaan Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia (HIMAS), sekaligus merayakan 20 tahun Aliasi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN). Selama 20 tahun perjuanagn AMAN, sudah banyak yang keberhasilan yang mampu diraih.

"Ada kemenangan-kemenangan kecil dan besar yang patut dicatat, ada pencapaian, dan penghargaan dari berbagai pihak baik di nasional, daerah, regional serta internasional. Namun, masih banyak tantangan yang harus kita hadapi sama-sama salah satunya agar masyarakat adat di Nusantara tidak terpinggirkan secara politik dan ekonomi," ujar Sekjen AMAN Rukka Sombolinggi saat temu pewarta di Jakarta (1/8).

Menurut Rukka, sampai saat ini pemerintah belum menunjukkan komitmen yang serius untuk segera menghadirkan payung hukum yang mengakui dan melindungi hak-hak masyarakat adat secara komprehensif. Tumpang tindih undang-undang sektoral menyebabkan perlindungan hak-hak masyarakat adat belum maksimal. Perampasan wilayah adat yang berujung pada konflik masih terus terjadi.

Selain itu, perkembangan pembangunan yang masih berorientasi pada peningkatan ekonomi makro memengaruhi juga eksistensi, identitas, dan ketahanan dari tatanan kehidupan komunitas adat. Pengembalian wilayah adat pun masih terbatas hanya hutan adat saja, belum menyentuh pengembalian wilayah adat secara utuh.

"Saat ini kehidupan komunitas-komunitas adat sangat berperan penting untuk mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim, melalui kelestarian hutan adat dan wilayah adat. Jadi, dalam situasi sekarang ketika terjadi krisis iklim global, maka jawabannya itu ada di komunitas masyarakat adat," tambah Rukka.

Karena itu, momentum 20 tahun AMAN yang bertepatan dengan perayaan HIMAS 2019 sangat penting untuk membangun kesadaran sosial secara lebih luas tentang hak-hak masyarakat adat, sekaligus mendorong pemerintah mengambil langkah yang diperlukan dalam merespons situasi masyarakat adat di Indonesia yang sudah lama terpinggirkan secara politik dan ekonomi, serta terabaikan dari proses keadilan.

Perayaan 20 Tahun AMAN dan HIMAS 2019 bakal dilangsungkan pada 9-11 Agustus 2019 di Taman Ismail Marzuki Jakarta. Perayaan itu mengangkat tema Meneguhkan Tekad, Memperkuat Akar, Mengedepankan Solusi. Kegiatan tersebut akan melibatkan sekitar 1.500 orang yang berasal dari perwakilan masyarakat adat dari berbagai wilayah nusantara, perwakilan masyarakat adat dunia dari berbagai negara, pemerintah nasional dan daerah, para penggiat seni, organisasi pendukung, mitra, dan sekolah adat.

Tujuan dari perayaan 20 tahun AMAN dan HIMAS 2019 adalah melakukan dialog dengan pemerintah tentang berbagai perkembangan kebijakan terhadap masyarakat adat. Perayaan itu juga sebagai ajang sosialisasi Gerakan Masyarakat Adat Nusantara dan Masyarakat Adat se-Dunia kepada publik, sekaligus membangun empati dan partisipasi publik untuk terlibat dalam mempromosikan keragaman budaya masyarakat adat nusantara.

Perayaan itu juga mendorong kesadaran akan perbedaan budaya dalam semangat Bhineka Tunggal Ika, serta mengajak publik untuk menyaksikan dan belajar serta terlibat secara langsung dalam berbagai kegiatan masyarakat adat. "Kita tidak ingin kehilangan harapan. Karena akar kita adalah akar bangsa ini, memperkuat akar adalah memperkuat desa, kampung," tegas Ketua Panitia Mina Susana Setra.

Penyelenggaraan 20 tahun AMAN dan HIMAS 2019 ini terbuka untuk umum. Selain dialog umum dengan pemerintah, juga diselenggarakan berbagai macam kegiatan, di antaranya pameran produk komunitas adat, pameran foto masyarakat adat, pekan film masyarakat adat nusantara, bengkel seni, permainan tradisional, pagelaran seni budaya, serta kuliner masyarakat adat nusantara."Itu tawaran dari kami untuk Indonesia dan dunia," pungkas Ketua Panitia Mina Susana Setra. (M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irana Shalindra
Berita Lainnya