Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Berapa Dosis Luar Ruang yang Kita Butuhkan?

Irana Shalindra
09/7/2019 09:10
Berapa Dosis Luar Ruang yang Kita Butuhkan?
Berjalan-jalan di alam bebas dapat membantu menjaga kesehatan mental.(Unsplash/Sebastian Pichler)

Pada 2008, sekelompok peneliti di University of Michigan mempelajari apakah menghabiskan waktu di alam bebas dapat meningkatkan kinerja kognitif seseorang.

Mereka menguji ingatan 38 siswa, dan kemudian membaginya menjadi dua kelompok: satu pergi berjalan 2,8 mil di hutan, sementara yang lain berjalan 2,8 mil di kota. Sekembalinya ke laboratorium, mereka diminta mengulan tes memori. Orang-orang yang berjalan-jalan di alam bebas menunjukkan kinerja yang lebih baik secara signifikan pada tes kedua mereka, sementara hasil tes mereka yang berjalan-jalan di kota tidak menunjukkan perbedaan.

Para peneliti bahkan menemukan keunggulan kognitif ketika siswa melihat gambar pemandangan alam selama 10 menit daripada berjalan-jalan. Dibandingkan dengan gambar pemandangan kota, pemandangan alam meningkatkan memori dan kemampuan untuk melawan gangguan, kendati tidak memengaruhi proses kognitif yang lebih mendasar seperti tetap waspada atau mendeteksi sinyal visual.

Pada 2009, kelompok peneliti lain di Jepang melakukan tes serupa pada efek biologis dari kebiasaan 'membenamkan' diri di hutan --kebiasaan  yang disebut Shinrin-yoku. Pada 24 lokasi berbeda, para peneliti mengirim orang ke hutan terdekat atau kota terdekat tempat mereka menghabiskan waktu sekitar 15 menit berjalan kaki dan 15 menit duduk.

Segera setelah kegiatan ini, orang-orang yang mengunjungi hutan memiliki detak jantung dan tekanan darah yang lebih rendah, serta hormon stres kortisol yang lebih sedikit.

Nah, berapa banyak waktu di luar ruang yang harus Anda dapatkan?

Pada 2019, para peneliti dari AS dan Eropa meneliti hubungan antara alam dan kesejahteraan secara lebih rinci. Mereka tidak hanya ingin memastikan bahwa alam itu baik untuk kesehatan; mereka ingin menguji apakah ada dosis alam yang ideal yang berkontribusi pada kesejahteraan yang lebih baik.

Para peneliti mengumpulkan data dari survei pemerintah AS 2014-2016 terkait dengan bagaimana orang terlibat dengan alam. Survei itu bertanya kepada sekitar 20.000 orang tentang kesehatan dan kepuasan hidup mereka secara keseluruhan.

Para peneliti menganalisis hubungan antara langkah-langkah ini dan pertanyaan lain yang mengidentifikasi berapa lama orang telah menghabiskan waktu di alam selama tujuh hari terakhir. Zona alam meliputi taman, kanal, pantai, tanah pertanian, hutan, dan sungai, tetapi tidak termasuk kebun di rumah.

BACA JUGA: Mendaki Semakin Mudah dengan Aplikasi

Setelah memperhitungkan perubahan kesejahteraan yang terkait dengan variabel seperti lingkungan, status sosial ekonomi, aktivitas fisik, dan data demografis lainnya, para peneliti melihat efek spesifik dari menghabiskan waktu di luar rumah.

Orang-orang yang menghabiskan dua jam atau lebih di alam dalam sepekan, secara signifikan lebih mungkin melaporkan kesehatan yang baik dan kepuasan hidup yang tinggi dibandingkan dengan orang-orang yang mengatakan mereka tidak menghabiskan waktu di luar.

Para peneliti tidak menemukan dampak positif yang dapat diandalkan bagi orang-orang yang hanya menghabiskan satu jam di alam, tetapi memang menemukan bahwa kesehatan umumnya membaik karena orang menghabiskan lebih banyak waktu, hingga lima jam, di luar ruang. Menghabiskan lebih dari lima jam di luar rumah tidak menghasilkan manfaat tambahan.

Dalam hal kesehatan dan kepuasan hidup secara keseluruhan, manfaat dari menghabiskan dua hingga tiga jam di alam sama dengan manfaat dari mendapatkan dua hingga tiga jam latihan fisik seminggu.


Mengapa alam memiliki efek positif ini?

Untuk saat ini, nampaknya alam meningkatkan kesehatan dengan mengurangi beban kerja mental manusia dan menghilangkan kebutuhan mereka yang konstan untuk mengambil keputusan. Kota-kota membuat penghuninya mengalami hiperstimulasi karena mereka memberikan isyarat tindakan yang melimpah, seperti bahaya di jalan, iklan, dan pemberitahuan email.

Alam memberikan isyarat yang lebih lembut untuk diperhatikan --isyarat yang menarik pengamatan yang tenang dan tidak membutuhkan tindakan segera. Kicauan burung mungkin terdengar mirip dengan peringatan pesan teks, tetapi itu tidak menuntut respons mendesak yang sama.

Sejalan dengan ide ini, studi pencitraan otak telah menyoroti perbedaan dalam bagaimana otak penduduk kota dan penduduk perdesaan bereaksi terhadap ancaman sosial. Saat menghadapi stres seperti rasa malu, orang-orang yang tinggal di kota daripada di daerah perdesaan menunjukkan aktivitas yang lebih kuat di amigdala --area otak yang terlibat dalam emosi negatif. Demikian pula, orang-orang yang menghabiskan masa kecil mereka di kota, menunjukkan aktivitas yang lebih kuat di anterior cingulate cortex --area yang terlibat dalam regulasi emosional, menyarankan upaya yang terlalu aktif untuk mengimbangi stres.

BACA JUGA: Jelajah Hutan Anggrek nan Kekinian

Reaksi berlebihan terhadap stres bercampur dengan kemampuan yang melemah untuk mengatur reaksi-reaksi itu tidak ideal untuk kesehatan mental. Otak beradaptasi dengan tekanan dan rangsangan sosial kota besar, dan perjalanan teratur ke alam dapat memberikan istirahat yang sangat dibutuhkan. (Medium/M-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irana Shalindra
Berita Lainnya