Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Dua Film Merayakan Pramoedya Ananta Toer

Fathurrozak
04/7/2019 21:19
Dua Film Merayakan Pramoedya Ananta Toer
Para pemain dan sutradara film Bumi Manusia dan film Perburuan.(MI/Fathurrozak)

Dua film berdasarkan karya legendaris sastrawan besar Indonesia, mendiang Pramoedya Ananta Toer, akan ditayangkan bersamaan pada Agustus ini. Keduanya, yang diproduksi Falcon Pictures, ialah Perburuan dan Bumi Manusia yang diangkat dari dua novel berjudul sama.

Perburuan yang latar ceritanya pada masa pendudukan Jepang di Indonesia disutradarai oleh Richard Oh. Sementara itu, Bumi Manusia dibidani sutradara yang beberapa kali menggarap film biopik sejarah, Hanung Bramantyo.

Dalam jumpa pers dan penayangan perdana trailer kedua film, produser Falcon, Frederica, mengaku tujuan menayangkan kedua film secara bersamaan ialah untuk merayakan bulan Pram pada bulan kemerdekaan Indonesia.

"Kedua film ini ditayangkan bukan untuk persaingan, melainkan untuk merayakan karya besar Pram. Kami sebagai rumah produksi juga tidak melihat sisi untung-rugi dari kedua film yang ditayangkan bersama. Kami sudah cukup diberikan rezeki yang luar biasa dari produksi-produksi sebelumnya. Ini merupakan sumbangsih kami untuk perfilman Indonesia," ungkapnya di Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis, (4/7).

Falcon belakangan memang telah memproduksi film box office, di antaranya Warkop DKI Rebon Part 1 yang hingga kini memiliki jumlah penonton terbesar di Indonesia, yakni 6.858.616, disusul Dilan 1990, dibintangi Iqbaal Ramadhan yang juga memerankan tokoh Minke dalam Bumi Manusia, mencapai 6.315.664. Kedua film tersebut berhasil memecahkan rekor yang dipegang lama oleh Laskar Pelangi pada 2008 dengan sebanyak 4.719.453 penonton.

Perburuan yang membutuhkan waktu hampir lima tahun dalam proses penggarapannya, dibintangi Adipati Dolken. Ia menjadi tokoh utama bernama Hardo, seorang yang melakukan pergerakan. Sementara itu, Bumi Manusia sebelumnya memang sempat beberapa kali ganti rumah produksi dan sutradara terkait hak cipta karya.

Richard Oh, sutradara yang menggunakan pendekatan geometrika sinema dalam trilogi film sebelumnya, menganggap yang sulit dalam mengalihwahanakan karya Pram ialah bagaimana agar penonton mampu menangkap jiwa Pram.

"Dia ingin dialognya terekam dalam film, dan bisa direpresentasikan.  Dan saya ingin  bisa menangkap itu, agar bisa disampaikan kepada penonton," ungkapnya.

Sementara itu, Hanung beranggapan ketika heboh Iqbaal pertama kali muncul didapuk sebagai Minke, sebab ia menganggap para 'pramis', pembaca karya Pram, merasa karakter itu tidak cocok dibawakan Iqbaal. Namun, menurutnya, Bumi Manusia hanyalah awal dari karya babon Indonesia ini. Selanjutnya, Minke akan tumbuh dari seiring berkembangnya kisah tetralogi Pulau Buru itu.

"Bumi Manusia baru awal, bisa jadi nanti ada yang kedua, ketiga, keempat. Minke tumbuh, dan jejak langkah pergerakan nasionalnya semakin matang. Kalau nanti ada kelanjutannya bisa jadi bulan Iqbaal lagi yang memerankan Minke," ucap Hanung. (M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irana Shalindra
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik