Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Dunia berada pada tingkat rekor kemarahan, kekhawatiran dan kesedihan terburuk pada tahun 2018. Temuan itu memperkuat studi-studi tentang kebahagiaan yang pernah ada sebelumnya perihal lebih pentingnya mencapai keseimbangan antara kehidupan dan kerja dalam ketimbang mengumpulkan kekayaan semata.
Adapun kesimpulan tersebut didasarkan pada Indeks Emosi Global (Global Emotions Report) dari Gallup, perusahaan konsultan yang berbasis di Washington, AS. Perusahaan tersebut melakukan analisis dan survei tahunan yang menilai keadaan emosi warga dunia. Gallup mensurvei 151.000 orang dewasa di lebih dari 140 negara pada 2018 untuk menghasilkan temuan.
Dari pertanyaan survei, Gallup menghasilkan dua indeks, satu berfokus pada pengalaman positif (apakah Anda beristirahat dengan cukup kemarin? Apakah Anda tertawa dan tersenyum?) dan lainnya berfokus pada pengalaman negatif (Apakah Anda merasakan sakit secara fisik kemarin? Apakah Anda mengalami stress kemarin?)
Secara global, lebih dari sepertiga penduduk dunia memiliki emosi negatif. Sekitar 39% responden mengatakan bahwa mereka telah mengalami banyak kekhawatiran sehari sebelumnya dan 35% melaporkan stres. Sebanyak 31% orang lainnya melaporkan mengalami rasa sakit, 24% mengalami kesedihan dan 22% mengatakan mereka marah.
Di Amerika Serikat, 55% orang dewasa yang disurvei mengatakan mereka tertekan. Angka itu hampir setinggi di Yunani, yang berada di puncak daftar dengan 59% responden melaporkan mengalami emosi itu di masa lalu. Selain itu, 45% orang Amerika melaporkan khawatir dan 22% melaporkan marah, keduanya naik dari tahun sebelumnya.
Untuk indeks pengalaman positif, negara-negara Amerika Latin tahun ini kembali mencatatkan skor tertinggi. Skor berkisar dari skor tinggi 85 di Panama dan Paraguay, ke terendah 43 di Afghanistan. Paraguay telah menduduki puncak survei Gallup sejak 2015, sementara Afghanistan selesai di bagian bawah untuk tahun kedua berturut-turut.
Median minimal 7 dari 10 orang mengatakan mereka mengalami banyak kesenangan (71%), merasa cukup istirahat (72%), banyak tersenyum atau tertawa (74%) dan merasa diperlakukan dengan hormat (87%). Sebaliknya, kurang dari setengah orang yang disurvei (49%) mengatakan mereka belajar atau melakukan sesuatu yang menarik sehari sebelum wawancara.
BACA JUGA: Tak Bosan di Kota Pemerintahan
Temuan Gallup datang sebulan setelah penilaian kesejahteraan serupa yang dirilis oleh PBB. Dalam studi PBB, Finlandia dianggap sebagai negara "paling bahagia" di dunia, sementara orang-orang di Sudan Selatan, Republik Afrika Tengah, dan Afghanistan --negara-negara yang dilanda perang-- di urutan-urutan terakhir.
Kendati negara-negara Skandinavia secara rutin menduduki peringkat teratas dalam kualitas hidup negara, temuan Gallup menunjukkan pengalaman positif dengan orang lain.
"Orang Amerika Latin mungkin tidak selalu menilai kehidupan mereka yang terbaik (seperti negara-negara Nordik), tetapi mereka tertawa, tersenyum dan mengalami kenikmatan seperti tidak ada orang lain di dunia," tulis Jon Clifton, mitra pengelola global Gallup dalam kata pengantar laporan.
Sementara itu, Ricardo Ainslie, seorang psikolog kelahiran Meksiko dan seorang direktur di Lozano Long Institute of Studi Amerika Latin di Universitas Texas-Austin, mengemukakan masyarakat Amerika Latin cenderung sangat berfokus pada keluarga. "Sehingga itu memberikan perasaan 'Apa pun yang terjadi, saya selalu memiliki mereka. (Keluarga) selalu menjadi landasanku.'"
Membeli kebahagiaan
Lebih lanjut, Clifton menambahkan, "Jawaban untuk apakah uang benar-benar 'membeli' kebahagiaan masih jauh dari dipahami, tetapi laporan ini memberi para pemikir global gagasan tentang siapa yang menjalani kehidupan terbaik dan terburuk di dunia."
Penelitian 2018 yang dilakukan oleh para peneliti di Universitas Purdue dan Universitas Virginia menemukan "titik kejenuhan" di mana pendapatan rumah tangga berhenti menghasilkan lebih banyak kebahagiaan.
Titik kepuasan itu bervariasi tergantung pada di mana di dunia ini orang hidup, menurut penelitian, yang diterbitkan dalam jurnal akademik Nature Human Behavior.
Secara global, para peneliti menemukan kejenuhan terjadi pada US$95 ribu (sekitar Rp1,3 miliar) dalam pendapatan rumah tangga tahunan untuk evaluasi hidup dan US$60 ribu-75 ribu untuk kesejahteraan emosional. (USNews/USAToday/M-2)
Daftar 10 negara paling positif pada 2018 adalah:
1. Paraguay
2. Panama
3. Guatemala
4. Meksiko
5. El Salvador
6. Indonesia
7. Honduras
8. Ekuador
9. Kosta Rika
10. Kolombia
Daftar 10 negara paling negatif adalah:
1. Chad
2. Nigeria
3. Sierra Leone
4. Irak
5. Iran
6. Benin
7. Liberia
8. Guinea
9. Wilayah Palestina
10. Kongo
Inspirasi tak harus datang dari pencapaian besar. Bagi publik figur sekaligus ibu tiga anak, Donna Agnesia, momen sederhana bersama keluarga justru menjadi sumber utama kreativitas
Revisi UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) diharapkan dapat memberikan kejelasan terkait status hukum pengemudi transportasi ojek online (ojol)
Putri Marino berharap agar perempuan Indonesia tidak takut dan tidak lagi merasa kurang percaya diri dengan keunikan yang dimiliki masing-masing.
PENYANYI Yura Yunita bakal menggelar konser tunggal bertajuk 'Bingah' di Istora Senayan, Jakarta, pada Minggu (2/2).
SETELAH 6 tahun menjanda, penyanyi dan pembawa acara Delia Septianti telah resmi dipersunting oleh pria bernama Jerry Christy atau H.M Salim Mahmud pada 29 Desember 2024.
Kebahagiaan adalah pilihan hidup yang melibatkan kondisi pikiran dan perasaan kesenangan serta ketentraman. Berikut 5 kiat tingkatkan kualitas hidup dan kebahagiaan.
Sebanyak 53% pekerja penuh waktu mengatakan bahwa mereka menabung lebih sedikit dari rencana, hanya 23% yang mampu menabung lebih banyak dari yang ditargetkan.
Survei YouGov di Indonesia tentang resolusi tahun baru 2025 mengungkapkan 74% responden ingin mengelola keuangan dengan lebih baik.
Lembaga riset Ethical Politics mencatat tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mencapai 77,73%.
Pramono mengatakan enggan untuk membuat konten khusus terkait pekerjaannya. Sebab, ia tidak terlalu suka untuk tampil di media sosial.
40 persen responden mengaku sangat mengkhawatirkan kemungkinan AS akan terlibat dalam perang besar dengan Iran.
Sebanyak 46% responden menyatakan pendapatan mereka tidak berubah dibandingkan tahun lalu, sementara 18% mengalami penurunan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved