Headline

Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.

Fokus

Terdapat sejumlah faktor sosiologis yang mendasari aksi tawur.  

Lebih dari 99% Sampah Plastik Tenggelam di Lautan

Suryani Wandari Putri
11/4/2019 18:40
Lebih dari 99% Sampah Plastik Tenggelam di Lautan
Sampah plastik di laut.(Dok. Antara)

Perilaku manusia membuang plastik ke laut sudah berlangsung puluhan tahun. Yang menjadi teka-teki bagi para ilmuan adalah hanya sebagian kecil sampah yang masih terlihat di permukaan.

Dari 4-12 juta ton sampah plastik yang memasuki lautan setiap tahun, hanya 250ribu ton diperkirakan tetap di permukaan. Secara keseluruhan, lebih dari 99% plastik yang dibuang ke laut selama beberapa dekade saat ini tidak ditemukan.

Sekarang tim peneliti internasional melacak keberadaan "plastik yang hilang". Ketika gambar pantai-pantai tersumbat plastik dan arus puing yang berputar-putar di laut lepas mendorong pemerintah dan beberapa kota untuk menghilangkan budaya membuang sampah ke laut.

Para peneliti menilai, saat plastik terdegradasi melalui erosi, sinar UV, dan pembusukan mikroba, densitasnya berubah, menempatkannya pada kemurahan arus laut dan begitu mereka ditarik lebih rendah di dalam air, jauh lebih sulit bagi para ahli untuk melacaknya.

"Sangat sulit untuk memutuskan di mana semua sampah karena ada begitu banyak proses," Alethea Mountford, dari Sekolah Ilmu Pengetahuan Alam dan Lingkungan Universitas Newcastle yang dilansir dari rte.ie. Ia pun menambahkan plastik di permukaan dapat tenggelam dan kembali naik dengan berbagai kemungkinan.

Dalam terobosan terbaru, Alethea menggunakan model komputer arus laut pada plastik dari tiga kepadatan yang berbeda untuk memproyeksikan di mana sebagian besar sampah itu mulai tenggelam. Model itu pun menunjukkan peningkatan signifikan di kedalaman ribuan meter di Laut Mediterania, Samudra Hindia, dan perairan di sekitar Asia Tenggara.

Dalam studi terpisah, menemukan fakta sebagian besar plastik di dasar laut memiliki serat mikroplastik. Plastik itu digunakan sebagai tempat berlindung udang kecil yang hidup di bagian bawah Palung Mariana, tempat terdalam di Bumi.

Penelitia Alethea yang mengacu pada karya Eric van Sebille, associate professor di Oseanografi dan Perubahan Iklim di Universitas Utrecht di Belanda ini menilai masalah pencemaran plastik hari ini mungkin tidak dapat diatasi. Sehingga dirinya memfokuskan upaya pembersihan di daerah pesisir dapat menghemat lebih banyak pencemaran plastik yang tersebar luas dalam jangka panjang.

Tak hanya itu, dalam serangkaian penelitian tentang limbah plastik yang diluncurkan European Geosciences Union di Wina. Satu makalah menunjukkan kontaminasi plastik di Forni Glacier, sebuah badan besar air beku yang tinggi di pegunungan Alpen Italia.

Sebuah tim ahli Italia menemukan antara 28-74 item per kilogram sedimen berada pada gletser, yang berarti rumah bagi 131-162 juta item plastik.

"Dari parit laut ke gletser, kami telah menemukan mikroplastik," kata Roberto Sergio Azzoni, dari University of Milan, yang memimpin penelitian. (M-3)

Baca juga : Traveler Wajib Bawa Pulang Tinja

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya