Headline
Rakyat menengah bawah bakal kian terpinggirkan.
SEBUAH model baru berhasil dikembangkan untuk memahami apa yang disebut sebagai dunia uap (steam worlds). Planet-planet yang ukurannya lebih besar dari Bumi namun lebih kecil dari Neptunus, suhu permukaannya terlalu panas untuk menampung air. Akibatnya, atmosfer planet-planet ini dipenuhi uap air.
Meski kemungkinan besar tidak layak huni, permodelan dunia uap secara lebih akurat bisa membantu ilmuwan memahami planet laut (ocean worlds) dengan lebih baik. Pengetahuan ini nantinya penting untuk mengoptimalkan pencarian kehidupan di luar tata surya kita.
Jenis eksoplanet yang disebut sub-Neptunus ini sebenarnya paling banyak ditemukan di luar tata surya. Ukuran dan massanya menunjukkan bahwa interior mereka kaya akan air.
Namun, karena sebagian besar planet ini berada lebih dekat ke bintangnya dibandingkan jarak ke Bumi ke Matahari, suhu permukaan mereka terlalu panas untuk menyimpan air dalam bentuk cair.
Hal ini membuat air di planet-planet tersebut hanya bisa eksis dalam lapisan atmosfer dan berada pada kondisi ekstrem. Bukan cair, bukan gas, tetapi uap super panas.
Tim peneliti internasional yang dipimpin Artem Aguichine dari Universitu of California, Santa Cruz memperkenalkan cara baru yang lebih presisi untuk memodelkan dunia uap.
Model ini mempertimbangkan sifat air pada kondisi eksotis yang sulit direplikasi di Bumi, termasuk:
Minat terhadap dunia uap meningkat secara pesat pada Oktober 2014. Saat itu, Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST0 menemukan eksoplanet GJ 9827d. Yaitu planet berukuran dua kali Bumi yang berjarak sekitar 100 tahun cahaya dari kita.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa atmosfernya hampir seluruhnya terdiri dari uap air, menjadikannya planet dunia uap pertama yang terkonfirmasi.
Sejak saat itu, JWST berhasil mengidentifikasi uap air di atmosfer beberapa planet sub-Neptunus lainnya. Temuan ini membuat permodelan atmosfer dan interior planet-planet tersebut menjadi semakin penting untuk memahami evolusinya.
Sebelumnya, model berbasis bulan es seperti Enceladus (milik Saturnus) dan Eropa (milik Jupiter) untuk meneliti hal yang sama. Namun, ada perbedaan besar antara bulan es dan planet sub-Neptunus.
Model baru ini bukan hanya membantu memetakan kondisi planet saat ini, tetapi juga melacak evolusi planet selama miliaran tahun. Informasi ini sangat penting dalam pencarian tanda-tanda kehidupan yang ada di luar Bumi.
Nantinya, model ini akan diuji lebih lanjut menggunakan teleskop PLATO (Planetary Transit and Oscillation of stars) milik European Space Agency. Yang mana telah dijadwalkan untuk meluncur pada 2026.
PLATO dirancang untuk mencari planet seukuran Bumi yang berada dalam zona layak huni, wilayah di mana air bisa tetap cair di permukaan planet. (space.com/Z-1)
Menurut IAU tahun 2006, Planet Katai didefinisikan sebagai benda langit yang mengelilingi Matahari dan memiliki massa yang cukup untuk membentuk bulatan
Beberapa perkiraan menyebut jari-jari planet ini telah menyusut sekitar 1 hingga 7 kilometer akibat patahan yang disebabkan oleh pendinginan.
Simulasi ini memperlihatkan posisi matahari, bulan, planet-planet, dan pluto dari perspektif di Bandung. Meskipun demikian, data di Bandung ini tidak berbeda jauh dari wilayah lain
Para pengamat langit disarankan menyiapkan teleskop dan mengarahkannya ke Saturnus pada pagi hari 19 Agustus.
Para astronom menemukan sistem Bintang Kepler-139 yang berukuran dua kali lipat Neptunus.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved