Headline
Rakyat menengah bawah bakal kian terpinggirkan.
PERKEMBANGAN teknologi yang begitu pesat khususnya di dunia perbankan tanah air telah berhasil membawa kemudahan dalam bertransaksi. Namun di sisi lain, perkembangan teknologi juga memunculkan risiko kejahatan siber, mulai dari pencurian data pribadi hingga penipuan yang dapat mengancam aset perbankan masyarakat.
Vice President BCA, Sugianto Wono, menyebutkan, masih rentannya kesadaran masyarakat akan kejahatan siber, membuat mereka menjadi sasaran empuk bagi para pelaku kejahatan siber. Kondisi itu pun yang membuat metode Phising dan Fake BTS, menjadi yang paling banyak dilakukan para pelaku kejahatan siber.
"Tantangan keamanan siber saat ini bukan hanya soal teknologi, tapi juga soal kesadaran. Di BCA, kami percaya bahwa perlindungan data pribadi adalah tanggung jawab bersama, antara institusi dan masyarakat. Karena itu, kami terus memperkuat sistem keamanan internal sekaligus mengedukasi nasabah agar lebih waspada terhadap berbagai modus penipuan digital,” ujar Sugianto dalam talkshow 'Bangun Ketahanan Siber, Jaga Data Pribadi di Era Digital', di Jakarta, Rabu (27/8).
Sugianto menjelaskan, di perusahaanya ada tiga aspek penting yang harus dilindungi dalam melindungi data pribadi nasabah dari serangan siber yakni people, process, dan technology. Menurutnya tantangan terbesar terdapat pada aspek people, khususnya pada kelalaian individu yang kerap dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan siber untuk melakukan aksi mereka.
Berkaitan dengan People atau masyarakat umum, menurut Sugianto literasi digital menjadi hal paling utama yang harus terus digaungkan. Sugianto menjelaskan untuk tahap dasar setidaknya ada beberapa hal yang bisa dilakukan masyarakat secara mandiri untuk meminimalkan terkena serangan siber, termasuk diantaranya hindari penggunaan wifi publik dalam mengakses aplikasi yang bersifat kerahasiaan seperti aplikasi finansial.
"Nah kemudian juga ini adalah password. Perhatikan pasword pada aplikasi finansial anda dan minimal diganti sebulan sekali, Karena kalau password kita itu misalnya cuman 5 karakter apalagi kalau password-nya masih pakai satu, dua, tiga, empat, itukan sangat mudah ditebak, apalagi kalau password-nya sama dengan akun sosmed itu berisiko sekali untuk diketahui pelaku kejahatan siber," tutur Wono.
Hal-hal lain yang juga bisa dilakukan masyarakat adalah memproteksi perangkat dengan sistem keamanan yang baik, serta hindari mengklik link atau melakukan download aplikasI dari sumber yang tidak dikenal. Meski cara-cara diatas sejatinya adalah hal yang sederhana namun sampai saat ini masih ada masyarakat yang kurang memperhatikan hal-hal tersebut.
"Untuk itu, BCA hingga saat ini terus aktif mengedukasi publik melalui berbagai kanal komunikasi, termasuk kampanye nasional bertajuk “Don’t Know? Kasih No!”, sebuah gerakan literasi digital yang mengajak masyarakat untuk berpikir kritis dan tidak asal klik terhadap informasi yang tidak jelas sumber atau kredibilitasnya," tukas Wono. (Rif/M-3)
Dok. Rifaldi Putra
Selama 11 tahun menekuni pasar modal, prinsip tersebut menjadi fondasi strateginya: memilih perusahaan dengan fundamental kuat, kemudian berinvestasi dalam jangka panjang.
PT Bank Central Asia Tbk (BCA) akan menggelar BCA Expo 2025 di Hall 5–10 ICE BSD City, Kabupaten Tangerang, pada 22–24 Agustus 2025.
MANTAN Kepala PPATK Yunus Husein menegaskan bank wajib memberikan informasi kerahasiaan nasabah jika diminta oleh aparat penegak hukum.
Program Genera-Z Berbakti mengajak generasi muda berkontribusi langsung mengembangkan desa wisata di Indonesia dengan mengimplementasikan pengetahuan akademisnya.
Antusias membaktikan diri terjun ke desa, mahasiswa berbagai perguruan tinggi patahkan citra negatif Gen Z. Seperti apa cerita kiprah mereka?
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengingatkan pemilik UMKM di seluruh Indonesia untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap maraknya penipuan dan kejahatan digital.
Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat mengatakan literasi keuangan digital bagi perempuan penting sebagai bagian dari upaya pemberdayaan untuk mewujudkan kesejahteraan
Program Lab Komputer Keliling (Lakoling) yang hadir sebagai solusi nyata menjembatani kesenjangan akses teknologi dan literasi digital, khususnya di wilayah 3T.
Kegiatan bertema Socialization and Workshop of IT-Based Good Governance, Machine Learning, and Renewable Energy for Indonesian Migrant Workers, ini digelar selama tiga hari.
Antisipasi dampak negatif globalisasi: pelajari strategi jitu hadapi tantangan ekonomi, sosial, dan budaya. Siap menghadapi perubahan dunia? Klik di sini!
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved