Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Bukti Baru: Bulan Masih Aktif Secara Geologis dan Mengalami Kontraksi

Thalatie K Yani
04/2/2025 10:47
Bukti Baru: Bulan Masih Aktif Secara Geologis dan Mengalami Kontraksi
Para ilmuwan menemukan 266 punggungan kerut di sisi jauh bulan, yang terbentuk dalam 160 juta tahun terakhir, menandakan bulan masih aktif secara geologis.(NASA)

BULAN mungkin masih aktif secara geologis, sebagaimana terlihat dari cara sisi jauh bulan mengalami kerutan akibat kontraksi. Setidaknya, itulah yang dikatakan para ilmuwan planet yang menemukan 266 "punggungan kerut" di sisi jauh bulan, di mana semua formasi ini tampaknya terbentuk dalam 160 juta tahun terakhir di dataran vulkanik langka di sisi jauh bulan.  

"Mengetahui bahwa bulan masih dinamis secara geologis memiliki implikasi nyata terhadap lokasi di mana kita akan menempatkan astronot, peralatan, dan infrastruktur di bulan," kata Jaclyn Clark dari University of Maryland dalam sebuah pernyataan.  

Punggungan kerut adalah fenomena yang telah banyak diteliti di sisi dekat bulan — bagian bulan yang bisa kita lihat dari Bumi. Sisi dekat ini terkenal dengan pola "Manusia di Bulan," yang terbentuk oleh bercak gelap besar yang disebut maria bulan. Maria adalah dataran luas yang terbentuk dari lava yang telah mengeras sekitar 3,2 hingga 3,6 miliar tahun yang lalu akibat aktivitas vulkanik. Saat interior bulan mendingin, aktivitas vulkanik pun berhenti, dan bulan mulai menyusut. Proses ini menyebabkan batuan basalt mare bulan—batuan vulkanik gelap—berkerut seperti kulit apel yang mengerut seiring waktu.  

Punggungan kerut di sisi dekat memiliki ukuran raksasa, membentang sepanjang puluhan hingga ratusan mil dan menjulang ratusan meter, yang menunjukkan adanya tekanan geologi yang luar biasa besar.  

Namun, sementara 31% dari permukaan sisi dekat bulan tertutup oleh maria, hanya 1% dari sisi jauh yang memiliki dataran lava ini. Para ahli geologi planet belum sepenuhnya memahami alasan di balik perbedaan ini. Salah satu teori menyebutkan bahwa dulu ada planet kerdil dengan diameter lebih dari 700 kilometer yang mengandung banyak isotop radioaktif menabrak sisi dekat bulan. Tabrakan ini menyebabkan material besar terlontar dan akhirnya mengendap di sisi jauh bulan, menebalkan kerak di sana dan membuat aktivitas vulkanik lebih sulit mencapai permukaan. Sementara itu, isotop radioaktif tetap berada di sisi dekat bulan, menghasilkan panas dari peluruhan radioaktif yang membantu mencairkan batuan dan memicu lebih banyak aktivitas vulkanik di sisi yang menghadap Bumi.  

Akibatnya, sisi jauh bulan memiliki sedikit maria dan tidak memiliki punggungan kerut panjang seperti di sisi dekat. Namun, menggunakan gambar dari Narrow Angle Camera pada Lunar Reconnaissance Orbiter milik NASA, Jaclyn Clark bersama Cole Nypaver dan Thomas Watters dari Smithsonian Institution di Washington, DC, berhasil mengidentifikasi 266 punggungan kerut di maria sisi jauh bulan.  

Punggungan di sisi jauh ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan yang ada di sisi dekat, dengan lebar sekitar 100 meter dan panjang sekitar 1.000 meter. Mereka muncul dalam kelompok berisi 10 hingga 40 punggungan di maria sisi jauh, yang juga jauh lebih kecil dibandingkan maria di sisi dekat. Namun, yang menarik adalah usianya—walaupun maria di sisi jauh diyakini terbentuk pada waktu yang sama dengan maria di sisi dekat, punggungan kerut di sisi jauh tampak jauh lebih muda.  

Namun, menentukan usia fitur di bulan bukanlah tugas mudah; para ahli geologi harus melakukan penelitian yang cermat untuk mendapatkan jawabannya. Salah satu caranya adalah dengan menghitung jumlah kawah. Logikanya, fitur yang lebih tua akan memiliki lebih banyak kawah dibandingkan fitur yang lebih muda, sementara fitur yang lebih muda cenderung menutupi atau memotong kawah yang lebih tua. Berdasarkan perhitungan kawah, punggungan kerut di sisi jauh diperkirakan berusia antara 84 hingga 160 juta tahun. Ini berarti aktivitas vulkanik di sisi jauh bulan harus terjadi relatif baru, setidaknya dalam satu miliar tahun terakhir, jika tidak, punggungan kerut tersebut seharusnya terbentuk jauh lebih awal.  

"Banyak ilmuwan percaya bahwa sebagian besar pergerakan geologi di bulan terjadi sekitar 2,5 hingga 3 miliar tahun yang lalu," kata Clark. "Namun, penelitian kami menunjukkan bahwa bentuk-bentuk tektonik ini masih aktif dalam satu miliar tahun terakhir dan mungkin masih aktif hingga saat ini."  

Ada bukti pendukung yang memperkuat kesimpulan mengejutkan ini. Pada tahun 2020, misi Chang’e 5 dari China membawa sampel material bulan ke Bumi dari wilayah kubah vulkanik Mons Rümker di Oceanus Procellarum, maria luas di sisi dekat bulan. Analisis sampel tersebut menemukan manik-manik kaca vulkanik dalam regolit bulan yang diperkirakan berusia sekitar 123 juta tahun, dengan margin kesalahan sekitar 15 juta tahun.  

Jika temuan ini benar, maka aktivitas vulkanik dan tektonik yang masih berlangsung hingga saat ini menunjukkan bahwa bulan masih mengalami kontraksi seiring dengan keluarnya panas dari interiornya. Ini juga berarti bahwa aktivitas vulkanik mungkin masih terjadi. Kontraksi bulan dapat menyebabkan gempa bulan (moonquake), yang telah terdeteksi oleh seismometer yang ditempatkan di permukaan bulan oleh para astronot Apollo. Jika gempa bulan cukup kuat di beberapa wilayah, maka hal ini bisa menjadi ancaman bagi aktivitas manusia di permukaan bulan, sehingga para astronot harus menghindari lokasi-lokasi tertentu. (Space/Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya